Moeldoko, Harapan pada Jokowi dan Prabowo

Ini harapan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko kepada Jokowi dan Prabowo sebelum sidang Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi usai.
Calon presiden Jokowi dan calon presiden Prabowo berjabat tangan usai debat kelima di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (13/4/2019). (Foto: Antara/Wahyu Putro A)

Bandung - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko berharap pertemuan Jokowi dan Prabowo sebagai dua pucuk pimpinan tokoh politik akan segera terwujud sebelum sidang perselisihan pemilihan umum (PHPU) di Mahkamah Konstitusi (MK) selesai.

"Ya harapan kita sih sebelum sidang MK (selesai), itu lebih bagus lagi, sehingga suasana jadi sejuk. Kita semua masyarakat Indonesia sudah bosan dengan kondisi yang seperti ini, membosankan," kata Moeldoko di Bandung, Kamis 20 Juni 2019.

Moeldoko yang menjabat sebagai Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf, mengaku pihaknya sudah berupaya untuk terus melakukan pendekatan kepada Prabowo sebagai calon presiden nomor urut 02.

Saya pikir tidak lama lagi lah itu, pasti akan terjadi pertemuan antara dua pucuk pimpinan ini, dan itu harapan masyarakat semuanya.

"Dan alhamdulillah pendekatan itu sedang berjalan dan sudah ada akses komunikasi, saling memahami dan seterusnya, dalam sebuah negosiasi seperti itu hal yang biasa," ujarnya.

Ia menduga pertemuan Jokowi-Prabowo akan segera terwujud karena hal tersebut memang harapan seluruh masyarakat Indonesia.

"Saya pikir tidak lama lagi lah itu, pasti akan terjadi pertemuan antara dua pucuk pimpinan ini, dan itu harapan masyarakat semuanya," ujarnya.

Saat ini sidang PHPU di Mahkamah Konstitusi masih dalam tahap pemeriksaan saksi, baik saksi penggugat maupun saksi ahli.

Pihak pendamping hukum dari tim Prabowo-Sandi menggugat hasil penetapan KPU yang memenangkan kubu nomot urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin karena diduga ada kecurangan. Sementara hal tersebut masih dibuktikan dalam sidang Mahkamah Konstitusi.

Menanggapi Saksi Prabowo

Dalam kesempatan ini Moeldoko juga menyampaikan anggapan Hairul Anas, saksi tim hukum Prabowo-Sandiaga saat memberi kesaksian di sidang perselisihan pemilihan umum (PHPU) itu keliru.

Ia mengatakan tidak pernah memberikan pembekalan yang menggangu nilai demokrasi. Namun ia membenarkan bahwa pernah menjadi pembicara untuk para saksi dalam persiapan menghadapi Pemilu.

"Saya (waktu itu) mengatakan kepada (calon) saksi, hei hati-hati dalam sebuah demokrasi yang mengutamakan kebebasan maka kecurangan itu bisa saja terjadi, jadi kamu para saksi harus hati-hati," kata Moeldoko seperti dilaporkan Antara.

Menurut Moeldoko, inti dari pembekalan tersebut adalah dirinya menyampaikan bahwa para saksi harus hati-hati dalam mengawal proses Pemilu yang bisa saja terjadi kecurangan.

Ia juga menyampaikan bahwa tidak pernah mengajarkan kecurangan kepada saksi. Hal tersebut juga, kata dia, telah diakui oleh Hairul Anas sendiri dalam kesaksiannya.

"Dan itu diakui oleh Anas, dia mengakui bicara seperti ini 'tidak pernah diajarkan atau dilatih melakukan kecurangan', dia sendiri mengatakan seperti itu," katanya mengulang pernyataan Anas.

Sebelumnya pada sidang sengketa Pilpres yang menghadirkan saksi dari tim Prabowo-Sandi di MK, Rabu 19 Juni 2019, Hairul Anas mengaku pernah mengikuti pelatihan untuk saksi yang diisi oleh Moeldoko sebagai pemateri.

Menurut Anas, dalam pelatihan itu memang tidak mengajarkan untuk curang. Namun menurut Anas, seolah-olah istilah tersebut menegaskan kecurangan adalah sesuatu yang wajar dalam demokrasi. []

Baca juga:

Berita terkait