Mendorong Pemerintah Kota Menurunkan Kematian Warga

Badan Kesehatan Sedunia PBB (WHO) meminta agar pemerintah kota mengatasi kematian warga akibat penyakit tidak menular dan kecelakaan lalu lintas
Menelepon sambil mengemudi meningkatkan risiko kecelakaan (Foto: itstillruns.com)

Oleh: Syaiful W. Harahap

Kematian penduduk perkotaan di dunia ternyata banyak karena penyakit tidak menular dan kecelakaan lalu lintas. Setiap tahun 41 juta warga Bumi meninggal karena penyakit jantung, stroke, kanker dan diabetes dan 1,25 juta meninggal karena kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Pemerintah kota diharapkan berperan dalam mengatasi kematian warga kota.

Di Indonesia sendiri tahun 2018 terjadi 170 ribu kecelakaan yang melibatkan 74-75 persen kendaraan bermotor. Dari kecelakaan ini 29 ribu meninggal dunia yang lain menderita luka berat dan luka ringan.

Penghasilan Rendah

Akibat kecelakaan lalu lintas setiap tahun kehidupan sekitar 1,35 juta orang terpotong. Selain itu sekitar 20 - 50 juta lebih menderita cedera non-fatal, sebagian lagi menderita cacat akibat cedera yang mereka alami karena kecelakaan lalu lintas di jalan raya.

Bertepatan dengan Hari Kota Sedunia yang diperingati tiap tanggal 31 Oktober, WHO mengingatkan pemimpin kota di seluruh dunia agar mengatasi kematian warga kota akibat penyakit tidak menular dan kecelakaan lalu lintas.

Peringatan WHO itu kian penting karena, “Lebih dari setengah orang di dunia tinggal di kota-kota, dan jumlahnya meningkat,” kata Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. Untuk itulah diharapkan pemimpin kota memperhatikan kebutuhan warganya berupa akses ke layanan kesehatan dan meningkatkan keamanan transportasi umum, ruang luar yang bersih dan aman, serta makanan yang sehat.

Dilaporkan lebih dari 90% kematian akibat kecelakaan lalu lintas terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Di kawasan Afrika kematian akibat kecelakaan lalu lintas tertinggi di dunia. Celakanya, di negara-negara berpenghasilan tinggi warga dengan latar belakang sosial ekonomi yang rendah justru lebih mungkin terlibat dalam kecelakaan lalu lintas di jalan raya.

Ilus opini1Jalur sepeda yang aman (Foto: who.int)

Studi menunjukkan 85% kematian orang dewasa di perkotaan terjadi karena penyakit tidak menular dan lebih dari 90% kematian karena kecelakaan lalu lintas. Ini dari 19 hasil studi yang 15 di antaranya studi di negara berkembang. Lebih dari separuh kematian di jalan raya terjadi pada pejalan kaki, pesepeda dan pengendara sepeda motor.

Penyebab utama kematian anak-anak dan remaja pada rentang usia 5-29 tahun terjadi karena cedera lalu lintas. Misalnya, anak-anak yang naik sepeda di jalan raya yang tidak mempunyai jalur khusus untuk sepeda. Begitu juga dengan tempat-tempat penyebarangan (zebra crossing) yang tidak ada atau tidak ditaati oleh pengendara.

Selain itu juga trotoar yang tidak aman dan nyaman. Di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia, misalnya, trotoar sempit dan dipakai oleh pedagang kaki lima, tukang tambal ban, dipakai pemotor dan parkir kendaraan bermotor. Pemprov DKI Jakarta sejak Gubernur Ahok memperbaiki trotoar agar nyaman dan aman bagi pejalan kaki.

Trotoar KalibataSejumlah pohon pelindung di sisi trotoar tersebut terlihat ditanam terlalu rapat hingga mengganggu pejalan kaki yang melintas. (Foto: Tagar/Nurul Yaqin)

Kota New York, AS, misalnya, membangun jalan yang bisa dipakai pejalan kaki bagi manula yang telah mengurangi kematian pejalan kaki lansia sebesar 16%. Ini bisa jadi pegangan perencana kota dengan membuat kebijakan yang menurunkan kecelakaan. Soalnya, risiko kematian bagi pejalan kaki yang ditabrak bagian depan mobil meningkat tajam dari 4,5 kali pada kecepatan 50 km/jam.

Ponsel

Laki-laki ternyata cenderung lebih banyak terlibat kecelakaan lalu lintas daripada perempuan. Sekitar 73% dari semua kematian akibat kecelakaan lalu lintas di jalan raya dialami laki-laki muda di bawah usia 25 tahun. Laki-laki juga hampir tiga kali lebih mungkin tewas akibat kecelakaan di jalan raya daripada perempuan. Mengemudi di bawah pengaruh minuman beralkohol dan zat atau obat psikoaktif meningkatkan risiko kecelakaan yang bisa berakibat kematian atau cedera serius.

Kecelakaan lalu lintas juga dipicu oleh peningkatan kecepatan, terutama kalau ngebut yang mendorong kecelakaan. Setiap peningkatan 1% kecepatan akan meningkatkan 4% risiko kecelakaan fatal dan 3% meningkatkan kecelakaan serius. Risiko kematian bagi penumpang mobil pada tabrakan pada sisi mobil-ke-mobil 85% pada kecepatan 65 km/jam.

Memakai helm dengan benar menurunkan risiko cedera yang fatal sebesar 42% dan mengurangi risiko cedera kepala 69%. Memakai sabuk pengaman mengurangi risiko kematian pada kecelakaan bagi pengemudi dan penumpang di kursi depan sebesar 45-50%, dan menurunkan risiko kematian serta cedera serius sebesar 25% pada penumpang di kursi belakang. Pengemudi yang menggunakan ponsel empat kali lebih mungkin terlibat kecelakaan lalu lintas karena waktu reaksi yang lambat untuk pengereman dan ketaatan terhadap rambu lalu lintas yang rendah.

Upaya untuk mencegah kematian karena penyakit tidak menular dan kecelakaan lalu lintas di perkotaan jadi penting karena di masa depan lebih dari 90% pertumbuhan populasi di perkotaan terjadi di negara-negara bepenghasilan rendah dan menengah. Dari 10 kota besar di dunia 7 di antaranya ada di negara berkembang.

Dengan tingkat kematian 1,35 juta orang setiap tahun akibat kecelakaan lalu lintas dampaknya menelan biaya 3% dari produk domestik bruto (PDB) negara-negara tersebut. Untuk itulah Agenda The2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan menetapkan target ambisius untuk mengurangi separuh jumlah kematian dan cedera global akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2020.

Kecelakaan lalu lintas di jalan raya menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar bagi individu, keluarga mereka, dan negara secara keseluruhan. Kerugian ini timbul dari biaya perawatan serta hilangnya produktivitas bagi mereka yang terbunuh atau cacat oleh cedera mereka, dan bagi anggota keluarga yang perlu mengambil cuti dari pekerjaan atau sekolah untuk merawat yang terluka. 

Yang jadi persoalan lain adalah penanganan korban kecelakaan lalu lintas. Soalnya, tindakan medis berpacu dengan waktu. Penundaan dalam hitungan menit saja bisa jadi pemicu antara hidup dan mati. Selain meningkatkan akses ke rumah sakit, pemerintah perlu juga melatih petugas-petugas khusus untuk menangani korban kecelakaan lalu lintas sebelum sampai ke rumah sakit.

Salah satu faktor yang bisa menurunkan risiko kecelakaan lalu lintas adalah penegakan hukum terkait dengan lalu lintas. Didukung pula dengan rancangan infrastruktur yang meningkatkan keamanan berlalu lintas. Penanganan keselamatan di jalan raya secara holistik dengan melibatkan pihak-pihak yang terkait langsung dengan lalu lintas (Sumber: who.int). []

Berita terkait
Trotoar di Cikini Buat Parkir Liar Motor dan PKL
Di Jalan Cikini Raya ternyata masih banyak disalahgunakan sebagai tempat parkir liar sepeda motor dan pedagang kaki lima (PKL).
Enam Kawasan DKI Target Revitalisasi Trotoar
Hari Nugroho menuturkan semua fasilitas trotoar tersebut dibuat secara lengkap sebagai bagian dari bangunan jalan.
Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas Diatur dalam UU
Sebagai pengguna jalan, apa yang harus dilakukan jika terlibat atau melihat terjadinya kecelakaan lalu lintas? Seperti kejadian di Tol Cipularang.