Yogyakarta - Belakangan ini gempa-gempa skala kecil yang berpusat di pantai selatan Jawa sering terjadi. Setidaknya dalam seminggu terakhir tercatat 10-15 gempa dengan skala di bawah Magnitudo 5.0 skala richter (SR).
Kepala Stasiun Geofisika Yogyakarta Agus Riyanto mengatakan, berrdasarkan statistik kegempaan bahwa dalam seminggu tercatat di Stage of Jogja sekitar 10-15 kali.
"Event (intensitas gempa) masih wajar," katanya di Yogyakarta, Senin 21 Oktober 2019.
Dalam catatan statitik Stage of Jogja, pada Minggu 20 Oktober 2019 saja, terjadi tujuh kali gempa kecil. Berikut tujuh kali gempa tersebut:
1). Mag:3.8 SR, 20 Oktober 2019 pukul 01:30:14 WIB, Lokasi: 9.62 lintang selatan (LS) dan 112.77 buju timur (BT) atau 173 Kilometer (Km) barat daya Lumajang, Jawa Timur dengan kedalaman 10 Km.
2). Mag:4.4 SR, 20 Oktober 2019 pukul 04:16:52 WIB, Lokasi 11.53 LS,111.41 BT (373 km Tenggara Pacitan, Jawa Timur, kedalaman 10 Km.
3). Mag:3.4 SR, 20 Oktoober 2019 pukul 05:16:55 WIB, Lokasi 8.83 LS,110.34 BT (97 km barat daya Gunungkidul, DIY, kedalamam 10 Km.
4). Mag:2.1 SR, 20 Oktober 2019 pukul 07:36:28 WIB, Lokasi 8.02 LS,110.46 BT (17 km barat daya Gunungkidul, DIY, kedalaman 10 Km.
5). Mag:3.9 SR, 20 Oktober 2019 pukul 07:37:28 WIB, Lokasi 9.73 LS,112.79 BT (178 km Tenggara Kabupaten Malang, Jawa Timur, kedalaman 2 Km.
Wah, tujuh kali gempa dalam sehari ya, saya tidak sekali pun merasakan getaran gempa
6). Mag:4.9 SR, 20 Oktober 2019 pukul 13:57:42 WIB, Lokasi 9.79 LS,112.82 BT (185 km Tenggara Kabupaten Malang, Jqwa Timur, kedalaman 10 Km.
7). Mag:2.8 SR, 20 Oktober 2019 pukul 15:20:25 WIB, Lokasi 8.65 LS,110.74 BT (66 km barat daya Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, kedalaman 10 Km.
Kemudian pada Senin 21 Oktober 2019 sampai siang, sudah terjadi dua kali gempa. Pertama, Mag: 4.0 SR, 21 Oktober 2019 pukul 04:49:15 WIB, Lokasi 9.61 LS,112.14 BT (168 Km Selatan Blitar, Jawa Timur, kedalaman 10 Km.
Kedua, Mag:2.6 SR, 21 Oktober 2019 pukul 08:30:43 WIB, Lokasi 8.62 LS,110.79 BT (60 km barat daya Pacitan, Jawa Timur, kedalaman 10 Km.
Menurut Agus, kegempaan tersebut terjadi akibat adanya sesar lokal maupun aktivitas subduksi selatan Jawa memungkinkan terjadinya pelepasan energi sewaktu-waktu gempa.
"Kondisi tersebut justru lebih baik jika ada gempa-gempa yang kecil. Itu mengurangi potensi untuk terjadi gempa yang besar, karena energinya direlease sedikit demi sedikit," kata Agus.
Dia mengatakan, dalam kondisi seperti ini, masyarakat menyikapinya dengan bijak.
"Tinggal kita menyikapinya, hidup harmonis dengan lingkungan yang rawan bencana. Kita semakin sadar kondisi apapun kita tetap bersahabat dengan alam kita," ujarnya.
Sementara itu, Suryanti, 40 tahun, warga Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul mengataakan, selama Minggu 20 Oktober 2019 seharian berada di rumah. Meski tercatat tujuh kali terjadi gempa, dia tidak merasakannya.
"Wah, tujuh kali gempa dalam sehari ya, saya tidak sekali pun merasakan getaran gempa. Semoga tidak terjadi apa-apa dan tetap waspada," kata dia. []