Mengenang Mantan PM Jepang Shinzo Abe

Mengenang mantan PM Jepang Shinzo Abe, sosok yang membawa Jepang bangkit dari keterpurukan dengan "Abenomics"
Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe mengadakan konferensi pers di kediaman resminya di Tokyo, 25 September 2015. (Foto: voaindonesia.com/REUTERS/Issei Kato)

TAGAR.id – Shinzo Abe adalah perdana menteri terlama di Jepang. Ia berusaha mengangkat ekonomi negara tersebut dari deflasi kronis dengan kebijakan "Abenomics"-nya yang berani, memperkuat militer dan melawan pengaruh China yang semakin meningkat.

Abe, yang meninggalkan jabatannya pada 2020, ditembak dan dibunuh pada Jumat, 8 Juli 2022, saat pidato kampanye pemilihan. Anak didiknya sekaligus Perdana Menteri Fumio Kishida menyebut tindakan tersebut sebagai hal yang "benar-benar tidak dapat dimaafkan."

Abe saat itu menjabat sebagai anggota parlemen dan melenggang menjadi perdana menteri pada 2006, berlangsung hanya setahun sebelum kembali untuk tugas kedua yang langka pada 2012. Ia berjanji untuk menghidupkan kembali ekonomi yang stagnan, melonggarkan batas-batas konstitusi pasifis pasca-Perang Dunia Kedua dan mengembalikan nilai-nilai tradisional.

Dia berperan penting dalam terpilihnya Tokyo sebagai tuan rumah dalam Olimpiade 2020. Abe memiliki keinginan untuk memimpin Olimpiade dan bahkan muncul sebagai karakter video game Nintendo Mario selama penyerahan tuan rumah Olimpiade di Rio, Brazil yang menjadi tuan rumah pada 2016.

Abe menjadi perdana menteri terlama di Jepang pada November 2019. Namun, pada musim panas 2020, dukungan untuknya mulai meredup akibat penanganannya terhadap wabah Covid-19 serta serangkaian skandal, termasuk penangkapan mantan menteri kehakimannya.

Dia mengundurkan diri pada bulan September tahun itu tanpa mencapai tujuannya yang telah lama dipegangnya untuk merevisi konstitusi atau memimpin Olimpiade, yang telah ditunda hingga 2021 karena pandemi.

Namun, dia tetap mendominasi Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa, mengendalikan salah satu faksi utamanya. Dia berkampanye untuk pemilihan Majelis Tinggi dua hari kemudian ketika dia dibunuh.

Shinzo Abe pada perhitungan suara 2003Shinzo Abe, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Liberal (LDP) yang berkuasa, membubuhkan bunga pada nama calon LDP, saat ia memeriksa kemajuan penghitungan suara di markas LDP di Tokyo 9 November 2003. (Foto: voaindonesia.com/REUTERS/Kimimasa Mayama)

‘Abenomics’

Abe pertama kali menjabat pada 2006 sebagai perdana menteri termuda Jepang sejak Perang Dunia Kedua. Setelah setahun diganggu oleh isu mengenai skandal politik, kemarahan pemilih karena kehilangan catatan pensiun, dan kekalahan pemilihan untuk partai yang berkuasa, Abe akhirnya memilih berhenti dengan alasan kesehatan yang buruk.

"Yang paling mengkhawatirkan saya sekarang adalah karena pengunduran diri saya, cita-cita konservatif yang diangkat oleh pemerintahan Abe akan memudar," tulis Abe kemudian di majalah Bungei Shunju.

"Mulai sekarang, saya ingin mengorbankan diri saya sebagai salah satu anggota parlemen untuk membuat konservatisme sejati berakar di Jepang."

Lima tahun setelah mengundurkan diri, di mana ia menyalahkan penyakit usus kolitis ulserativa sebagai penyebab penguduran dirinya, Abe memimpin Partai LDP yang berhaluan konservatif dan sempat digulingkan pada 2009 kembali ke tampuk kekuasaan.

Dia kemudian meluncurkan strategi tiga cabang"Abenomics" untuk mengalahkan deflasi yang terus-menerus terjadi dan menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi dengan kebijakan moneter yang sangat mudah dan pengeluaran fiskal, bersama dengan reformasi struktural untuk mengatasi populasi yang cepat menua dan menyusut.

Namun, deflasi terbukti keras kepala, dan strategi pertumbuhannya menderita pada 2019 akibat kenaikan pajak penjualan dan perang perdagangan China-AS. Pandemi Covid-19 pada tahun berikutnya memicu kemerosotan ekonomi terdalam di Jepang.

Pada awal pandemi, Abe meluangkan waktu untuk menutup perbatasan Jepang dan menerapkan keadaan darurat yang mendesak orang untuk tinggal di rumah dan toko-toko tutup. Para kritikus awalnya mencap tanggapan itu canggung dan kemudian menyalahkan Abe karena kurangnya kepemimpinan.

Ketika dia mengundurkan diri dengan alasan penyakit usus yang sama, tingkat kematian Covid-19 Jepang jauh di bawah banyak negara maju lainnya.

Shinzo Abe pemimpin partaiPemimpin Partai Demokrat Liberal oposisi terbesar Jepang, Shinzo Abe, tiba untuk konferensi pers di Tokyo, Jumat, 16 November 2012. (Foto: voaindonesia.com/AP)

Dinasti

Abe berasal dari keluarga politik yang kaya. Ayahnya adalah mantan menteri luar negeri dan paman buyutnya pernah menjabat sebagai perdana menteri. Namun, jika menyangkut banyak kebijakan, kakeknya, mendiang Perdana Menteri Nobusuke Kishi, tampaknya menjadi sosok paling penting dalam karir politiknya.

Kishi adalah seorang menteri kabinet masa perang yang dipenjara tetapi tidak pernah diadili sebagai penjahat perang setelah Perang Dunia Kedua. Dia menjabat sebagai perdana menteri dari 1957 hingga 1960, mengundurkan diri karena kehebohan publik atas pakta keamanan AS-Jepang yang dinegosiasikan ulang.

Lima tahun pada saat itu, Abe terkenal mendengar suara bentrokan antara polisi dan massa kiri memprotes pakta di luar parlemen saat ia bermain di pangkuan kakeknya.

Kishi tidak berhasil merevisi konstitusi Jepang 1947 yang dirancang Amerika Serikat untuk menjadi mitra keamanan yang setara dengan AS dan mengadopsi diplomasi yang lebih tegas - isu-isu yang penting bagi agenda Abe sendiri.

Abe meningkatkan pengeluaran pertahanan dan menjangkau negara-negara Asia lainnya untuk melawan China. Dia mendorong hal itu melalui undang-undang untuk membiarkan Jepang menggunakan hak "pertahanan diri kolektif," atau secara militer membantu sekutu yang diserang.

Merevisi konstitusi pasifis tetap menjadi prioritas utama bagi Abe, tujuan yang diperdebatkan karena banyak orang Jepang melihat piagam tersebut bertanggung jawab atas catatan perdamaian negara itu pascaperang.

Agenda mendasar Abe adalah untuk melarikan diri dari apa yang disebutnya rezim pascaperang, warisan pendudukan AS yang menurut kaum konservatif merampas kebanggaan nasional Jepang. Mereformasi sistem pendidikan untuk mengembalikan adat istiadat tradisional adalah salah satu tujuannya.

Dia juga mengambil sikap yang kurang meminta maaf terhadap tindakan Jepang pada Perang Dunia Kedua, dengan mengatakan generasi mendatang tidak harus terus meminta maaf atas kesalahan masa lalu.

Shinzo Abe terima karangan bungaPerdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, kiri, menerima bunga dari Kepala Sekretaris Kabinet, Yoshihide Suga, setelah Suga terpilih sebagai ketua baru partai penguasa Jepang pada pemilihan kepemimpinan Partai Demokrat Liberal (LDP) Senin, 14 September 2020. (Foto: voaindonesia.com/AP)

Sikap Tegas

Pertama kali terpilih menjadi anggota parlemen pada 1993 setelah kematian ayahnya, Abe menjadi terkenal secara nasional dengan mengambil sikap tegas terhadap tetangganya yang tak terduga, Korea Utara, dalam perseteruan atas warga Jepang yang diculik oleh Pyongyang beberapa dekade lalu.

Meskipun Abe juga berusaha untuk meningkatkan hubungan dengan China dan Korea Selatan, di mana kenangan pahit masa perang berjalan dalam, ia membuat marah kedua tetangga pada 2013 dengan mengunjungi Kuil Yasukuni Tokyo, yang dilihat oleh Beijing dan Seoul sebagai simbol militerisme masa lalu Jepang.

Di tahun-tahun berikutnya, dia menahan diri untuk tidak mengunjunginya secara langsung dan malah mengirim persembahan ritual.

Di seberang Pasifik, Abe menjalin hubungan dekat dengan Presiden AS Donald Trump, bermain golf, dan sering melakukan panggilan telepon dan rapat.

Dia terpilih kembali sebagai presiden LDP untuk masa jabatan tiga tahun ketiga berturut-turut pada tahun 2018 setelah perubahan aturan partai dan, sampai pandemi Covid-19 melanda, beberapa di LDP telah mempertimbangkan perubahan aturan lain untuk memungkinkannya masa jabatan keempat. (ah/rs)/Reuters/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Profil Shinzo Abe, Politisi Jepang yang 4 Kali Jabat Perdana Menteri
Shinzo Abe lahir dari keluarga yang cukup berpengaruh dalam dunia politik dalam negeri. Ia dilahirkan pada 21 September 1954 di Tokyo.