Macet yang Ditunggu-tunggu di Jalur Mudik

Macet yang ditunggu-tunggu di jalur mudik. “Setelah tidak ada lagi kemacetan penghasilan saya menurun,” kata Kosasih.
Kios oleh-oleh di jalur Nagrek yang terlihat sepi. (Foto: Tagar/Erian Sandri)

Bandung, (Tagar 13/6/2018) - Memasuki H-2 Idul Fitri 2018, tak ada kemacetan yang signifikan. Tak ada antrean panjang kendaraan di sepanjang jalur mudik selatan Jawa Barat.

Fenomena itu menjadi salah satu bukti kerja keras pemerintah dalam menangani kendala macet, yang selama bertahun-tahun mengular di jalur-jalur mudik.

Raibnya kemacetan parah di setiap tahun jelang libur Lebaran direspons positif oleh masyarakat, khususnya warga yang menjadi pelanggan mudik.

Sejumlah infrastruktur memang dibangun pemerintah guna mengurai kemacetan. Bahkan pemerintah beberapa tahun belakangan gencar mensosialisasikan mudik gratis yang secara tidak langsung mengurangi volume kendaraan di jalur-jalur mudik.

Namun sebuah catatan, seiring hilangnya budaya macet saat libur Lebaran, ada juga warga yang mengeluh. Pasalnya, bagi segelintir masyarakat yang memiliki tempat tinggal di sekitaran jalur-jalur mudik, kemacetan mudik Lebaran justru merupakan pintu rizki tersendiri bagi mereka untuk mendulang rupiah.

Salah satu pedagang yang mengeluh akan keberhasilan pemerintah mengurai kemacetan adalah Kosasih. Menurut pria berusia 58 tahun ini, omset dagangannya menurun drastis. Bahkan boleh dikata sepi dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.

Kosasih mengaku, dulu omsetnya bisa mencapai 1-2 juta ripiah per hari. Namun tidak untuk saat ini.

"Sekarang dagangan sepi, jalur Nagreg sudah tidak macet kaya dulu, jadi jarang ada pengunjung ke kios. Kalo dulu banyak yang istirahat dan jajan karna mereka kecapean di jalanan yang macet," ujar Kosasih, Rabu (13/6).

Persoalan sepi itu bukan hanya dirasakan pedagang macam Kosasih. Eep Subarkah, supir salah satu perusahaan bis ternama, juga merasakan hal serupa.

Eep Subarkah mengatakan, banyaknya program mudik gratis yang ditawarkan pemerintah, instansi dan swasta sangat berdampak langsung bagi penghasilannya.

Eep mengaku, pada zamannya bis-bis pengangkut pemudik sangat dinanti di terminal-terminal. Bahkan para penumpang harus berebut untuk menggunakan transportasi massal ini.

“Sekarang berbanding terbalik, tidak sedikit bis-bis luar kota harus menunggu para penumpang saat terjadi arus mudik Lebaran,” kata Eep yang telah lebih dari 20 tahun menjalani profesinya sebagai supir.

"Jauh kalo dibandingin dulu, sekarang lebih enak karna udah gak macet. Hanya sedikit kemacetan di beberapa titik, gak kaya dulu,” imbuhnya.

Perbandingan penghasilannya, kata Eep, juga lebih enak dulu. Sekarang penumpang justru bisa dibilang sepi. “Karena banyak yang menggunakan kendaraan pribadi terutama motor,” ujarnya.

Bahkan sekarang, menurut Eep, para pemudik juga sudah beralih alat transportasi saat mudik. “Mereka lebih memilih transportasi gratis yang disediakan beberapa perusahaan dan pemerintah," jelasnya. (rian)

Berita terkait