Menimbang Cak Imin Pantas “Masuk Kantong” Jokowi

Menimbang Cak Imin pantas “masuk kantong” Jokowi. "Pantas Jokowi 'mengantongi' nama Cak Imin, dan itu yang keluar menurut hitung-hitungan saya. Karena jika tidak, Cak Imin ini bisa diambil capres yang lain," kata Prof Husain Syam.
Ketua Umum PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) Muhaimin Iskandar bersama Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto berbincang saat melakukan pertemuan di DPP Partai PKB, Jalan Raden Saleh, Jakarta, Rabu (4/7/2018). Pertemuan tersebut membahas dukungan partai koalisi untuk Pemilihan Umum Presiden 2019. (Foto: Ant/Galih Pradipta)

Jakarta, (Tagar 15/7/2018) – Nama Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin dinilai pantas masuk "ke kantong" Presiden Joko Widodo (Jokowi). Argumentasinya, Cak Imin merupakan pemimpin muda yang santun, cerdas, dan memiliki banyak pengalaman.

"Pantas Jokowi 'mengantongi' nama Cak Imin, dan itu yang keluar menurut hitung-hitungan saya. Karena jika tidak, Cak Imin ini bisa diambil capres yang lain, dan ini ancaman berat bagi Jokowi jika tidak mengambil Cak Imin," kata Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof Husain Syam di Jakarta, Minggu (15/7).

Hal itu disampaikan Profesor Husain Syam menanggapi pernyataan Presiden Jokowi yang menyebutkan Cak Imin sebagai salah satu kandidat bakal cawapresnya pada Pilpres 2019. Dia optimistis elektabilitas Jokowi jelas akan naik lagi setelah mengumumkan bakal cawapresnya adalah Cak Imin.

Menurut Husain, Cak Imin hampir mempunyai segalanya dibandingkan bakal cawapres yang ditawarkan partai lainnya. "Cak Imin itu punya semuanya, baik dari aspek kepemimpinan, pernah menjadi menteri, memimpin partai, dan punya basis massa yang jelas. NU ini mayoritas dan hampir semua kiai pesantren NU itu menyatukan sikap ke Cak Imin," ucapnya.

Bahkan, lanjut Husain seperti dikutip Antara, masyarakat di Sulawesi saat ini juga sudah mulai bergeser untuk mendukung Cak Imin. Hampir semua titik di Sulawesi banyak yang membuat posko dukungan terhadap Cak Imin.

"Itu memang karena Cak Imin adalah talenta muda yang cerdas, yang santun. Dia itu berpolitik santun, tidak melukai perasaan siap-siapa, tegas, dan bisa mengukur kekuatannya," tuturnya.

Peluang Muhaimin Besar

Pendapat senada dikemukakan pengamat politik dari lembaga survei Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun. Menurutnya, peluang Muhaimin Iskandar mendampingi Jokowi lebih besar dibanding tokoh partai politik lainnya.

"Elektabilitas Cak Imin di atas Puan Maharani, Surya Paloh, Wiranto, dan Romahurmuziy," kata Rico di Jakarta, Minggu.

Menurut dia, Muhaimin mempunyai modal kuat untuk mendampingi Jokowi. Statusnya sebagai kader Nahdlatul Ulama (NU) menjadi "senjata" untuk mendulang suara pemilih.

"NU secara kuantitas memang diperlukan untuk menambah kekuatan elektoral," ujar mantan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia itu.

Muhaimin, lanjut Rico, juga dikenal publik sebagai tokoh yang mengedepankan Islam moderat, modal yang menguntungkan untuk memaksimalkan suara dari pemilih Islam.

"Islam moderat secara ideologi memang diperlukan untuk masuk dalam gelombang Islam politik," ucap Rico.

Menurut Rico, saat ini memang terjadi persaingan di antara tokoh parpol anggota koalisi untuk menjadi cawapres Jokowi. "Maka tak heran ada partai-partai yang sibuk berusaha menggeser posisi politikus berjuluk Panglima Santri itu," ujarnya.

Ucapan Jokowi

Sementara itu, Direktur Eksekutif Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago menilai, ucapan Jokowi tentang sosok Cak Imin sebagai salah satu kandidat cawapresnya adalah untuk menjaga agar PKB tetap dalam koalisinya.

Apabila PKB tidak ditarik Jokowi, menurut Pangi, maka partai yang dekat dengan NU itu mempunyai potensi membentuk poros ketiga.

"Menarik Cak Imin adalah satu cara mematikan embrio poros ketiga. Jokowi tidak mau ada tiga poros karena bisa membahayakan dan mengancam posisi Jokowi," ujar Pangi melalui pesan singkatnya di Jakarta, Minggu.

Pangi mengatakan, apabila tercipta tiga poros, kemungkinan besar suara yang didapat kurang dari 0 plus satu persen sehingga akan terjadi dua putaran.

Berkaca pada pengalaman sebelumnya, misalnya Pilkada DKI, dua putaran dapat mengancam posisi petahana dan banyak hal dapat berbalik.

Selain itu, Pangi menuturkan, PKB memiliki modal dasar basis riil elektoral sebesar 11.298.957 atau 9,04 persen yang akan membantu mendongkrak elektabilitas Jokowi. Cak Imin pun memiliki nilai lebih sebagai representasi religius yang dekat dengan basis santri, ulama, dan NU.

"Wajar Cak Imin sangat yakin bakal dipinang Jokowi jadi cawapres. 'Gertakan' Cak Imin, kalau Jokowi tidak mengambil Cak Imin, Jokowi bisa kalah," kata Pangi.

Sebelumnya, Presiden Jokowi menyebut Muhaimin Iskandar termasuk dalam pilihan sebagai bakal calon wakil presidennya. "Saya harus ngomong apa adanya, salah satu nama itu adalah Pak Muhaimin Iskandar," kata Presiden seusai meninjau arena olahraga dayung bersama Cak Imin, di Jakabaring Sport City, Sabtu (14/7).

Presiden menjelaskan, dirinya masih menimbang salah satu dari lima tokoh yang akan mendampinginya sebagai wakil presiden pada Pilpres 2019. (yps)

Berita terkait
0
Belajar Demokrasi dan Pajak Daerah, Kepala Bapenda di Undang ke Amerika Serikat
Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Makassar Firman Hamid Pagarra mendapat undangan belajar ke Amerika Serikat.