Ngaku Cicit si Pitung, Pria Ini Bubarkan Diskusi Peluncuran Buku di UI

Bersama sekelompok orang memaksa acara diskusi harus dihentikan.
Pria bernama Muhammad Husni yang mengaku sebagai cicit dari Pitung meminta agar diskusi yang dihelat di Perpustakaan UI, Kompleks Kampus UI, Depok, Jawa Barat pada Rabu (6/2) sore dihentikan. (Foto: Tagar/ Eno Suratno Wongsodimedjo)

Jakarta, (Tagar 7/2/2019) - Diskusi bertajuk Si Pitung, Bandit dan Ommelanden diiringi insiden pembubaran paksa. Diskusi yang dihelat Perpustakaan Universitas Indonesia dan Komunitas Bambu akhirnya dihentikan.

Seseorang yang mengaku keturunan langsung dari Pitung beserta sekelompok orang yang mengaku warga asli Betawi menuntut agar acara diskusi pada  Rabu (6/2) itu dihentikan. Mereka keberatan dengan judul diskusi yang menyebut kata "Bandit" setelah nama Pitung.

Mereka mengancam menuntut secara hukum Perpustakaan UI sebagai penyelenggara acara jika permintaannya tidak dipenuhi.

"Ini bandit ini, kategori premanisme. Tolong ini diralat, banditnya itu. Karena, Kumpi (buyut) saya ini, dia berjuang, khususnya di Rawa belong," tuntut pria bernama Muhammad Husni yang mengaku sebagai cicit dari Pitung di acara diskusi yang dihelat di Perpustakaan UI, Kompleks Kampus UI, Depok, Jawa Barat pada Rabu (6/2) sore.

"Kalau ini tidak diralat, kami akan tuntut sampai manapun juga," tambahnya.

Pihak penyenggara dan pengisi acara sempat memberikan klarifikasi dan penjelasan. Margreet Van Till, penulis buku Batavia Kala Malam yang diangkat menjadi tema diskusi ini bahkan berulang kali mencoba menerangkan dalam bahasa Inggris. Namun, pria yang mengaku cicit Pitung serta sekelompok orang itu enggan berdiskusi. Mereka memaksa acara harus dihentikan.

Bondan Kanumoyoso sebagai salah satu narasumber diskusi sekaligus Dosen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UI menjelaskan protes yang dilakukan sekelompok orang itu sepatutnya tidak dilakukan. Pasalnya, dalam buku karangan Margreet Van Till sama sekali tidak berisi hal-hal yang memojokan tokoh Pitung.

"Itu judul diskusi aja, liat dong di bukunya gak ada yang ngatain Pitung bandit kok," tegas Bondan kepada Tagar News.

Diskusi bukuMargreet Van Till (kiri) memaparkan isi bukunya yang berjudul Batavia Kala Malam di Perpustakaan UI, Kompleks Kampus UI, Depok, Jawa Barat pada Rabu (6/2) sore. (Foto: Tagar/Eno Suratno Wongsodimedjo)

Bondan menganggap kesalahpahaman yang terjadi disebabkan permasalahan redaksional pada poster yang digunakan untuk menarik minat pengunjung untuk hadir dalam diskusi.

"Ini problem redaksional aja. Mungkin untuk menarik minat orang supaya datang ke diskusi ini, dan berhasil. Walaupun responnya tidak selalu positif, gitu ya," urai Bondan.

Acara diskusi Si Pitung, Bandit dan Ommelanden itu diselenggrakan dalam rangka peluncuran dan diskusi buku Batavia Kala Malam. Buku karya Margreet Van Till itu merupakan buku sejarah tentang keadaan Batavia (Jakarta) pada akhir abad ke-19 yang penuh teror kriminalitas.

Buku yang bercerita tentang cukong Tionghoa dan pribumi yang kerap dibikin susah oleh keberadaan bandit atau perampok yang saat itu merajalela. Merajalelanya bandit-bandit tersebut tidak lain lantaran susahnya hidup akibat penjajahan kolonial Belanda.

Uniknya, di antara nama-nama bandit yang kerap membuat susah cukong dan hartawan saat itu, ada beberapa sosok yang begitu terkenal layaknya selebritis.

Kehadiran sosok itu kerap ditunggu oleh masyarakat bawah. Sebut saja Pitung, Gantang, dan Tjonat. Ketiganya beraksi laiknya Robin Hood, merampok kelompok mapan curang dan menyalurkan hasil rampokannya ke masyarakat lemah.

Baca juga: Ikut Diskusi RUU Permusikan, Sandy Pas Band: Anang Kebanyakan Ngeles

Perihal Pitung yang menjadi paling kontroversial sekaligus memesona untuk dibicarakan. Terlebih rumor mengenai tewasnya Pitung yang tertembus peluru emas, cerita yang mengatakan Pitung punya ilmu menghilang, sampai pada kisah percintaan Pitung dengan seorang anak pejabat Belanda yang selama ini  bertebaran di banyak film dan buku cerita. Saat diskusi berlangsung, topik itu dijawab lugas dan tuntas oleh Margreet Van Till.

Margreet Van Till mengumpulkan jejak-jejak sejarah Pitung dari berbagai surat kabar, dari lembaga Arsip Nasional, sampai mengunjungi  tempat-tempat yang dianggap sebagai petilasan dari si Pitung.

"Salah satu fakta yang menarik adalah, Pitung merupakan seprang yang jago menggunakan revolver," papar Margreet Van Till.

"Saya tidak mengatakan bahwa Pitung tidak jago silat. Saya bilang, selain Pitung jago pencak silat, ia juga mahir menggunakan senjata api, semisal jenis revolver," tambahnya.

Bondan Kanumoyoso mengungkapkan kekagumannya terhadap buku dari Margreet Van Till. Ia menilai bahwa hasil penelitian yang dilakukan penulis asal negeri Belanda itu, dapat digunakan sebagai acuan pemerintah untuk menetapkan Pitung sebagai pahlawan nasional.

"Buku ini kan sebetulnya bermula dari penelitian disertasi ya. Dulu kan sempat ada wacana untuk menjadikan Pitung sebagai pahlawan nasional, data dan fakta dalam buku ini bisa saja digunakan oleh pemerintah sebagai acuan. Membuktikan kalau Pitung memang tokoh sejarah. Bukan mitos," ujar Bondan.

Berita terkait