Nasib Mahasiswa Asing Tak Bisa Pulang Gegara Pandemi

28 mahasiswa asal Somalia dan Thailand yang kuliah di Semarang bertahan hidup seadanya di wisma UIN Walisongo.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berbincang dengan mahasiswa asing di Semarang yang tak bisa pulang imbas pandemi Covid-10, Selasa, 19 Mei 2020. (Foto: Humas Pemprov Jateng)

Semarang - Sebanyak 28 mahasiswa asal Somalia dan Thailand tak bisa pulang imbas pandemi Covid-19. Di saat teman mahasiswa lain asal beberapa daerah di Tanah Air bisa pulang kampung, mereka hanya bisa berkabar lewat telepon dengan keluarga untuk melepas rindu. 

Puluhan mahasiswa asing itu pun bertahan hidup dengan kiriman uang dari orang tua dalam jumlah terbatas. Hal itu terungkap saat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyempatkan menengok kondisi mahasiswa asing yang kuliah di Semarang, Selasa, 19 Mei 2020. 

Ganjar berkunjung ke wisma mahasiswa kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo di kawasan Ngaliyan. Selain memastikan kesehatan mereka, Ganjar juga datang dengan membawa bantuan berupa paket sembako.

Bapak ibu saya petani, biasanya kirim uang Rp 1 juta per bulan. Sekarang karena kondisi ini, sudah kesulitan.

Keceriaan terjadi saat Ganjar berdialog dengan para mahasiswa. Meski terbilang belum lama di Semarang, namun beberapa di antaranya sudah fasih berbahasa Indonesia dan sedikit menguasai bahasa Jawa.

Hal itu terlihat saat Ganjar berdialog dengan Fattah, mahasiswa asal Somalia. Kepada Ganjar, Fatta mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan dengan bahasa Jawa.

"Maturnuwun Bapak atas bantuannya," ucapnya sambil terbata.

Hal itu langsung membuat Ganjar tertawa. Gubernur milenial rambut putih ini pun penasaran dengan kemampuan bahasa Jawa mahasiswa itu Fattah dengan menanyakan sejumlah beberapa kosa kata bahasa Jawa lainnya.

"Saya tahunya iki (ini), iku (itu) dan matur nuwun (terima kasih) saja Pak, lainnya belum," jawab Fattah kembali disambut tawa Ganjar.

Kepada para mahasiswa luar negeri itu, Ganjar berpesan untuk tetap tinggal di kampus dan tidak pulang. Kesempatan ini bisa digunakan untuk belajar lebih ekstra.

Ganjar juga meminta mahasiswa untuk rajin berkabar dengan orang tua dan keluarga di negaranya masing-masing. Kabar baik harus diberikan agar semua tenang.

"Saya hanya ingin memastikan semua sehat dan baik-baik saja. Kami dari pemerintah ingin berusaha membantu para mahasiswa dari suku apapun, bangsa dan negara apapun. Kami upayakan bantu agar Anda semua bisa belajar dengan baik di sini. Enggak usah pulang ya, di sini saja belajar yang giat. Semangat terus, belajar terus," kata Ganjar.

Salah satu mahasiswa asal Thailand, Wal'asri mengatakan wabah Covid-19 membuat ia dan kawan-kawannya tidak bisa pulang. Sementara kiriman uang dari rumah juga sudah tersendat.

"Bapak ibu saya petani, biasanya kirim uang Rp 1 juta per bulan. Sekarang karena kondisi ini, sudah kesulitan," kata mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang ini.

Wal'asri sangat senang dikunjungi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Kunjungan dan bantuan yang diberikan kepadanya dan teman-temannya itu sangat berarti.

"Ini luar biasa bagi kami, karena kami memang membutuhkan ini. Saya sebagai anak asing, tinggal di negara asing, yakni Indonesia, ternyata masih diperhatikan. Kalau seperti ini, saya sangat suka dan banyak mengucapkan terima kasih pada pak Gubernur," ucap dia. []

Baca juga: 

Berita terkait
Sembako GMKI Tarakan untuk Mahasiswa Perantauan
Mahasiswa perantauan, bertahan di tempat kos di Tarakan, Kalimantan Utara, tidak mudik saat pandemi, mendapat bantuan sembako dari GMKI Tarakan.
Nasib Mahasiswa Tertahan di Yogyakarta Saat Corona
Kampus Unriyo Yogyakarta memberi bantuaan kepada mahasiswa luar daerah yang masih tertahan akibat kebijakan pembatasan transportasi saat Corona.
Sembako Bareskrim Polri untuk Mahasiswa Perantauan
Organisasi pemuda GMKI dan GAMKI mengantarkan sembako dari Bareskrim Polri kepada para mahasiswa perantauan di Jakarta, termasuk mahasiswa Papua.