Kupang, (Tagar 25/7/2017) - Para nelayan di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, mengeluhkan keterbatasan bahan bakar minyak yang disiapkan pada Solar Paket Dealer Nelayan sehingga mengganggu kegiatan penangkapan ikan di wilayah perairan laut.
"Kadang kami tidak bisa melaut karena kuota BBM yang disiapkan pada Solar Paket Dealer Nelayan setiap bulan hanya 200 kiloliter. Kalau bisa ditambah menjadi 300 kiloliter sehingga kapal-kapal nelayan bisa beroperasi lebih maksimal," kata seorang nelayan Iwan Uran di Larantuka, Selasa (25/7). Dia mengemukakan hal itu dalam dialog dengan Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Brahmantio.
Nelayan lain, Lius Paru, mengatakan selain masalah BBM dan sulitnya mengurus izin kapal, pemerintah perlu memberikan bantuan alat "ice flake" pada cold storage agar nelayan bisa memperoleh es yang sudah diparut atau tidak lagi dalam bentuk gelondongan. "Kalau bisa pemerintah pusat bisa bantu 'ice flake' pada 'cold storage' sehingga kami bisa memperoleh es yang sudah diparut untuk beroperasi di wilayah perairan," kata Lius Paru.
Terhadap keluhan nelayan, Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan Brahmantio mengatakan semua keluhan yang disampaikan para nelayan akan dikaji untuk dipertimbangkan.
Khusus untuk 'ice flake', Kementerian Kelautan dan Perikanan akan memberikan bantuan empat unit untuk 'cold storage' yang berada di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Amagarapati. Ice Flake adalah alat pemecah es batu. Alat tersebut akan berfungsi memarut es balok sehingga menjadi butiran-butiran es. (rif/ant)
