Monumen Tragedi Tenggelamnya KM Sinar Bangun Selesai 2018

Monumen tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun selesai 2018. Sementara itu, sebuah kapal bermuatan 24 nelayan karam pada Minggu (19/8) akibat dihantam badai dan menabrak karang di Perairan Pulau Bunta, Kabupaten Aceh Besar.
Dokumentasi: Tim SAR Kota Sabang sedang mengevakuasi boat nelayan asal Banda Aceh enam mil dari lepas pantai Kota Sabang, Provinsi Aceh, Rabu (18/5/2018). (Foto: Ant/Koordinator SAR Sabang)

Simalungun, (Tagar 19/8/2018) – Sekretaris Daerah Pemkab Simalungun Gidion Purba mengungkapkan, pembangunan monumen untuk mengenang tragedi tenggelam KM Sinar Bangun 4 di Danau Toba, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara ditargetkan selesai pada 2018.

"Masih perancangan replika bentuk kapal, dan kami targetkan rampung tahun ini (2018, red)," ujar dia di Simalungun, Minggu (19/8).

Pemerintah bersama elemen masyarakat pada awal Juli 2018 melakukan peletakan batu pertama pembangunan monumen tersebut, sedangkan keluarga korban dalam acara itu turut "mengubur' barang-barang milik korban tenggelam ke dalam satu lubang di kawasan Nagori Tigaras.

Gidion Purba mengatakan, replika KM Sinar Bangun 4 dirancang lulusan ITB sesuai dengan arahan Menteri Koordinator Kemaritiman RI Luhut Binsar Panjaitan.

"Agar bentuknya tidak asal jadi sehingga memberikan kenangan baik bagi keluarga korban," ujar dia.

Jika keluarga korban ingin melakukan suatu kegiatan, seperti ziarah atau mengenang korban, kata dia, ada tempat yang dituju, yakni monumen tersebut.

Selain itu, kata dia, tempat tersebut bisa diberdayakan dan difungsikan sebagai objek wisata baru bagi masyarakat luas, dengan harapan bisa menambah penghasilan warga sekitarnya.

KM Sinar Bangun 4 tenggelam dalam pelayaran rute Simanindo Kabupaten Samosir-Tiga Ras Kabupaten Simalungun pada 18 Juni 2018.

Sebanyak 164 penumpang dinyatakan hilang, tiga ditemukan tewas, dan 21 selamat, termasuk nakhoda dan awak kapal.

Upaya pencarian dan pengangkatan jasad korban terkendala kedalaman air yang mencapai 500-an meter dan pengadaan peralatan ke Danau Toba.

Kapal Karam

Sementara itu, Tim SAR Banda Aceh seperti dilaporkan Antara mengevakuasi 24 nelayan setelah kapal mereka karam akibat dihantam badai dan menabrak karang di Perairan Pulau Bunta, Kabupaten Aceh Besar.

Kepala Kantor SAR Banda Aceh Hari Adi Purnomo mengatakan, nelayan korban kapal karam yang dievakuasi tersebut semuanya selamat.

"Mereka dievakuasi menggunakan kapal SAR KN Kresna 232 pada Minggu (19/8) dan selanjutnya tiba di Pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh pada pukul 10.50," kata Hari Adi Purnomo di Banda Aceh, Minggu.

Hari Adi menyebutkan, evakuasi dilakukan setelah ada laporan masyarakat yang menyebutkan kapal nelayan dengan nama KM Rahmat Ilahi dengan anak buah kapal 24 orang karam di Perairan Pulau Bunta.

Kapal nelayan tersebut berasal dari Lampulo, Banda Aceh. Titik kapal nelayan tenggelam dengam jarak 12 mil laut dari Pelabuhan Ulee Lheue, atau sebelah selatan Pulau Bunta yang bersisian dengan Kepulauan Pulau Aceh.

Berdasarkan laporan tersebut, kata Hari Adi, tujuh personel SAR Banda Aceh bergerak dengan KN Kresna 232. Kapal SAR tiba di lokasi sekitar pukul 07.30 WIB.

"Proses evakuasi sempat terkendala karena cuaca. Namun begitu, semua nelayan akhirnya berhasil dievakuasi sekitar pukul 10.15 WIB. Semuanya dalam keadaan selama," kata Hari Adi Purnomo.

Adapun 24 nelayan yang dievakuasi tersebut yakni Nurdin (39 tahun), Bustami (48 tahun), Nihtahudin (29 tahun), Nazarudin (27 tahun), Safrizal (38 tahun), Khairul Rizal (24 tahun), Maryunis (31 tahun), Sulaiman (32 tahun).

Kemudian, Ismail Daud (73 tahun), Amirudin (30 tahun), Mukhtar (28 tahun), Faisal (31 tahun), Safrizal (23 tahun), Andrian Saputra (26 tahun), Hendri Syaputra (22 tahun), Sulaiman Daud (72 tahun), Ishak (32 tahun).

Serta Muhammad (18 tahun), Hazmi (20 tahun), Irwan (22 tahun), Zulkifli (32 tahun), Syamsudin (28 tahun), Ali Imran (32 tahun), serta Muara Siregar (52 tahun). []

Berita terkait