Surabaya - Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Surabaya memprotes sikap sekelompok orang mengatasnamakan Forum Kader NU. Mengingat forum kader NU memasang spanduk bertuliskan Selamatkan NU Surabaya dari kader-kader busuk.
“Para Ketua MWCNU marah setelah melihat adanya spanduk dengan tulisan kotor. Itu sangat melecehkan (NU),” ujar juru bicara WCNU Surabaya, Muhaimin Ali usai rapat dengan ketua MWCNU Surabaya, Selasa, 8 September 2020 di kantor PCNU Surabaya.
Kalau dukung-mendukung secara pribadi, kita tidak bisa melarang. Itu hak masing-masing.
Muhaimin Ali menilai aksi forum kader NU yang memprotes video viral tersebut tidak mencerminkan Akhlakul Kharimah yang seharusnya dimiliki oleh warga NU.
Muhaimin menegaskan NU tidak dibenarkan ikut terlibat politik praktis dengan mendukung calon tertentu di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Hanya saja, dukungan boleh diberikan atas nama pribadi, bukan organisasi. Mengingat dukungan merupakan adalah hak setiap warga negara.
“Kalau dukung-mendukung secara pribadi, kita tidak bisa melarang. Itu hak masing-masing,” tuturnya.
Muhaimin memastikan bahwa video viral yang menuding PCNU Surabaya menggelar nonton bareng saat pemberian rekomendasi Eri Cahyadi oleh Ketua DPP PDI Perjuangan secara daring tidaklah benar.
Ia mengaku saat itu ada acara serah terima Masjid Baitur Rozak Citraland kepada PCNU Surabaya. Selanjutnya tidak sengaja melihat pengumuman rekomendasi Pilkada Surabaya oleh DPP PDIP.
"Itu yang dianggap nobar, sebetulnya tidak. Saya di lokasi sebagai tim formatur merupakan acara serah terima masjid,” tuturnya.
Muhaimin menjamin seluruh pengurus MWC NU solid di bawah kepemimpinan KH Muhibbin Zuhri sebagai Ketua Tanfidiziyah PCNU dan KH Mas Sulaiman Nur selaku Rais Syuriah PCNU Surabaya.
Atas peristiwa yang dianggap melecehkan ormas terbesar di Indonesia ini, Forum MWC NU dihadiri 53 orang dari MWC NU se-Surabaya itu sepakat dengan menandatangani surat pernyataan agar Ketua PCNU memanggil pihak bertanggung jawab atas aksi tersebut.
Dukungan pemanggilan pihak bertanggung jawab atas peristiwa itu karena dinilai ada gerakan politik ingin mendelegitimasi PCNU Surabaya. Aksi itu juga cenderung melecehkan NU karena dilakukan orang-orang di luar struktur NU.
"Oleh karenanya, kami meminta untuk dipanggil dan dilakukkan tabayyun. Karena itu merusak, kami merasa dilecehkan,” kata Muhaimin.[]