Yogyakarta - Kondisi pandemi tidak menghalangi Timbul Raharjo seorang pelukis dan seniman kondang untuk menggelar pameran tunggal bertajuk ME MYSELF & I di Gedung Pameran Temporer Sonobudoyo, Kota Yogyakarta 30 Agustus 2020. Dengan sub tema Transvestite Arts, Timbul bermaksud memamerkan karya seni rupa arca dan lukisan kanvas karya.
"Tema Me Myselft & I terdiri dari tiga kata yang bermakna sama yakni “keakuan” bertendensi subjektif dan berbahaya bagi perkembangan seni rupa," ungkapnya.
Dikatakan subjektif dan berbahaya, lantaran dalam diri seseorang belum tentu memiliki kekuatan dalam berbagai bidang dalam mencipta dan mewacanakannya. Sedangkan transvestite adalah nilai karya dalam proses penciptaan mulai dari penentuan idea sampai pada fungsi karya itu mau dibawa ke mana. "Tranvestatite yang berarti waria ini sebagai kata asosiatif yang digunakan dalam penjelasan proses kreasi dalam berkarya," jelasnya.
Namun justru menariknya, karya ini kemudian memiliki fleksibelitas yang baik masuk dalam ceruk budaya dan pasar manapun.
Transvestite arts yang berarti seni banci atau waria arts, adalah ungkapan asosiasitif. Karya dapat masuk ke fine art dan aplied art, atau masuk dalam posisi diantara keduanya, maka seni ini tidak berkelamin sebab bingung menentukannya karena memang tidak diketahui jenis kelaminnya.
"Namun justru menariknya, karya ini kemudian memiliki fleksibelitas yang baik masuk dalam ceruk budaya dan pasar manapun, bersifat transvestite dan lintas budaya dan pasar," terangnya.
Sebagian besar karya Timbul yang dipamerkan berupa pahatan kuda, banteng maupun singa. Gelaran pameran ini pun akan dibuka hingga tanggal 13 September 2020 mendatang. "Metode pelaksanaan pameran dilakukan online dan offline melalui berita di dunia maya serta dapat dilihat secara offline di Sonobudoyo," tandasnya.
Timbul pun tidak ragu untuk membuka kran kritik terhadap keseluruhan karya yang dipamerkan agar budaya kritik kembali lahir. "Ungkaplah kejelekan karya saya, karena kebaikan adalah semu dan sering diucapkan oleh orang-orang yang secara baik kita kenal dan pasti nir-konflik, namun sampaikanlah kekurangannya agar aku menyadarinya, maka budaya kritik bisa terlahir kembali," tuturnya. []