Matano, Danau Purba dan Misteri Gua Tengkoraknya

Gua Tengkorak, satu sudut yang kerap dikunjungi turis dan cukup misterius. “Tengkorak manusia sengaja diletakkan di dalamnya,” kata Wiji.
Namanya belum setenar Danau Toba di Medan, Sumatera Utara, tapi pesona Danau Matano tidak bisa dipandang sebelah mata. Danau Matano terletak di Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. (Foto: pegipegi.com)

Ratusan tahun lalu sebelum agama masuk, jasad seseorang yang meninggal ditaruh di dalam gua. Tidak dikuburkan.

Meski belum semua sudut terkuak dari persembunyiannya, banyak penikmat panorama terpesona dengan Nusantara. Tampaknya jarang terdengar, namun bukan berarti tidak rupawan pesona alamnya.

Terka dan pandanglah dari ketinggian, Danau Matano bagai akuarium alami dengan takdir keindahannya yang tak terperi. Bibir danau selalu tersapu gelombang, hingga membuat pasir terlihat jelas pada kedalaman 20 meter, bergoyang lembut. Bahkan, cahaya dari sang surya seolah menari membias ke dalam perairan dengan demikian elok.

Matano adalah danau purba (danau tua) yang terbentuk dari aktivitas tektonik alias pergeseran lempeng. Arsitektur alamnya memiliki formula tersendiri, membentuk keseimbangan dalam menyajikan keindahannya.

Danau Matano yang bermakna mata air itu terletak di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Dengan kedalaman maksimal 590 meter, Danau Matano adalah telaga terdalam di Bumi Pertiwi. Berada pada posisi 382 meter di atas permukaan laut, hal itu berarti Danau Matano memiliki kedalaman 208 meter dari permukaan laut itu sendiri (cryptodepresion).

Data Badan Konservasi Lingkungan Dunia (WWF) menyebutkan, danau tersebut juga yang terdalam di Asia Tenggara. “Untuk tingkat dunia, menempati peringkat kedelapan terdalam di dunia,” sebut WWF.

Dengan kondisi seperti itu, untuk bisa memenuhi air hingga memiliki volume 98 kilometer kubik membutuhkan waktu sekitar empat juta tahun.

Berdiri di pinggirannya, sejauh mata memandang, akan disuguhkan hijaunya cekungan bukit yang masih alami. Jika dibayangkan, itu mirip dengan mangkuk yang mengelilingi pinggiran telaga.

Menurut Bayu Aji, anggota komunitas selam setempat, fauna endemik di Danau Matano tergolong hewan purba. Salah satunya adalah ikan butini, yang habitatnya hidup di dasar danau. Ikan ini berwarna cokelat dan besarnya bisa mencapai paha orang dewasa.

Danau MatanoAktivitas warga di dermaga Pantai Pontada Danau Matano di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Minggu (5/2/2018). Danau Matano terletak di pinggiran Sorowako yang luasnya sekitar 8.218, 21 ha dan merupakan salah satu danau terdalam mencapai 550 meter. (Foto: Antara/Sahrul Manda Tikupadang)

Bayu Aji yang sempat menjabat Senior Manager Communication PT Vale itu, sempat menuturkan, banyak masyarakat terkejut ketika melihat beningnya Danau Matano.

PT Vale yang merupakan perusahaan pertambangan nikel, berupaya membantu melestarikan dan menjaga kealamian kejernihannya.

Salah satu sudut dermaga Danau Matano dikelola oleh PT Vale. Dengan mengajak masyarakat lokal sekitar menjaga serta mengembangkan potensi warisan alam tersebut maka kelestarian danau diharapkan mampu terjaga.

Bayu yang kini menjabat sebagai Fungsi Koordinasi Produksi Planing Kontrol dan Operasional PT Vale mengungkapkan, peran Danau Matano untuk keseimbangan alam sangatlah besar. Salah satunya menjadi sumber Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang mampu memasok energi bagi perusahaan dan lingkungan.

Hewan langka lainnya yang mendiami danau purba ini kerang serta kepiting danau yang jarang ditemui di tempat lain. Beberapa ikan yang terlihat dari bibir danau adalah ikan pelangi. Disebut ikan pelangi lantaran memiliki sisik berwarna-warni yang biasanya dijadikan ikan hias air tawar.

Danau ini memiliki banyak keistimewaan. Salah satu titik wisatanya bahkan dinamakan Pantai Matano, karena pasirnya mirip pasir pantai dan memiliki dasar yang landai.

Pengunjung perlu berhati-hati, karena tidak semua bibir danau memiliki dasar yang landai. Itu bisa terlihat jelas jika orang berperahu sedikit ke tengah. Saksikanlah, banyak palung cekungan yang langsung menghadap bibir danau dengan dasar yang sudah tidak terlihat oleh mata telanjang.

Gua Tengkorak

Ada yang tampak paling unik. Dari tawaran panorama Matano, satu sudut yang kerap dikunjungi turis dan cukup misterius, yaitu Gua Tengkorak.

Tidak hanya namanya, namun memang di dalam gua terdapat ratusan tengkorak manusia.
Menurut Wiji, warga setempat, tengkorak manusia tersebut sengaja diletakkan di dalam gua.

Dia menyebutkan, ratusan tahun lalu sebelum agama masuk daerah tersebut, seseorang yang meninggal, jasadnya akan ditaruh di dalam gua. Tidak dikuburkan seperti sekarang.

Untuk menuju gua tengkorak, pengunjung harus menyewa perahu (yacht). Selain itu, pengunjung juga harus memiliki keterampilan berenang, sebab jika air sedang naik, pintu masuk gua tertutup permukaan air. Pelancong yang punya nyali biasanya berenang dan menyelam untuk melewati pintu masuknya.

Di antara palung-palung atau celah dasar danau terdapat banyak benda purbakala berusia ratusan tahun. Di antaranya perlengkapan dapur, tembikar, dan beberapa patung hiasan rumahan.

Salah satu lokasi teraman untuk berenang ataupun "snorkling" adalah di Pulau Kucing dan Pulau Mangga. Di tempat ini kedalaman airnya lebih dangkal, yakni berkisar enam meter. Pulau ini memiliki tepi bebatuan.

Bebatuan yang tersusun diselimuti lumut yang licin, namun indah dipandang apabila melakukan penyelaman karena langsung berada dengan palung danau.

Di sekitar Pulau Kucing terdapat banyak sekali benda purbakala. Penulis sempat menyelam lebih dalam untuk menyibak apa yang telah disimpan danau tersebut.

Di kedalaman sekitar empat meter, di dasar danau, di antara rongga bebatuan ditemukan tembikar kuno yang masih tersisa separuh badan, mirip kendi, namun tidak ada corong airnya.

“Sebelumnya sudah banyak ditemukan keris kuno yang berlumut di dasar danau,” kata Wiji.

Cukup berbahaya apabila pengunjung tidak pandai berenang di kawasan ini. Jika ingin bermain air, pakailah pelampung atau perlengkapan selam memadai serta didampingi pemandu lokal.

Pulau Kucing dan Mangga, misalnya, jarak diagonal dari tepi pulau menuju kedalaman sangat curam. Dari kedalaman tepi yang 1,5 meter bisa langsung menjorok berhadapan dengan palung sedalam lebih dari delapan meter.

Warga sekitar menginformasikan bahwa Danau Matano memiliki dua jenis suhu air. Pada kedalaman di atas 100 meter, suhunya berbeda, serta kadar oksigen airnya tipis. Hal itu menyebabkan tidak akan terasa dingin ketika berenang. Selain itu, badan terasa lebih ringan daripada saat berenang di air dengan kadar oksigen tinggi.

Di Pulau Kucing juga tersedia penyewaan katinting (perahu lokal). Ada pula yang menyewakan kano, baik untuk satu orang ataupun dua orang. Selain itu, perlengkapan selam termasuk pelampung juga tersedia. (Afut Syafril Nursyirwan/ant)

Berita terkait