LP3M Sebut Mahasiswa Unej Terpapar Radikalisme

Ketua LP3M Unej Akhmad Taufiq menanggapi riset INFID yang menyatakan ada 10 PTN di Indonesia yang terpapar radikalisme.
Narasumber Festival Hak Asasi Manusia (HAM) di Jember, Jawa Timur, Rabu 20 November 2019. (Foto: Tagar/Rizki Restiawan)

Jember - Ketua Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Universitas Jember (Unej), Akhmad Taufiq, mengatakan secara substansial memberi tanggapan substantif atas temuan riset yang dilakukan INFID yang menyatakan adanya 10 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang terpapar radikalisme.

Hal itu disampaikan Taufiq saat Festival Hak Asasi Manusia (HAM) di Jember, Jawa Timur, diselenggarakan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) bersama International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jember di Aula Sudarman Pemkab Jember, Rabu, 20 November 2019.

“Seperti aktivitas merakit bom, pelatihan militer, razia syariah, dan keterlibatan mahasiswa pada organisasi terlarang HTI merupakan kondisi yang dapat dikatakan krusial dan akut,” ungkap Taufiq.

Kondisi demikian ini, hampir terjadi di seluruh PTN dengan frekuensi yang berbeda. Oleh karena itu, kata Taufiq, gerakan radikalisme demikian ini sudah dapat dikategorikan terstruktur, sistematis dan massif.

Keterlibatan mahasiswa pada organisasi terlarang HTI merupakan kondisi yang dapat dikatakan krusial dan akut.

Di Unej sendiri, berdasarkan laporan studi pemetaan gerakan radikalisme yang dilakukan tim LP3M pada 2018, terdapat 22 persen yang terpapar radikalisme, yang ini diderivasi lagi menjadi radikalisme teologis, yakni setuju dengan pengkafiran, qital, dan jihad, yaitu sejumlah 25 persen.

“Sedangkan, radikalisme politis, berupa kesetujuannya pada konsep negara Islam atau khilafah sejumlah 20 persen. Ini menunjukkan betapa pentingnya semua pihak,” ucapnya.

Meski demikian, kata Taufiq, persentase tersebut belum dapat dinyatakan bahwa mereka telah melakukan tindakan kekerasan fisik, baik pada diri mereka sendiri, maupun pada orang lain

Untuk itu Taufiq merekomendasikan tiga langkah untuk menekan radikalisme yang semakin menjamur di Jember. Pertama, pentingnya secara substantif pendidikan multikultural untuk mengembangkan sikap toleransi dan inklusivitas. 

Kedua, keterlibatan semua pihak untuk mengatasi permasalahan radikalisme, dia mengatakan mengatasi soal radikalisme tidaklah cukup hanya melibatkan struktur berbasis Negara.

“Ketiga, dalam tataran perguruan tinggi, pentingnya perhatian secara khusus dan komitmen kepemimpinan yang memiliki komitmen yang tegas, untuk tidak memberi ruang bagi tumbuhnya gerakan radikalisme di kampus,” tutur Taufiq. []

Baca juga:

Berita terkait
Ribuan Ikan Hias Dibagikan di Kediri, Antisipasi DBD
Dinas Perikanan dan Komunitas Pecinta Ikan Beta Kediri memiliki cara unik dalam mengantisipasi penyebaran penyakit DBD jelang musim hujan.
Bisnis Sabu, Pasutri di Surabaya Diamankan Polisi
Pasangan suami istri ini diamankan 790,23 gram sabu dan karena terlibat dalam jaringan narkoba Lapas Madiun, Jawa Timur.
Isu Racun Dioxin Pengaruhi Konsumsi Telur di Jatim
Isu telur mengandung racun dioxin ternyata mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat Jawa Timur. Ada ketakutan warga akan terkontaminasi dioxin.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.