Jakarta - Ketua Umum Persaudaraan Alumni (Ketum PA) 212 Slamet Maarif berharap kepolisian bertindak serius dalam menindaklanjuti laporan yang dibuatnya. Tidak mengambang seperti teror terhadap anggota Front Pembela Islam (FPI).
Slamet merasa menjadi korban pelemparan batu oleh orang tidak dikenal di kediamannya di Cimanggis, Depok, pada Selasa, 18 Februari 2020.
Apakah penanganannya sama dengan masa lalu yang hilang begitu saja, seperti teror di kantor FPI Cimanggis, kantor FPI Pasar Rebo.
Baca juga: Polisi Sebut Massa FPI dan PA 212 Tidak Besar
"Saya berharap untuk kali ini bisa diungkap siapa dan motif apa di balik teror terhadap saya. Karena bagi saya, ini taruhan bagi Kapolda dan Kapolri yang baru," kata Slamet saat ditemui Tagar di Gedung Dakwah Islamiyah Indonesia, Rabu, 19 Februari 2020.
Kendati demikian, Slamet mengapresiasi kinerja polisi yang dinilainya bergerak responsif. Sebab, aparat langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) beberapa jam setelah mendapat laporan darinya.
"Saya sudah membuat laporan polisi di Polres Depok. Saya apresiasi gerak cepat. Di hari Selasa, jam 8 hingga 9 (pagi), mereka (polisi) sudah olah TKP. Kemudian, sorenya tim mereka sudah bergerak menyisir di sekitar rumah saya," ujarnya.
Bukan tanpa sebab Slamet berharap keadilan dapat ditegakkan. Sebab, pada kasus teror sebelumnya yang dialami oleh anggota FPI tidak pernah diusut sampai tuntas oleh polisi. Oleh sebab itu, teror yang dialaminya dia harapkan dapat diinvestigasi hingga pelakunya ditangkap.
"Apakah penanganannya sama dengan masa lalu yang hilang begitu saja, seperti teror di kantor FPI Cimanggis, kantor FPI Pasar Rebo. Tabligh Akbar di Cawang. Mudah-mudahan ini berbeda dan bisa diungkap," kata dia.
Slamet menceritakan saat terjadi pelemparan batu, anak dan istrinya mengalami syok berat. Namun, dia coba menjelaskan kepada keluarganya, mengenai teror di rumah merupakan risiko dari menegakkan amar makruf nahi mungkar.
Baca juga: Slamet Maarif Beberkan Penyuplai Dana Aksi PA 212
"Ketika teror, secara psikologis kaget, terutama anak saya. Karena bunyi yang kencang. Tapi kemudian saya memberi pemahaman terhadap anak-anak dan istri saya, risiko perjuangan menegakkan keadilan, memperjuangkan agama kita yang diyakini. Di hari pertama anak mau sekolah masih takut. Tapi sekarang sudah normal," tutur Slamet.
Pelemparan batu itu terjadi pada Selasa, 18 Februari pukul 03.00 WIB. Pelemparan kedua terjadi saat Slamet Maarif sedang melaksanakan salat Subuh sekitar pukul 05.00 WIB.
Slamet mengaku belum mengetahui perkembangan kasusnya sudah sejauh mana. Namun, yang diketahuinya saat ini adalah kepolisian telah membentuk tim gabungan yang terdiri dari Polsek Cimanggis, Polres Depok, dan Polda Metro Jaya.
"Saya belum dapat info tapi bisa ditanyakan ke polres Depok. Tapi ini kelihatannya serius, karena selain Polres Depok, Polda Metro Jaya turun tangan dibentuk tim gabungan, Polsek Cimanggis, Polres Depok dan Polda Metro Jaya," ucap Ketum PA 212 Slamet Maarif. []