Lima Kali Luncuran Wedhus Gembel Merapi Tak Terpantau CCTV

BPPTKG Yogyakarta meminta warga khususnya di sekitar Gunung Merapi waspada.
Gunung Merapi tertutup kabut 0-III menjadikan luncuran awan panas tidak teramati oleh CCTV, namun luncuran bisa terdekteksi dengan alat canggih milik BPPTKG. (Foto: BPPTKG Yogyakarta)

Yogyakarta, (Tagar 18/3/2019) - Awan panas Gunung Merapi atau awan wedhus gembel kembali meluncur sebanyak lima kali terhitung sejak Minggu dan Senin pagi (17-18/3). Jarak luncuran wedhus gembel berkisar 800-900 meter dari puncak.

Namun kondisi Gunung Merapi yang mendung dan berkabut dalam dua hari ini menjadikan awan panas bersuhu 800 derajat celcius tersebut tidak terpantau oleh CCTV milik Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta.

Petugas ruang monitoring BPPTKG Yogyakarta Nur Kholik mengatakan, luncuran awan panas tidak terpantau. Tapi diperkirakan luncuran terjauh 900 meter, mengarah ke tenggara atau Sungai Gendol," katanya, Senin (18/3).

Menurut dia, dalam beberapa hari terakhir Gunung Merapi tertutup kabut, sehingga secara visual tidak terlihat luncuran awan panas. Asap solfatara juga tidak teramati oleh CCTV yang dipasang. "Karena Merapi tertutup kabut 0-III," imbuhnya.

Kabut 0-III maksudnya seluruh tubuh gunung tertutup kabut. Kabut 0-II artinya menutup dua per tiga bagian tubuh gunung dan kabut 0-I maksudnya kabut menutupi sepertiga bagian tubuh gunung. "Tapi dengan kecanggihan alat, meski tertutup kabut namun luncuran awam panas tetap bisa terdeteksi," jelasnya.

Kholik mengatakan, lima kali luncuran wedhus gembel dalam beberapa hari terakhir masih pada jarak aman. Pasalnya ketinggian maksimal wilayah permukiman warga dari puncak Merapi adalah 4,5 kilometer (km). "Erupsi masih pada jarak aman. Status Merapi tetap pada level II atau waspada," kata dia.

BPPTKG Yogyakarta meminta warga khususnya di sekitar Gunung Merapi khususnya Sleman (Provinsi DIY) serta Klaten, Boyolali dan Magelang (Provinsi Jawa Tengah) tetap waspada terhadap kemungkinan yang terjadi. "KRB (Kawasan Rawan Bencana) III yang merupakan lokasi paling dekat dengan bahaya erupsi Merupi tidak boleh untuk hunian tetap penduduk.  

Selain itu, kata dia, warga yang tinggal di dekat sungai-sungai yang berhulu dari Gunung Merapi diminta meningkatkan kewaspadaan. "Karena berpotensi adanya aliran lahar panas dan lahar hujan saat musim hujan," imbuhnya.

Sunarta, salah satu petugas pengamatan Gunung Merapi menambahkan,  BPPTKG Yogyakarta juga tidak merekomendasikan untuk kegiatan pendakian Gunung Merapi. "Sampai saat ini pendakian masih ditutup, kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana," pungkasnya.

Baca juga: 207 Tahun Disimpan Inggris, Naskah Kuno Keraton Yogyakarta Dipamerkan

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.