Lumpia Siantar Laku Keras Jelang Lebaran

Di Kota Pematangsiantar pembuat lumpia bisa ditemukan di Jalan Silomangi, Kecamatan Siantar Marihat
Kesibukan para perempuan membuat lumpia milik usaha'Dandy Abadi' di Kota Pematangsiantar. (Foto: Tagar/Fernandho Pasaribu).

Pematangsiantar - Lumpia hadir pertama kali pada abad ke-19 dan merupakan salah satu contoh perpaduan budaya asli Tionghoa – Jawa yang serasi dalam cita rasa.

Lumpia terdiri dari lembaran tipis tepung gandum dijadikan sebagai pembungkus isian yang umumnya adalah rebung, telur, sayuran segar, daging, atau makanan laut.

Di Indonesia, lumpia dikenal sebagai jajanan khas Semarang dengan tata cara pembuatan dan bahan-bahan yang telah disesuaikan dengan tradisi setempat.

Di Kota Pematangsiantar pembuat lumpia bisa ditemukan di Jalan Silomangi, Kecamatan Siantar Marihat.

Pantauan Tagar di lokasi pembuatan, tampak beberapa pria memasak lumpia dan perempuan membungkus tiap lembaran lumpia ke dalam kemasan yang sudah disediakan.

Harianto Wibowo (62) pemilik usaha lumpia 'Dandy Abadi' mempekerjakan sebanyak 22 orang tetangganya.

"Pekerja kita sebanyak kurang lebih 22 orang. Itu tetangga kanan kiri kita berdayakan. Jadi tetangga kita tidak ada yang menganggur. Walaupun dengan penghasilan pas-pasan yang penting mereka punya penghasilan," ucapnya.

Dengan memanfaatkan bahan-bahan seperti tepung dan garam, lumpia buatannya diminati baik warga Kota Pematangsiantar maupun dari luar kota.

"Lumpia ini bisa untuk risol, pisang coklat, martabak telur dan banyak lagi, tergantung selera kita untuk mengisi di dalamnya. Untuk bahan bakunya kita hanya membuat dari tepung terigu dan garam, karena punya kita ini murni," kata pria yang sudah lima tahun menggeluti usaha pembuatan lumpia.

Meski harga tepung meningkat di pasaran, penjualan lumpia tidak terpengaruh. Harga jual ke pasar tetap stabil. Permintaan pembeli terus meningkat dari hari-hari sebelumnya.

"Alhamdulillah ada peningkatan di samping hari-hari biasa. Belakangan ini tepung merangkak naik terus, keluhan kami di tepung terigu itulah naik terus. Namun untuk harga jual kami buat normal seperti hari biasa," ucap pria berkacamata itu.

Harga lumpia Rp 4.000 per bungkus. Isi per bungkus 30 lembar dibuat di dalam kemasan. Sehari omzet penjualan mencapai Rp 12 juta. 

"Kita menjual ke pajak (pasar) senilai Rp 4.000 per bungkus. Ramadan ada peningkatan 3.000 bungkus per hari," terangnya.

Dengan menghabiskan 25 karung tepung seberat 25 Kg per karung, mereka mampu menyebar lumpia sampai ke luar kota. Seperti, Binjai, Langkat, Indrapura, Kota Pinang, Kota Cane, Lubuk Pakam dan Tanjung Morawa.

"Berkat ini kita mendapat tambahan lumayan. Untuk penjualannya yang bisa kita jangkau, kita isi. Tapi kalau di luar kota kita kirim melalui paket. Lebih banyak ke luar kota sekitar 60 persen," ungkapnya.[]

Baca juga:


Berita terkait