Milenial Korea Selatan Gandrungi Coworking Space

Coworking space cukup populer dan diminati generasi milenial di Korea Selatan. Dua tempat sangat dikenal adalah WeWork dan D.amp
Coworking Space We Work. (Foto: Antara/Natisha Andarningtyas)

Jakarta - Coworking space atau bekerja di ruang kerja bersama cukup populer dan diminati generasi milenial, tidak hanya di Indonesia tapi juga di Korea Selatan. Dua tempat yang sangat dikenal adalah WeWork dan D.amp 

"Di coworking space, Anda dapat bekerja sekaligus berjejaring," kata Manajer Senior Hubungan Masyarakat WeWork Korea Jaewon Yoon di Seoul, Korea Selatan, dalam kunjungan program kolaborasi organisasi media ASEAN dan Korea yang digagas Korea Press Foundation, Rabu, 10 Juli 2019.

WeWork yang menyediakan coworking space menyatakan ruang kerja bersama sebenarnya tidak hanya bagi para pelaku usaha rintisan (startup), tapi juga untuk perusahaan besar yang tertarik cara kerja baru.

Coworking space sangat cocok untuk pelaku startup karena mereka belum memiliki gedung atau kantor sendiri.

Jaewon Yoon menyatakan coworking menjadi tren bekerja karena berhubungan dengan kepuasan pribadi dan kebutuhan bekerja.

"Mereka mungkin ingin tetap terhubung dengan tetap memiliki privasi," ujarnya

Sejak 2018, WeWork punya minat besar untuk mendukung startup bernama WeWork Labs. Program ini berupa keanggotaan dengan jaringan ke beberapa pelaku startup di berbagai tempat. Selain itu, itu juga memberi kesempatan terhubung antara mentor dan calon investor.

WeWork Labs tidak memberikan pendanaan untuk para startup, tapi memberikan harga ringan untuk sewa ruangan.

D.Camp, Markas Startup Korea

D.Camp gampang ditemui, salah satu tempat kumpul para startup di Korea Selatan, berada di salah satu jalan besar di Distrik Gangnam, Seolleung-ro, Korea Selatan.

Mereka menyediakan coworking space di lantai 4, milenial Korea yang baru bermain startup akan mendapat view area pemakaman Joseon Royal Tombs. Tapi jangan salah, meskipun sebuah pemakaman tempat ini dinobatkan sebagai salah satu situs warisan dunia oleh UNESCO.

"Pemandangan ini yang sering saya kenalkan ke orang-orang yang saya temui," kata Kepala D.Camp, Hongil Kim, saat ditemui di Seoul, Senin, dalam program kolaborasi organisasi media ASEAN dan Korea, dari Korea Press Foundation.

Pada 2013, D.Camp menjadi lembaga non-profit oleh 18 bank dan sudah mengkhususkan diri untuk pengembangan startup di Korea Selatan, termasuk untuk pendanaan.

Prestasi Korea Selatan sebagai salah satu raksasa teknologi Asia, menurut Kim perlu terobosan baru, apalagi mereka perlu bersaing dengan Jepang.

"Selain itu, kami perlu inisiatif baru yang akan menghadirkan lapangan kerja baru," ujar Kim. []


Berita terkait