Makanan Tidak Sehat Jelang Ramadan di Gunungkidul

Sidak ke pasar menjelang Ramadan ditemukan sejumlah makanan tidak sehat. Apa saja itu?
Bupati Gunungkidul Badingah bersama TPID DIY saat melakukan sidak makanan dan harga menjelang Ramadan di Pasar Argosari Gubungkidul, Senin (15/4). (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Gunungkidul - Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) DIY menemukan tiga makanan tidak sehat. Temuan tersebut saat Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY menggelar inspeksi mendadak menjelang Ramadan di Pasar Argosari Gunungkidul, Senin 15 April 2019.

Kepala BBPOM DIY Rustiyawati mengatakan, dari 17 sampel makanan yang diuji, ditemukan tiga makanan tidak sehat.  Ketiga makanan tersebut yakni teri medan, kerupuk dan bleng, sejenis makanan ringan.

"Teri medan positif mengandung formalin, kerupuk yang masih menggunakan pewarna kain serta bleng yang digunakan untuk mengenyalkan makanan," kata Rustiyawati di sela-sela sidak, Senin 15 April 2019.

Dia memprediksi, menjelang Ramadan makanan yang tidak sehat akan banyak beredar di masyarakat. Untuk itu, ke depan sidak diintensifkan untuk memastikan makanan yang dikonsumsi bebas dari formalin atau zat pewarna yang membahayakan. "Kita beri edukasi kepada pedagang sekaligus kepada konsumen," katanya.  

Pada kesempatan itu, TPID DIY berkeliling pasar menanyakan harga, apakah ada kenaikan atau masih stabil. Secara umum harga ada kenaikan namun masih dalam taraf wajar.

Komoditas yang mengalami kenaikan kenaikan antara lain gula pasir dari Rp 22.000 menjadi Rp 23.000 per kilogram (Kg), telur ayam broiler Rp 22.000 menjadi Rp 23.000 per Kg, bawang merah kecil dari Rp 30.000 menjadi Rp 33.000, bawang putih sincau dari Rp 36.000 menjadi Rp 40.000, bawang putih kating dari Rp 50.000 menjadi Rp 52.000 Kg.

Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Probo mengemukakan, kondisi inflasi di DIY per Maret 2019 sekitar 0,26 persen, tiga kali lipat lebih tinggi dibanding tingkat nasional yaitu sekitar 0,11 persen. "Salah satunya karena ada kenaikan harga bawang putih yang lumayan tinggi, begitu juga dengan bawang merah," ungkapnya.

Selain itu, kata dia, penyebab lainnya kontrak rumah yang mengalami pergeseran peraturan, nangka muda sebagai bahan pembuatan gudeg serta nasi dan lauk pauk yang dibutuhkan oleh anak-anak kos. "Pariwisata turut mewarnai terjadinya  inflasi yang tinggi," jelasnya. 

Baca juga:

Berita terkait
0
PM Prancis Berjanji Atasi Masalah Ekonomi Akibat Perang di Ukraina
PM Prancis janji tingkatkan lapangan pekerjaan, potong pajak, dukung daya beli, atasi iklim bantu Prancis hadapi dampak perang di Ukraina