Untuk Indonesia

Mahfud MD, Jenderal Perang Jokowi

Mahfud MD adalah pilihan terbaik bagi partai-partai koalisi, karena ia tidak mewakili partai apapun.
Siluet Mahfud MD bersiap untuk menyampaikan orasi kebangsaan di Sanggar Prativi Building, Jakarta, Selasa (31/7). Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi tersebut menyampaikan visi kebangsaan Indonesia Raya dalam tarik menarik Keislaman dan Keindonesiaan. (Foto: Ant/Rivan Awal Lingga)

Oleh: Denny Siregar*

Akhirnya terbukalah rahasia bahwa "M" yang dimaksud Jokowi adalah Mahfud MD.

Putra Madura yang sebenarnya lebih berpotensi sebagai akademisi dan praktisi daripada seorang politisi ini, menjadi pilihan Jokowi karena rekam jejaknya yang bersih.

Mahfud MD pernah menjadi menteri pertahanan di era Gus Dur. Kenapa ia menjadi Menhan, diceritakannya dalam bukunya "Setahun Bersama Gus Dur: Kenangan Menjadi Menteri di Saat Sulit".

Di sana Mahfud bercerita Gus Dur yang memintanya, meski ia heran, "apa kompetensi saya di bidang pertahanan? Kenapa saya tidak di kehakiman saja?" Karena Gus Dur mendesak, akhirnya Mahfud menerimanya.

Mahfud MD adalah mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia. Ia sangat paham seluk beluk hukum di Indonesia dan struktur ketatanegaraannya.

Mungkin itulah yang diinginkan Jokowi, Prof Mahfud bisa membantunya dalam merapihkan hukum dan sistem tata negara sehingga ia bisa fokus pada pengembangan ekonomi di Indonesia.

Di tangan Mahfud MD, kelompok radikal mati kutu. Mahfud MD adalah seorang Islam moderat dari kalangan keluarga NU, meski ia disebut tidak pernah terdaftar menjadi anggota NU. Dipilihnya Mahfud MD oleh Jokowi sebagai jawaban terhadap perangnya dengan HTI yang sedang menumpang di kelompok oposisi.

Kita banyak berharap kepada sang profesor untuk mulai memetakan bagaimana cara membersihkan universitas, kementerian sampai BUMN juga sekolah-sekolah dari unsur-unsur radikal yang sedang berkembang.

Perang yang panjang dengan kelompok-kelompok itu bisa dimenangkan jika kita punya rencana yang tepat sehingga Indonesia ke depannya bisa aman dan tenteram, dan agama satu saat tidak lagi dipakai sebagai senjata perang.

Seperti kita tahu, negeri ini sedang terkena kanker stadium parah dalam masalah radikalisme berbaju agama. Penanganannya pun harus benar-benar terencana, seperti kemotherapy yang dilakukan setahap demi setahap.

Sebagai seorang presiden, di periode kedua nanti, Jokowi pasti akan lebih sibuk pada program kebangkitan Indonesia menuju pertarungan global. Dan ia membutuhkan seorang Mahfud MD untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam negeri.

Mahfud MD adalah pilihan terbaik bagi partai-partai koalisi, karena ia tidak mewakili partai apapun. Ia petarung yang sempurna di samping Jokowi pada situasi ini dan bisa merangkul banyak kelompok Islam moderat dalam satu kapal untuk berfikir bersama..

Selesai sudah babak pertama pertarungan menuju Pemilihan Presiden 2019 nanti. Kita menanti yang lebih seru, sesudah Prabowo dan Sandiaga Uno mendeklarasikan diri..

Selamat menikmati secangkir kopi.

*Denny Siregar, Penulis Buku "Tuhan dalam Secangkir Kopi"

Berita terkait
0
Usai Terima Bantuan Kemensos, Bocah Penjual Gulali Mulai Rasakan Manisnya Hidup
Dalam hati Muh Ilham Al Qadry Jumakking (9), sering muncul rasa rindu bisa bermain sebagaimana anak seusianya. Main bola, sepeda.