Mama Aleta Baun Singgung Obat Tradisional di Masa Pandemi

Aktivis lingkungan dan perumpuan NTT, Mama Aleta Baun ingatakan Indonesia dan dunia soal obat tradisional di masa pademi Covid-19.
Mama Aleta Baun, aktivis Perempuan dan Lingkungan dari Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. (Foto: tangkapan layar YouTube)

Medan - Indonesia dan dunia saat ini tengah dilanda pandemi Covid-19. Penyakit yang sejauh ini belum ditemukan obat dan vaksinnya. Di tengah upaya melawan virus mematikan itu, kembali ke alam adalah salah satu jawaban alternatif.

Aktivis Perempuan dan Lingkungan dari Nusa Tenggara Timur, Mama Aleta Baun dalam sesi webinar bertema lingkungan yang digelar Institut Interfidei dan Jaringan Antar-Iman Indonesia bertema pertobatan ekologis, pada Jumat, 18 September 2020, menyebut bagaimana alam atau lingkungan bisa menjawab persoalan kehidupan.

Menurut Mama Aleta, dalam masa pandemi Covid-19, sebetulnya masyarakat tengah diingatkan untuk mau mengkonsumsi obat-obat tradisional. Dan sumber obat tradisional itu hanya ditemukan di alam, hanya ada di hutan.

"Nah, kalau selama ini hutan tidak ada lagi. Lingkungan hancur tidak ada lagi. Bagaimana orang mau mempertahankan itu, bagaimana kita memberikan kepada rakyat untuk mengkonsumsi obat tradisional. Bagaimana pun kita harus kembali untuk tanam dan budi daya," kata dia.

Mama Aleta mengingatkan, ada kekayaan alam yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia, menjaga dan melestarikannya demi kesejahteraan dan kehidupan.

Alam menurutnya, telah menjawab setiap kebutuhan manusia. Hanya saja ketika alam sudah rusak, maka menjadi tanggung jawab masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut atau manusia yang berada di tempat itu untuk memperbaikinya.

Ketika bersahabat dengan alam, merawat alam, merawat lingkungan, maka kita sebetulnya merawat kehidupan kita

"Manusia yang ada di sana memperbaiki alam yang rusak, untuk stabil atau normal kembali sehingga mereka bisa menggunakan kekayaan alam itu untuk keberlanjutan kehidupan dan keberlanjutan pembangunan. Ketika alam rusak, apa yang dilakukan. Yang dilakukan masyarakat Mollo misalnya adalah konservasi alam untuk mempertahankan hidup," tuturnya.

Mama Aleta memaparkan bagaimana menata kembali kerusakan alam atau lingkungan, yakni konservasi sumber mata air, kembalikan habitat dengan ritual adat, tanam kembali pohon, meningkatkan ekonomi lokal, dengan tanaman pewarna alam dan mempertahankan obat tradisional.

"Menurut kami yang ada di Timor bahwa masyarakat adat bersahabat dengan alam, berdaulat atas tanah. Ketika bersahabat dengan alam, merawat alam, merawat lingkungan, maka kita sebetulnya merawat kehidupan kita. Karena itu masyarakat adat tidak bisa hidup terpisah dari alam karena alam adalah bagian dari kehidupan," paparnya.

Dia menyebut, bagi orang Timor, alam dilambangkan sebagai tubuh manusia. Tanah adalah daging, air adalah darah, hutan adalah rambut atau pori-pori, dan batu adalah tulang.

Itu sebabnya suku Mollo selalu mencintai alam sebagai bagian dari kehidupan dan mencintai alam sebagai manusia. Mereka mengatakan, tidak bisa bertani tanpa ada tanah, tanpa ada air, tanpa hutan, dan tanpa ada batu. Karena batu yang memberi pori-pori untuk menampung air.

"Itu yang dikatakan masyarakat adat dan masyarakat Timor bahwa alam dilambangkan sebagai tubuh manusia. Alam itu juga seperti tubuh perempuan. Dia memberi makan, dia memikul, kita minta apa saja akan diberikan dengan cara kita harus merawat," katanya.

Selain Mama Aleta, dua narasumber lainnya dalam webinar dengan topik “Pertobatan Ekologis: Membangun Kesadaran dan Tanggung Jawab Beragama secara Kolektif serta Aksi Konkret Bersama untuk Bumi yang Sehat dan Damai” menghadirkan Direktur Program Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat, Delima Silalahi membawa topik "Pemulihan Ekologis Danau Toba Tanggung Jawab Kolektif Menjaga Keutuhan Ciptaan".

Kemudian, Ketua STT GKST Tentena, Poso, Sulawesi Tenga, Pdt Dr Yuberlian Padele membawa materi dengan topik "Mimpiku Hidup Damai, Tetapi Kehidupan Alam, Hutan, Bumi Tidak Sehat".[]


Berita terkait
Kantor Menteri ESDM Dinobatkan Gedung Hemat Energi se-ASEAN
Gedung kantor Kementerian ESDM meraih penghargaan dalam ajang ASEAN Energy Awards 2020.
Pentingnya Lapor Efek Samping Obat Bagi Pasien Kanker
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Dokter Aru menilai pentingnya pasien kanker melaporkan efek samping obat yang dikonsumsi.
Elvy Sukaesih Positif Covid-19, 3 Hari Lagi Selesai Isolasi
Ratu Dangdut Elvy Sukaesih dinyatakan positif Covid-19
0
Massa SPK Minta Anies dan Bank DKI Diperiksa Soal Formula E
Mereka menggelar aksi teaterikal dengan menyeret pelaku korupsi bertopeng tikus dan difasilitasi karpet merah didepan KPK.