Mengenal Sejumlah Mitos Terkait Transplantasi Ginjal

Tak sedikit mitos yang beredar terkait transplantasi ginjal. Berikut penjelasan sejumlah mitos transplantasi ginjal yang harus diketahui.
Ilustrasi Ginjal. (Foto: howdoyouare.com)

TAGAR.id, Jakarta - Pokja Transplantasi Ginjal Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Departemen Urologi FKUI-RSCM, Dr. dr. Nur Rasyid, SpU (K) menyatakan ada beberapa mitos terkait transplantasi ginjal. Hal ini penting untuk diketahui agar semua masyarakat tidak termakan dengan berbagai kabar yang tidak jelas kebenarannya.

Mitos pertama, transplantasi ginjal hanya bisa dilakukan sebagai langkah terakhir setelah pasien menjalani cuci darah atau saat cuci darah mulai tidak bagus. "Salah, dari awal itu sudah bisa dilakukan. Bahkan, orang yang sudah mengalami gagal ginjal stadium lima kita harus siapkan untuk HD (hemodialisis) atau transplantasi," kata dr. Rasyid,  dalam diskusi virtual RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jumat, 11 September 2020.

Kalau pasien memilih menjalankan transplantasi ginjal, kualitas hidup bisa meningkat nantinya. "Maka angka harapan hidup, angka kualitas ginjalnya jauh lebih baik," ucap dr. Rasyid.

Berikutnya, transplantasi ginjal hanya untuk pasien yang berusia muda. "Tidak, kalau kita lihat statistik di RSCM, banyak pasien-pasien kita yang berusia 60 dan lain sebagainya," ujarnya.

Kata dr. Rasyid, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pasien berusia tua saat ingin transplantasi ginjal. "Boleh transplantasi itu dilakukan asal harapan hidupnya 10 tahun lebih," kata dia.

Kemudian, biaya transplantasi ginjal jauh lebih mahal dibandingkan cuci darah. "Di Indonesia biaya HD lebih murah, maka biayanya sama dengan tiga tahun (cuci darah)," ucap dr. Rasyid.

Mengenai operasi ginjal disebut-sebut sebagai tindakan yang berbahaya, menurut dr. Rasyid, tidaklah benar dan ini hanya mitos. Sebab, di RSCM sendiri angka keberhasilan dari tindakan operasi ginjal ini mencapai 99 persen dan 95 persen untuk tingkat nasional. 

Selain itu, transplantasi ginjal disebut-sebut tidak bisa dilakukan setelah cuci darah sejak lama. "Tidak juga, meski ada yang sudah 5 tahun atau 7 tahun, karena mungkin baru tahu atau baru dapat donor," tuturnya.

Dokter Rasyid menyatakan seseorang yang menjadi donor akan memiliki kualitas hidup yang sama dengan yang bukan donor. Ini karena tim transplantasi di seluruh Indonesia harus melakukan prosedur pemeriksaan terhadap donor untuk memastikan orang tersebut dapat menjalankan hidup sehat ke depannya. 

Terakhir, ginjal baru pasca transplantasi tidak akan pernah rusak. "Salah, makanya pada waktu advokasi seseorang akan menjadi resipien bagian psikiatri, bagian hukum akan melihat apakah seseorang ini mempunyai mentalitas yang baik untuk merawat ginjalnya yang baru. Apabila tidak, maka dia tidak akan lolos sebagai resipien," tutur dokter Rasyid.

Sebagai informasi, transplantasi ginjal menjadi salah satu metode terbaik untuk mengatasi penyakit ginjal. Sebab, cara ini bisa membuat kualitas keberlangsungan hidup pasien lebih baik ke depannya. []

Baca juga:

Berita terkait
Tips Mencegah Terserang Penyakit Ginjal Kronik
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) bisa dicegah dan diperlambat jika sudah timbul beberapa gejala.
Penyebab Berat Badan Terus Naik yang Perlu Dipahami
Banyak orang yang selalu gagal menurunkan berat badan. Namun, apakah penyebab yang membuat berat badan terus naik? Ini penjelasannya.
Konsumsi Obat Jangka Panjang Bikin Rusak Ginjal?
Ketua Umum PB PERNEFRI dr. Aida Lydia mengatakan konsumsi obat dalam jangka panjang tidak akan merusak ginjal.