Lima Orang Ini Secara Ajaib Selamat dari Bencana

Kisah lima orang dari berbagai penjuru dunia yang secara ajaib selamat dari bencana besar sepanjang tahun 2018.
Ilustrasi. (Foto: Pixabay)

Jakarta, (Tagar 3/1/2019) - Sepanjang tahun 2018 di seluruh dunia terjadi peristiwa alam yang oleh manusia pada umumnya disebut bencana. 

Pertama, bencana geologis seperti gempa bumi, tsunami, dan dampak vulkanologi gunung. 

Kedua, bencana hidrometeorologi yang disebabkan oleh faktor iklim seperti banjir, tanah longsor dan angin topan. 

Ketiga, bencana ekologi yang disebabkan perubahan iklim maupun ulah tangan jahil manusia seperti membakar hutan, yang berakibat fatal dengan rusaknya ekosistem hingga menimbulkan penyakit menular antarmanusia.

Berikut kisah lima orang dari berbagai penjuru dunia yang secara ajaib selamat dari bencana besar sepanjang tahun 2018:

1. Kebakaran Hutan Yunani

Theresia Endang seorang warga negara Indonesia. Ia selamat dari peristiwa kebakaran hutan di Yunani. Masih terekam jelas dalam ingatannya, situasi mencekam saat itu tepat di depan matanya, jilatan api mengepung dirinya. 

Kebakaran parah melanda Kota Mati, Yunani, pada 23 Juli 2018. Tiupan angin dengan kecepatan 125 km per jam membuat si jago merah makin perkasa melahap bangunan di beberapa desa dekat timur laut Athena. 

Menurut warga lokal, andai ada orang selamat dalam peristiwa yang merenggut ratusan nyawa itu, adalah yang melarikan diri berenang di laut.

Seperti diinformsikan pihak KBRI Athena, Theresia melihat banyak orang panik berlarian ke luar rumah dan masuk ke dalam mobil, dengan maksud mengevakuasi diri ke daerah yang lebih aman. Nahas, saat tancap gas meninggalkan lokasi, justru warga terjebak di tengah kobaran api, dan situasi makin parah karena adanya bensin di mobil.

Theresia diketahui selamat dalam insiden kebakaran itu dengan berlari ke arah laut bersama majikannya. Saat api makin dekat, ia refleks menceburkan diri ke dalam laut untuk menyelamatkan nyawanya. 

Alhasil, telepon genggamnya rusak karena terendam air, karena itu ia tidak dapat melacak satu pun kontak yang dapat dihubungi. Hingga ia pun sempat diberitakan masuk daftar orang hilang, akibat putus kontak dengan keluarga dan kerabatnya selama berhari-hari.

Diketahui belakangan, Theresia selamat bersama warga lain dengan dievakuasi menggunakan kapal kecil oleh tim penyelamat ke Nea Makri, daerah yang aman dari terjangan kebakaran.

Hari ketiga (26/7) Theresia akhirnya ditemukan oleh Dubes RI untuk Athena, Ferry Adamhar, setelah ia mendengar laporan dari otoritas Yunani ihwal adanya WNI yang selamat dari peristiwa mencekam di negeri Para Dewa.

2. Tsunami Selat Sunda Indonesia

Marzuki seorang nelayan yang selamat dari bencana tsunami yang menerjang kawasan Selat Sunda pada Sabtu malam 22 Desember 2018.

"Seperti melihat kembang api, bunyinya keras, seperti petasan, thas, thas, thas... lalu keluar asap putih," ujar Marzuki pada wartawan. Ia warga Lampung Selatan, melihat erupsi Gunung Anak Krakatau pada Sabtu malam itu.

Ia sedang mencari cumi di tengah laut pada saat kejadian. Tak lama berselang, ia terombang-ambing di perahu, terbawa gelombang tinggi hingga terhempas di sawah.

"Saya terlempar ke sawah. Saya bangun dan teriak 'tsunami, tsunami' ke warga," katanya.

Marzuki berlari sekuat tenaga guna menyelamatkan diri. Namun, di belakangnya datang gelombang tsunami kedua yang membuatnya harus memanjat tembok, lalu turun lagi dan berlari sekuat tenaga untuk selanjutnya naik ke atas pohon tinggi, menjauhi pantai.

"Datang gelombang ketiga, saya naik pohon beristighfar meminta ampun kepada Tuhan. Saya menangis. Saya ingat orangtua," katanya seperti diberitakan BBC.com.

Karena teringat kedua orangtuanya, Marzuki memberanikan diri untuk turun dari pohon dan melangkah ke rumah orangtuanya. Sesampainya di sana, Marzuki melihat kondisi rumah orangtuanya sudah porak poranda rata dengan tanah. 

Ia pun memutuskan mengecek rumahnya untuk bertemu anak dan istri. Namun nihil, yang ia dapatkan bangunan rumahnya telah ambruk tersapu gelombang.

Marzuki mengatakan, sempat diberi arahan oleh tetangganya untuk datang ke tempat pengungsian warga di daratan yang lebih tinggi.

Di antara ribuan warga yang mengungsi, ia menemukan anak dan istri tercintanya selamat dari terjangan ombak tsunami Selat Sunda. "Saya sangat bersykur, Allah telah menyelamatkan istri dan anak saya," ucapnya.

Di tempat yang sama, ia juga menemukan orangtuanya meski dalam kondisi luka-luka akibat tertimpa material bangunan. "Tak masalah harta benda saya hancur, yang penting istri anak saya selamat," ujarnya.

Tsunami Selat Sunda pada 22 Desember kemarin, telah merenggut ratusan nyawa manusia yang tengah berada di wilayah pesisir Anyer, Pandeglang hingga Lampung Selatan. Bencana geologis itu ditengarai terjadi karena aktivitas vulkanis Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda sedang memasuki tahap erupsi.

3. Gempa Bumi Hualien Taiwan

Chen Chien berusia 66 tahun, selamat dari gempa bumi dahsyat berkekuatan 6,4 skala richter yang mengguncang Kota Hualien di Taiwan pada Februari 2018. 

Gempa tersebut mengakibatkan sejumlah bangunan nyaris amblas masuk ke dalam tanah, apartemen nyaris ambrol hingga mencapai kemiringan 45 derajat, jalanan retak parah, hingga mengakibatkan televisi dan benda-benda berat di dalam ruangan ikut beterbangan, imbas dari kuatnya efek guncangan gempa di  kota wisata Taiwan itu.

Chen Chien menempati lantai enam apartemen Yun Sui menceritakan ihwal terjadinya gempa yang mengakibatkan strukur bangunan tempat ia tinggal menjadi miring 50 derajat.

"Guncangan gempa membuat bagian bawah apartemen ambrol, lantai enam anjlok hingga menyentuh lantai dasar. Ketika saya keluar untuk menyelamatkan diri, lantai saya tepat berada di atas tanah. Padahal lantai enam sebenarnya cukup tinggi," tuturnya.

Ia menceritakan saat gempa berlangsung, televisi dan benda-benda di sekelilingnya beterbangan. "Sulit dipercaya bangunan besar seperti ini rusak parah. Mungkin struktur penyangga bangunan rusak, kalau tidak bagaimana mungkin keadaannya seperti ini sekarang, tambah Chen, seperti dilaporkan BBC pada 8 Februari 2018.

Hualien adalah kota berpenduduk 100.000 jiwa. Gempa ini mengakibatkan 40.000 rumah tak mendapat pasokan air bersih dan aliran listrik ke 1.900 rumah terputus. Media lokal Taiwan melaporkan, hingga 12 Februari 2018 jumlah korban tewas diketahui mencapai 17 orang. Sebanyak 14 dari 17 korban tewas, akibat tertimpa gedung yang roboh.

4. Badai Florence Amerika Serikat

Peggy Perry selamat dari amukan badai florence yang menerjang Carolina Utara dan Selatan, Amerika Serikat pada September 2018.

Peristiwa menyeramkan itu terjadi kala hujan tak kunjung reda selama berhari-hari disusul datangnya angin tornado dengan kecepatan 225 kilometer per jam. Membuat banyak pohon roboh dan meluapnya air sungai setinggi 3-4 meter hingga merendam pemukiman padat penduduk.

Sekitar 1,7 juta warga Carolina dan Virginia pun harus mematuhi perintah evakuasi dari otoritas setempat untuk meminimalisir jumlah korban jiwa akibat terjangan badai florence. Namun, banyak warga AS justru nekat balik ke pemukiman untuk menyelamatkan harta bendannya. Akibatnya, puluhan nyawa melayang pun tak terhindarkan, tewas tertimpa pohon tumbang di lokasi terjangan badai.

Peggy Perry mengatakan pada CNN bahwa dirinya terjebak di loteng bersama dengan tiga anggota keluarga.

"Dalam hitungan detik, rumah saya banjir hingga sepinggang, dan saat dievakuasi banjir sudah setinggi dada," kisahnya.

Dilaporkan National Public Radio (NPR), nilai kerugian badai florence mencapai antara 17 miliar-22 miliar US dollar, dan menjadikannya sebagai satu dari 10 badai 'termahal' dalam sejarah Amerika Serikat.

5. Banjir Bandang Jepang

Fumiko Inokuchi (61) selamat dari banjir bandang yang terjadi di Jepang pada Juli 2018.

Hujan lebat yang mengguyur selama berhari-hari menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor di sejumlah wilayah negeri Matahari Terbit itu. Lebih dari 200 nyawa melayang, serta ratusan orang hilang.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe sampai membatalkan empat jadwal kunjungan ke luar negeri saat mengetahui jumlah kematian akibat bencana tersebut terus meningkat.

Seperti dilaporkan Japan Today, bencana banjir bandang dan hujan besar yang menerpa Jepang merupakan salah satu bencana terburuk sepanjang 36 tahun yang menerpa negeri sakura.

Beberapa orang yang selamat dalam musibah itu yang berhasil dievakuasi, diketahui tengah berada di atas loteng dengan meminta bantuan menggunakan jejaring sosial Twitter.

Fumiko Inokuchi mengisahkan ketika banjir mulai merendam lantai bawah rumahnya, ia memilih untuk menyeberangi jalanan menuju lokasi pengungsian di panti jompo demi bertahan hidup.

Ia benar-benar menyaksikan saat rumahnya perlahan tenggelam ditelan air berwarna coklat, dan ia tak bisa berbuat apa-apa. "Saya menyaksikan rumah saya tenggelam di bawah air dan saya tidak bisa melakukan apa pun," katanya.

Salah satu kota yang paling parah dilanda banjir adalah Kurashiki di Prefektur Okayama.

Di Rumah Sakit Mabi Memorial yang dikelilingi banjir, misalnya, para staf dan pasien dikeluarkan dari tempat itu oleh para tentara dengan menggunakan perahu. []

Berita terkait