Menlu Blinken Ajak Sekutu NATO Lawan Perilaku Agresif China

Menlu AS, Antony Blinken, ajak sekutunya di NATO untuk bertindak hadapi perilaku agresif China tanpa harus memihak ke AS atau China
Menlu AS, Antony Blinken, saat memberi pidato dalam pertemuan menteri luar negeri NATO (Foto: dw.com/id)

Brussel – Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, menyerukan sekutunya di NATO (North Atlantic Treaty Organization - Pakta Pertahanan Atlantik Utara) untuk bertindak hadapi perilaku agresif China. Namun, Blinken menekankan, tak akan memaksa sekutunya di NATO untuk memihak kepada AS atau China.

Lewat pidatonya pada Rabu, 25 Maret 2021, dalam pertemuan dengan mitra NATO, Menlu Blinken menyampaikan pernyataan paling tegas terhadap perilaku agresif China dan menyerukan persatuan di antara sekutu AS.

Blinken menegaskan kembali dukungan AS untuk NATO, dan menyerukan penyegaran kembali kemampuan dan kesiapan militer, termasuk penangkal nuklir dan pelanggaran digital. AS meminta anggota NATO lainnya untuk meningkatkan pengeluaran militer mereka hingga mencapai target aliansi pertahanan itu, sebesar 2% dari produk domestik bruto mereka.

1. Kritik Tegas Terhadap China

Blinken mengecam perilaku agresif dan koersif China dan berjanji akan melawannya. "Tidak diragukan lagi bahwa perilaku koersif China mengancam keamanan dan kemakmuran kolektif kita dan bahwa China secara aktif melemahkan aturan sistem internasional dan nilai-nilai yang kami dan sekutu kami miliki," kata Blinken setelah pertemuan dengan mitra NATO di Brussels.

tweet teriTweet Schultz (Foto: dw.com/id)

"Namun, bukan berarti negara-negara tidak dapat bekerja dengan China bila memang memungkinkan. Misalnya tentang tantangan seperti perubahan iklim dan keamanan kesehatan,’’ tambah Blinken.

Ketegangan antara China dan negara-negara Barat makin meningkat baru-baru ini setelah Uni Eropa, Inggris, AS dan Kanada memberikan sanksi kepada pejabat dan entitas China atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis Uighur di Xinjiang. China kemudian juga meningkatkan ketegangan dengan menanggapinya lewat ancaman sanksi balasan.

Jurnalis DW, William Glucroft, mengatakan pidato Blinken adalah upaya untuk menarik dukungan publik di AS dan di Eropa guna melakukan pendekatan multilateral yang sedang kembali diupayakan oleh pemerintahan Presiden Joe Biden.

"Itu adalah pidato yang sangat diplomatis. Berbicara kepada rakyat Amerika pertama-tama dan terutama, serta kepada publik Eropa," kata Glucroft.

Koresponden DW di Washington, Carolina Chimoy, mengatakan Blinken berusaha menarik perhatian domestik ke hubungan transatlantik, karena warga AS sebagian besar fokus pada masalah utama di dalam negeri yakni pandemi dan migrasi.

2. Menanggulangi Perilaku 'Agresif' Rusia

Blinken juga menyerukan posisi yang tegas dan sama terhadap Rusia. "Meski kami bekerja sama dengan Rusia untuk memajukan kepentingan kami dan memajukan kepentingan aliansi, kami juga akan bekerja sama untuk meminta pertanggungjawaban Rusia atas tindakan sembrono dan merugikannya."

perundingan china asPerundingan AS dan China di Anchorage, Alaska, AS, yang berakhir pada hari Jumat, 19 Maret 2021 (Foto: voaindonesia.com/AFP).

NATO menuntut pembebasan segera pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny dan tahanan politik lainnya. NATO juga mengutuk politik "destabilisasi" Rusia di negara-negara tetangga, dan tindakan Kremlin untuk mempengaruhi pemilu dan mendukung serangan dunia maya.

3. UE dan AS Sepakat untuk Bekerja Sama

Setelah pidatonya, Blinken dan kepala urusan luar negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell merilis pernyataan bersama. Keduanya setuju untuk meluncurkan kembali dialog bilateral tentang China dan bekerja sama mengatasi "perilaku menantang" Rusia.

"Mereka mengakui pemahaman bersama bahwa hubungan dengan China memiliki banyak sisi, yang terdiri dari elemen kerja sama, persaingan, dan persaingan sistemik," kata pernyataan itu.

Mereka juga membahas kerja sama di bidang perubahan iklim, vaksin virus corona, isu Iran dan Turki.

4. 'Sifat Destruktif Kepentingan Amerika'

Pada Selasa, 23 Maret 2021, Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, dan mitranya dari Rusia Sergey Lavrov bertemu di Guilin di China selatan untuk bersatu melawan "aliansi NATO yang baru dihidupkan kembali."

ilus dagang china asIlustrasi: China melampaui AS sebagai mitra dagang terbesar Uni Eropa tahun 2020 (Foto: voaindonesia.com/Reuters).

Menteri Luar Negeri China dan Rusia mengatakan, mereka memandang upaya NATO untuk bersatu sebagai upaya oleh kekuatan transatlantik Barat untuk memaksakan "pemahaman berbasis aturan mereka tentang tatanan dunia di negara lain."

Lavrov mengatakan dia mencatat "sifat destruktif dari kepentingan Amerika yang bergantung pada aliansi politik dan gaya militer perang dingin."

"Aliansi yang diperbarui," kata Lavrov, "dimaksudkan untuk merusak arsitektur negara hukum internasional yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa."

Pengaruh China yang meningkat di tatanan politik dunia diperkirakan akan menjadi agenda utama para kepala negara dan kepala pemerintahan anggota NATO selama KTT Juni mendatang [pkp/as (AFP, Reuters)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Rusia dan China Ancaman Militer dan Teknologi Terhadap NATO
Menlu AS, Anthony Blinken, mengatakan Rusia dan China sama-sama menimbulkan ancaman militer dan teknologi terhadap NATO
Menlu Amerika Tawarkan Tingkatan Persekutuan dengan NATO
Menlu AS, Antony Blinken, 23 Maret 2021, berjanji akan membangun kembali dan merevitalisasi aliansi militer trans-Atlantik NATO
Sekjen NATO Akui Hubungan Sulit dengan Pemerintahan Trump
Sekjen NATO, Jens Stoltenberg, mengakui bahwa aliansi tersebut memiliki hubungan yang “menantang” dengan pemerintahan Trump