Masyarakat Sulit Diatur, Herd Immunity Berat Dilakukan

Psikolog Klinis Forensik Kasandra Putranto menegaskan sulit untuk menerapkan Herd Immunity Covid-19 di Indonesia, karena masyarakat sulit diatur.
Sejumlah pekerja berjalan usai bekerja dengan latar belakang gedung perkantoran di Jl Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (16/4/2020). (foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/hp).

Pematangsiantar - Psikolog Klinis Forensik Kasandra Putranto menegaskan Indonesia belum bisa menerapkan herd immunity, karena saat pandemi Covid-19 ini saja perilaku masyarakat masih sangat sulit diatur untuk menerapkan disiplin protokol kesehatan.

Dia mengatakan pemerintah tidak akan pernah menerapkan kebijakan lockdown. Oleh sebab itu, yang harus dilakukan adalah memutus penyebaran virus dengan cara meningkatkan imunitas tubuh dan mematuhi physical distancing, sebelum memasuki fase herd immunity.

Intinya menciptakan kekebalan. Jadi harus sudah ada vaksin. Kan kita belum punya vaksin.

"Ketika lockdown tidak bisa dilakukan, pilihan yang lain adalah herd immunity, dengan belajar merubah perilaku agar menjadi kebal. Pasti berat (herd immunity), tapi tidak ada pilihan. Karena masyarakat kita sulit diatur," kata Kasandra ketika dihubungi Tagar, Rabu, 20 Mei 2020.

Baca juga: Arti Herd Immunity dan Hubungannya dengan Covid-19

Dia memandang kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) merupakan pilihan yang rasional di negara ini guna memutus rantai penyebaran Covid-19. Namun, bukan berarti masyarakat harus mengabaikan pola hidup sehat.

"Jaga kebersihan, makan sehat, istirahat cukup, olahraga, menjaga kesehatan mental agar tidak cemas panik dan tertekan (karena gangguan ini akan menurunkan imunitas), menjaga jarak dan perubahan. Perilaku sosial (tidak berkerumun, tidak berdekatan, tidak bersentuhan) patuhi ini," ujarnya.

Dokter Kasandra PutrantoPsikolog Klinis Forensik Kasandra Putranto(Foto: Instagram/@a.kasandraputranto)

Kendati demikian, dia kembali menyesalkan masih maraknya masyarakat yang melanggar aturan PSBB, sehingga terjadi kerumunan di beberapa tempat yang rawan melahirkan klaster baru Covid-19.

"Coba dibayangkan, apakah memungkinkan? PSBB belum dicabut saja orang sudah kabur belanja berdesak-desakan demi beli baju baru. Dilarang ibadah banyak yang marah. Lah di Mekkah juga ditutup," kata dia.

Baca juga: Pengertian dan Risiko Herd Immunity

Kasandra meyakini herd immunity bisa dilakukan jika sudah ada vaksin. Namun, realitasnya saja virus corona terus bermutasi, yang membuat para ilmuwan kewalahan meracik formulanya.

"Intinya menciptakan kekebalan. Jadi harus sudah ada vaksin. Kan kita belum punya vaksin. Ada asumsi bahwa kalau sudah kena infeksi bisa kebal, enggak bakal kena lagi. Namanya asumsi, belum tentu terbukti, karena masih ada laporan terkini bahwa yang kena Covid-19 masih bisa kena lagi," ucapnya.

Dia menekankan, untuk itu seluruh rakyat harus mendukung penuh kebijakan PSBB dan social distancing, sambil beradaptasi dengan new normal.

"Sambil kita belajar untuk hidup di dunia baru yang mau tidak mau, suka tidak suka, senang tidak senang, bisa atau tidak bisa, harus mau, harus suka, harus bisa!" ucapnya.

Kasandra berpendapat, new normal memang pada akhirnya harus dilalui di seluruh negara. Sebab, organisasi kesehatan dunia atau WHO saja menyatakan belum dapat memastikan kapan pagebluk corona ini akan berakhir. Dengan harus terus berjalannya kehidupan, masyarakat dia harapkan dapat pelan-pelan beradaptasi, menyesuaikan dengan dunia baru. 

"Masalahnya dengan hoaks, provokasi, dan fitnah, kondisi mental masyarakat menjadi semakin tidak menentu. Ada yang tidak percaya pemerintah, menyebarkan hoaks, memprovokasi, dll. Memang kita harus menerima datangnya dunia baru. Online study, online working, online shopping, online concert, online praying, dst," ujarnya.

Dia berharap, seluruh masyarakat bisa memaksimalkan daya pikir rasional, bukan malahan meledakkan emosional. Lantas, Kasandra mengingatkan pentingnya mengurangi menonton berita dan berselancar di media sosial, karena dapat menyerang psikis manusia. Pandemi corona ini dia pandang justru dapat mengeratkan hubungan keluarga di rumah.

"Fokus pada kesehatan fisik dan mental. Penelitian terkini membuktikan bahwa ketika manusia berada di dalam kondisi terancam, ternyata kita justru sangat ingin dan terdesak untuk selalu bersama dengan orang-orang yang disayangi," ucap Kasandra Putranto. []

Berita terkait
Update Sembuh Covid-19 dan Meninggal di Yogyakarta
Update Covid-19 di Provinsi DIY per Rabu, 20 Mei 2020, pasien yang sembuh 97 orang, yang meninggal 8 delapan orang.
Wanita Tua di Samosir Tewas Mendadak, Bukan Covid-19
Seorang wanita tua warga Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, tiba-tiba pingsan di pasar dan tak lama menginggal dunia. Disebut bukan karena corona.
Covid-19: Positif 19.189, Sembuh 4.575, Wafat 1.242
Juru Bicara Pemerintah untuk virus corona atau Covid-19 Achmad Yurianto mengungkapkan perkembangan data hasil laboratorium terkait kasus corona.