Mengenal Baht, Mata Uang Thailand dan Sejarahnya

Sebelum adopsi uang kertas dan koin, Thailand menggunakan Cowrie Shells (cangkang gastropoda laut),
Mata uang Thailand, Bath. (Foto: Tagar/Pixabay)

Jakarta – Baht merupakan mata uang nasional Thailand yang sudah ada sejak tahun 1897. Mata uang Baht ini memiliki simbol ฿. Satu baht Thailand dibagi menjadi 100 satang. Seperti halnya mata uang Rupiah, mata uang yang berlaku Thailand ini terbuat dari bahan uang kertas dan bahan uang logam.

Mata uang dalam bentuk koin mayoritas memiliki nominal kecil. Sedangkan pecahan uang berbahan kertas mayoritas mempunyai nominal yang lebih besar. Penerbitan mata uang ini merupakan tanggung jawab Bank of Thailand. Pecahan uang kertas Baht Thailand terdiri dari pecahan ฿20, ฿50, ฿100, ฿500, dan ฿1.000. Sementara itu pecahan uang koin Baht Thailand terdiri dari ฿0,01, ฿0,5, ฿0, 10, ฿0,25, ฿0,50, ฿1, ฿2, ฿5, dan ฿10.

Setiap denominasi uang kertas memiliki warna dominan yang berbeda. Warna uang kertas ฿ 20 berwarna hijau, uang kertas ฿ 50 sebagian besar berwarna biru, uang kertas ฿ 100 berwarna merah. Uang kertas pecahan ฿ 500 berwarna ungu, dan uang kertas ฿ 1,000 berwarna coklat abu-abu.

Sedangkan Untuk uang koin dibuat menggunakan logam yang berbeda-beda dan terdiri dari ฿0,01, ฿0,5, ฿0,10, ฿0,25 (kuningan), ฿0,50 (kuningan), ฿1 (kupronikel), ฿2 (kuningan), ฿5 (kupronikel dengan pinggiran tembaga), dan ฿10 (bimetalik dengan bagian tengah dari kuningan dan luar menggunakan kupronikel). Selain itu, juga terdapat pecahan uang logam 1 satang, 5 satang, 10 satang, 25 satang, dan 50 satang. Satang ini diketahui sudah jarang beredar namun masih digunakan dalam transaksi perbankan.

Sebelum adopsi uang kertas dan koin, Thailand menggunakan Cowrie Shells (cangkang gastropoda laut), Prakab (koin tanah liat), dan Pot Duang (koin peluru) sebagai uang mereka.

Raja Mongkut (Rama IV) menjalin hubungan diplomatik dengan banyak negara dan menerapkan perdagangan bebas. Selama masa pemerintahannya, peningkatan besar dalam perdagangan menyebabkan meningkatnya permintaan untuk mata uang. Tetapi, ada juga pemalsuan Pot Duang yang tersebar luas. Oleh karena itu, pada tahun 1853, Raja Mongkut (Rama IV) memperkenalkan uang kertas, yang disebut Mai. Namun, publik lebih suka menggunakan Pot Duang dan sebagai hasilnya, Mai, gagal memenuhi tujuan raja.

Selama pemerintahan Raja Chulalongkorn (Rama V) pada tahun 1873, harga tembaga dan timah naik di pasar internasional. Ini menyebabkan spekulan mencairkan koin dan mengirim logam ke luar negeri. Akibatnya, ada pasokan koin tembaga yang kurang dihargai dalam ekonomi Thailand. Untuk mengatasi kekurangan ini, Raja Chulalongkorn memutuskan untuk mengeluarkan uang kertas bernilai rendah yang disebut Att Kradat (Uang Kertas Berharga-Rendah). Uang kertas Att Kradat ditarik pada tahun 1875, ketika koin tembaga baru dari Inggris mulai masuk ke Thailand.

Pada tahun 1890 pemerintah siap mengeluarkan uang kertas yang disebut Ngoen Kradat Luang (Treasury Notes). Namun, karena pemborosan dalam manajemen uang kertas sayangnya Ngoen Kradat Luang tidak jadi diterbitkan. Lalu, pada 1897 Thailand resmi mengeluarkan mata uang mereka yang disebut Baht.

(Fadhil Ramadhan)


Baca juga:







Berita terkait
Sejarah Perjalanan Mata Uang Negara Inggris
Selain menyematkan huruf braille, Pound Sterling merupakan satu-satunya mata uang yang mencetak logonya di atas lembaran uang kertasnya.
Kilas Balik Sejarah Mata Uang Negara Jerman
Mata uang Jerman terus berkembang seiring dengan kemajuan negara melalui masa-masa perpecahan, resesi, dan hiperinflasi.
Yuk Intip! Sejarah dan Fakta Menarik Mata Uang Korea Selatan
Won Korea baru diresmikan pada tahun 1902, bahkan saat itu belum ada Won Korut Korsel karena kedua negara masih bersatu.
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.