Minoritas Pemeluk Kristen di India Kian Terdesak

Kaum ekstremis Hindu merusak sebuah rumah ibadah milik umat Kristen di negara bagian Chhattisgarh pekan lalu
Warga India pemeluk Kristen. (Foto: dw.com/id - Avishek Das/ZUMA Press Wire/picture alliance)

TAGAR.id - Kaum ekstremis Hindu merusak sebuah rumah ibadah milik umat Kristen di negara bagian Chhattisgarh pekan lalu. Insiden itu sekaligus menjadi peringatan bagi minoritas Kristen di India yang saat ini kian terdesak. Kersten Knipp melaporkannya untuk DW.

Amarah menggerakkan ekstremis Hindu di Narayanpur, Chhatisgarh, ketika menggeruduk sebuah gereja Katolik pada pekan lalu. Mereka melemparkan batu dan merusak bagian dalam gereja, termasuk salib yang menghiasi altar.

Serangan tersebut bukan kali pertama di negara bagian Chhatisgarh di India tengah. Beberapa pekan silam, kelompok Hindu radikal menyerang 33 desa dan mengusir warga dari rumahnya. Para korban merupakan anggota suku asli India.

Sebab itu, serangan lanjutan terhadap minoritas akan kembali terjadi, kata Uskup Jagdalpur, Joseph Kollamparambil, kepada media-media lokal.

Kepolisian sudah menahan lima orang tersangka terkait serangan di Narayanpur. Repotnya, di antara para pelaku terdapat nama fungsionaris lokal Partai Bharatiya Janata (BJP). Namun demikian, dewan pimpinan pusat BJP mengatakan pihaknya tidak berkaitan dengan aksi kaum radikal.

Menurut laporan teranyar gabungan LSM internasional, sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2021 tercatat setidaknya 305 tindak kekerasan terhadap umat Kristen dan Katolik di India.

Menurut pakar India di Universitas Rostock, Jerman, Pierre Gottschlich, agama seringkali "digunakan misalnya dalam perkara tanah. Ada kepentingan materiil yang dipertaruhkan,” kata dia.

gereja di india dirusak
Gereja Baptis Kandhamal yang dirusak kaum Hindutva pada 2018 silam. (Foto: dw.com/id - John Fredricks/NurPhoto/picture alliance)

Politik dan Agama

Bukan kebetulan bahwa serangan terhadap kaum Kristen terjadi sekarang. "Selama Natal, minoritas Kristen tampil mencolok selama perayaan. Hal ini membuat resah kaum nasionalis,” lanjut Gottschlich.

Padahal, warga Kristen hanya mewakili "dua persen” dari populasi Chhattisgarh. "Ditambah lagi dengan pemilu negara bagian pada November 2023,” yang menurutnya semakin memanaskan situasi politik.

Serangan terhadap minoritas mulai tercatat marak sejak tahun 2014, ketika BJP dan Narendra Modi merebut kekuasaan di New Delhi. Menurut laporan LSM Kristen, "Persecution Relief,” serangan terhadap Kristen meningkat dua kali lipat antara 2016 dan 2019.

"Kami melihat, betapa elit politik terus mendorong mimpi mereka untuk mengubah India menjadi sebuah negara Hindu,” kata James Panavelil, wakil pastur di Gereja St. George, Kerala.

Menurutnya, proses pemilihan umum akan ikut berdampak terhadap kehidupan minoritas beragama.

Tuduhan misionarisme

Serangan di Narayanpur antara lain berangkat dari tuduhan, bahwa gereja berusaha mengubah keyakinan warga Hindu. Tudingan serupa juga sering dilayangkan terhadap minoritas muslim. Sebab itu, sejumlah negara bagian di India melarang warganya berpindah agama, termasuk di Chhattisgarh.

"Misionarisme oleh warga Kristen sudah sering dituduhkan,” kata Pierre Gottschlich. "Seringkali, dakwaan tidak lagi bergantung pada kebenaran, tapi hanya dugaan.”

Sebaliknya, kaum Hindu Nasionalis secara terang-terangan berusaha mendorong warga Kristen India untuk "kembali” ke ajaran yang benar, lanjutnya. Mereka meyakini, warga Kristen aslinya adalah pemeluk Hindu.

"Pandangan semacam itu tentuya aneh. Karena India punya komunitas Kristen yang sudah sangat tua, seperti di Kerala atau di wilayah selatan India.”

Sejak beberapa tahun terakhir Gottschlich menyaksikan kian maraknya hasutan melawan umat Kristen. Dia mencontohkan perayaan Natal pada 2021, ketika pemerintah membatasi ruang gerak Yayasan Mother Teresa dan bahkan membekukan rekening mereka.

"Salah satu dalih utama adalah bahwa yayasan menerima uang dari luar negeri dan dengan begitu bisa dianggap sebagai agen asing.”

Selain itu, organisasi Kristen juga dituduh menjalankan misionarisme lewat bantuan kemanusiaan. "Tuduhan seperti itu tentunya sangat mengkhawatirkan,” pungkasnya. (rzn/hp)/dw.com/id. []

Berita terkait
Reaksi Beragam Terkait Larangan Organisasi Islam di India
Larangan terhadap Front Popular India atau Front Rakyat India (PFI) di India menuai reaksi beragam di negara itu