Mayoritas Negara Anggota G20 Kutuk Invasi Rusia ke Ukraina Kecuali China Abstain

Negara-negara Barat bersikeras bahwa mereka tidak dapat mendukung hasil apa pun yang tidak memasukan kecaman terhadap invasi Rusia
Para menteri keuangan, gubernur bank sentral dan kepala delegasi negara-negara G20 menghadiri konferensi Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 di Bengaluru, India, 24 Februari 2023. (Foto: voaindonesia.com/India\'s Press Information Bureau/Handout via REUTERS)

TAGAR.id, Bengaluru, India - Para pemimpin keuangan negara-negara dengan ekonomi terbesar dunia (G20), Sabtu, 25 Februari 2023, mengecam Moskow atas perang di Ukraina. Dari seluruh negara yang hadir, hanya China dan Rusia sendiri yang menolak menandatangani pernyataan bersama.

India, sebagai Ketua Kelompok Dua Puluh (G20) yang menjadi tuan rumah pertemuan di Kota Bengaluru, enggan mengangkat isu perang. Namun, negara-negara Barat bersikeras bahwa mereka tidak dapat mendukung hasil apa pun yang tidak memasukan kecaman terhadap invasi Rusia.

Tidak adanya konsensus di antara anggota G20 memaksa India untuk mengeluarkan "ringkasan dan dokumen" yang hanya merangkum pembicaraan selama dua hari dan mencatat perbedaan pendapat.

"Sebagian besar anggota mengutuk keras perang di Ukraina dan menekankan bahwa hal itu menyebabkan penderitaan manusia yang luar biasa dan memperburuk kerentanan yang ada dalam ekonomi global," menurut catatan India.

Pernyataan tersebut juga menekankan bahwa perang di Ukraina sudah menyebabkan gangguan rantai pasokan, risiko terhadap stabilitas keuangan dan berlanjutnya kerawanan energi dan pangan.

"Ada pandangan lain dan penilaian yang berbeda tentang situasi dan sanksi," tulis pernyataan itu, merujuk pada langkah-langkah yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS), negara-negara Eropa, dan lainnya untuk menjatuhkan sanksi terhadap Rusia dan mengurangi pendapatan negara itu.

Hasilnya mirip dengan KTT G20 di Bali pada November lalu ketika Indonesia juga mengeluarkan deklarasi akhir yang mengakui adanya perbedaan. Kelompok G20, yang dibentuk selama dua dekade untuk mengatasi krisis ekonomi, makin sulit mencapai konsensus yang diperlukan untuk mengeluarkan komunike akhir pertemuan resmi.

"Meskipun tidak ada yang kami sebut komunike, tetapi hanya pernyataan hasil, kami masih berpikir kami telah membuat beberapa kemajuan dalam melibatkan semua menteri," kata Menteri Keuangan India Nirmala Sitharaman.

Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner mengatakan penolakan China untuk bergabung dalam deklarasi itu "disesalkan".

Menteri Keuangan AS Janet Yellen sebelumnya mengatakan kepada Reuters bahwa pernyataan apa pun yang mengutuk Rusia "sangat diperlukan". Dua delegasi mengatakan kepada Reuters bahwa Rusia dan China tidak ingin platform G20 digunakan untuk membahas masalah politik.

Rusia, anggota G20 tetapi bukan anggota G7, menyebut tindakannya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus", dan menghindari menyebutnya sebagai invasi atau perang.

India mempertahankan sikap netral, menolak untuk menyalahkan Rusia atas invasi tersebut, mencari solusi diplomatik dan meningkatkan pembelian minyak Rusia secara signifikan.

China dan India termasuk di antara negara-negara yang abstain pada Kamis (23/2) ketika PBB dengan suara mayoritas, menuntut Moskow menarik pasukannya dari Ukraina dan menghentikan pertempuran.

Selain negara-negara G7, blok G20 juga mencakup negara-negara seperti Australia, Brazil, dan Arab Saudi.

"Menjadi sulit bagi G20 untuk terlibat dalam diskusi konstruktif karena invasi Rusia ke Ukraina, yang merupakan tindakan yang mengguncang tatanan global," kata Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki kepada wartawan. (ah/ft)/Reuters/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Sikap ASEAN di Pertemuan dengan Uni Eropa Terpecah Soal Invasi Rusia ke Ukraina
Pernyataan bersama UE-ASEAN tentang invasi hanya mengatakan "sebagian besar anggota" mengutuk keras perang di Ukraina