Mengenal Bahaya Komorbid pada Anak Positif Covid-19

Covid-19 tidak pernah pandang usia, lansia, dewasa, bahkan anak-anak bisa terserang terutama jika anak memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
Ilustrasi - Bahaya komorbid pada anak positif Covid-19. (Foto: Tagar/Pixabay)

Jakarta - Covid-19 tidak pernah pandang usia, lansia, dewasa, bahkan anak-anak pun bisa terserang penyakit ini, terutama jika anak mempunyai penyakit penyerta atau komorbid.

Komorbid pada pasien anak Covid-19 bisa berbahaya, bahkan mengancam nyawa. Pasalnya, anak dengan komorbid sudah mengalami gangguan kesehatan. Jika terserang Covid-19, maka kesehatannya akan semakin terancam.

Sebuah penelitian yang diterbitkan di International Journal of Infectious Diseases oleh peneliti FKUI menemukan, sebanyak 40 persen pasien anak positif Covid-19 di RSCM meninggal dunia. Sebagian besar anak tersebut memiliki komorbid.


Bahkan sebelum pandemi penyakit ini pun sudah jadi masalah di Indonesia.


Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Yogi Prawira, yang terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan, kebanyakan pasien anak dengan komorbid datang ke rumah sakit dalam kondisi kritis sehingga risiko menjadi fatal tinggi.

Beberapa komorbid pada anak yang paling sering dijumpai seperti gagal ginjal kronik, anak dengan kondisi ganas seperti kanker, anak dengan penyakit jantung bawaan, anak obesitas, dan anak kurang gizi.

"Bahkan sebelum pandemi, penyakit ini pun sudah jadi masalah di Indonesia," kata Yogi

Virus SARS-CoV-2 tak hanya menginfeksi sistem pernapasan, tapi juga bagian tubuh lainnya seperti saluran cerna dan sistem saraf.

Pada anak dengan komorbid, virus yang mengganggu kerja organ tubuh bisa memperparah penyakit penyerta atau menghalangi pengobatan.

"Jadi, pada beberapa kondisi seperti gagal ginjal, keganasan, itu dalam kondisi normal pun daya tahan tubuhnya sudah terganggu, jadi imunitasnya sudah mengalami masalah. Apalagi, ditambah dengan adanya infeksi Covid-19. Jadi, memang bisa memperparah kondisi kesehatannya," tutur Yogi.

Begitu juga dengan anak penderita kanker yang harus menjalani kemoterapi. Pengobatan dengan kemoterapi bisa jadi tak bisa diberikan saat anak mendapatkan pengobatan untuk Covid-19.

Selain itu, karena virus bisa menyerang bagian mana saja dalam tubuh, gejala yang dialami pun bisa berbeda-beda pada setiap orang. Jika gejala Covid-19 umumnya adalah sesak napas dan batuk, gejala berbeda ditemukan pada anak.

Anak yang terinfeksi biasanya mengalami demam tinggi, baru disusul oleh sesak napas atau batuk.

Gejala yang dianggap ringan seringkali disepelekan oleh orang tua. Padahal, kata Yogi, pasien Covid-19 komorbid bergejala bisa dengan cepat menjadi parah jika tidak mendapat penanganan medis segera.

"Jadi ketika orang tua mendapati anaknya demam, dan anaknya itu juga sering ke RS untuk pengobatan penyakitnya, maka jangan disepelekan. Periksakan swab pada anak karena bisa jadi itu adalah gejala awal Covid-19," ucap Yogi.

"Kalau swabnya positif atau masuk kriteria suspek, tentu harus dibawa ke dokter spesialis anak terkait untuk mendapat terapi sesuai," ucapnya. []

Berita terkait
Risiko Kematian Tinggi Para Komorbid Bila Terpapar Covid-19
Pasien dengan komorbid, berisiko mengalami hambatan dalam proses penyembuhan ketika terserang penyakit lainnya juga menimbulkan komplikasi serius.
Lansia dan Komorbid Kini Jadi Sasaran Vaksin Covid-19
Pemerintah akan mulai melakukan vaksinasi corona virus disease (Covid-19) kepada kelompok orang dengan kategori lanjut usia (lansia).
Jenis Penyakit Komorbid Bisa dan Tidak Suntik Vaksin Covid
Pasien yang mengidap penyakit komorbid juga boleh menerima suntik vaksin Covid-19. Berikut daftar jenis penyakit yang diizinkan dan tak dapat izin.
0
Kementerian Agama Siapkan Pengaturan Hewan Kurban di Tengah Wabah PMK
Menjelang dan pada Iduladha dan tiga hari tasyrik di Iduladha pasti kebutuhan hewan ternak terutama sapi dan kambing itu akan tinggi