Lompatan Perguruan Tinggi di Indonesia Saat Corona

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kebudayaan menyebut perguruan tinggi di Indonesia mengalami lompatan luar biasa akibat pandemi Covid-19.
Rektor UNY Sutrisna Wibawa saat memberikan pidato dalam acara Dies UNY ke-56 pada Senin 18 Mei 2020. (Foto: Istimewa)

Sleman – Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia mengalami satu lompatan transformasi dan adaptasi yang cukup luar biasa akibat pandemi Covid-19 saat ini. Seperti dari pola pembelajarannya sampai inovasi yang diciptakan untuk membantu memerangi wabah Corona.

PLT Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kebudayaan, Nizam mengatakan dirinya mengapresiasi atas apa yang terjadi di banyak perguruan tinggi di Indonesia selama terjadi wabah Covid-19. Sejak dikeluarkannya Surat Edaran (SE) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) 9 Maret 2020, banyak sekolah dan perguruan tinggi melakukan pembelajaran dari rumah atau online.

Sebulan setelah SE tersebut, pada 9 April 2020 pihaknya melakukan survey. Dari hasil survey itu diketahui 98 persen perguruan tinggi telah melakukan pembelajaran daring. Response dari 237 ribu responden mahasiswa menyatakan pembelajaran daring berjalan cukup efektif.

“Ini adalah suatu hal yang luar biasa sekali, mengingat hampir 20 tahun Ditjen Dikti, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendorong pemanfaatan teknologi untuk memperkaya pembelajaran tanpa hasil yang menggembirakan. Sedikit sekali PT yang melakukan pembelajaran daring,” katanya dalam pidato Dies Natalis ke-56 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) pada Senin 18 Mei 2020.

Terjadinya pandemi Covid-19, dalam waktu kurang dari satu bulan, terdapat 4 ribu perguruan tinggi dan 300 ribu dosen melakukan pembelajaran daring. “Satu lompatan transformasi teknologi dan adaptasi yang sangat luar biasa,” ucapnya.

Kemudian pada 17 Maret 2020 Dirjen Dikti mengeluarkan imbauan pada perguruan tinggi untuk melakukan penelitian terapan mengatasi pandemi. Selama kurun waktu lebih dari satu bulan setelah imbauan itu, terdapat 500 macam inovasi, invensi, dan produk-produk dihasilkan oleh para dosen bersama mahasiswa.

Ini adalah suatu hal yang luar biasa sekali, mengingat hampir 20 tahun Ditjen Dikti, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mendorong pemanfaatan teknologi untuk memperkaya pembelajaran tanpa hasil yang menggembirakan.

Produk-produk mulai dari hand sanitizer, face shield, masker, APD, portable sink, sterilization chamber, UV sterilization unit, obat-obatan, rapid test kit, PCR test kit, artificial intelligent hingga robot ners dan ventilator untuk ICU barhasi diciptakan oleh sivitas academika dari Aceh sampai Papua.

Beberapa sudah diproduksi dan digunakan oleh para pejuang di garda depan, dan ada juga yang dalam proses perizinan serta uji klinis untuk diproduksi. “Ini adalah energi dan kreativitas yang luar biasa besar di tengah pandemi. Kita telah buktikan bahwa kita bisa. Energi ini harus kita pertahankan, terus kita kembangkan, dan gelorakan semangat untuk membangun kemandirian teknologi merah putih,” bebernya.

Nizam menyebut produksi alat-alat kesehatan yang saat ini 95 persen impor, maupun berbagai teknologi yang sarat dengan lisensi dan impor, harus terus disubstitusi dengan produk dalam negeri hasil riset dan pengembangan perguruan tinggi.

“Semangat untuk merdeka seperti digariskan tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara harus selalu kita jaga apinya di dalam perguruan tinggi kita. Agar kita dapat menghasilkan insan merdeka, mandiri dalam karya, tidak bergantung pada orang atau bangsa lain, dan dapat menentukan pilihan masa depannya sendiri,” kata dia.

Nizam menambahkan semangat gotong-royong saling membantu juga sangat kuat. Saat pemerintah mengundang mahasiswa bidang kesehatan untuk menjadi relawan, dalam waktu 3 hari 15 ribu mahasiswa bidang kesehatan mendaftarkan diri.

“Sungguh semangat bela negara yang membanggakan. Adik-adik mahasiswa, generasi milenial, ternyata tetap memiliki semangat bela negara dan kepedulian yang tinggi,” katanya.

Nizam berkata, kepedulian perguruan tinggi dalam membantu mahasiswa yang kesulitan ekonomi juga sangat tinggi. “Kami melihat mahasiswa saling bergotong-royong, berbagi pulsa dengan teman, berbagi sembako untuk masyarakat, membuat APD untuk tenaga medis, semua dilakukan dengan spontan dan suka rela,” ujarnya.

Meskipun kondisi ekonomi Indonesia saat ini mengalami tekanan berat, tetapi dengan semangat gotong-royong saling membantu, terus berpikir dan bertindak positif, ia yakin akan berhasil mengatasi pandemic ini. “Kami mengajak perguruan tinggi untuk mulai memikirkan dan menyiapkan program-program pemulihan ekonomi dan sosial pasca pandemi ini. Energi positif kita pertahankan dan terus kembangkan,” paparnya.

Rektor UNY Sutrisna Wibawa dalam pidatonya mengatakan Dies UNY ke-56 ini juga ditandai dengan keprihatinan baik di tingkat nasional ataupun internasional dengan munculnya pandemi Covid-19 yang menyita berbagai upaya dan sumber daya masyarakat.

Di tengah pandemi ini, UNY telah dan terus berupaya untuk dapat membantu masyarakat menghadapi dan mencegah meluasnya dampak Covid-19. Segenap sivitas akademika dan tenaga kependidikan, serta seluruh warga UNY terus berupaya membantu masyarakat. 

Menurut dia langkah UNY tersebut dalam bentuk sumbangan dana, kebutuhan pokok, APD, dan sarana lain yang dibutuhkan masyarakat. “Semoga pandemi ini dapat segera berlalu sehingga berbagai segi kehidupan masyarakat dapat berjalan dengan normal,” ucapnya. []

Baca Juga:

Berita terkait
Nasib Hewan di GL Zoo Yogyakarta Saat Corona
Hak satwa harus tetap dipenuhi saat pandemi Corona. Itu sudah dilakukan di GL Zoo Yogyakarta.
14 Pasien Corona Sembuh dalam 48 Jam di Yogyakarta
Dalam dua hari terakhir, 14 pasien positif Covid-19 di Yogyakarta dinyatakan sembuh.
Sikap Partai Golkar soal Wacana PSBB di Yogyakarta
Kunci memutus mata rantai Covid-19 adalah kedisiplinan. Fraksi Golkar menegaskan jika warga tidak disiplin, dukung diterapkan PPSB di Yogyakarta.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.