Tegal - Sejumlah siswa SMP Tunas Harapan Kita Kota Tegal, Jawa Tengah menyalakan lilin sebagai bentuk duka atas peristiwa tragis yang menimpa siswa SMPN 1 Turi, Kabupaten Sleman saat mengikuti kegiatan susur sungai, Sabtu malam 22 Februari 2020. Para siswa lintas agama itu mendoakan korban tewas dan selamat.
Dengan adanya peristiwa ini kami menekankan kepada para siswa untuk disiplin, waspada dan tahu kondisi alam.
Penyalaan lilin dan doa bersama digelar siswa lintas agama di kompleks sekolah, Jalan Gurame, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Tegal Barat sekitar pukul 20.00.
Mengenakan seragam Pramuka, para siswa kelas 8 itu berdiri melingkar sembari membawa lilin. Mereka kemudian berdoa bersama sesuai agamanya masing-masing selama sekitar 30 menit.
"Kami ikut merasa sedih seperti yang dialami teman-teman kami di SMPN 1 Turi. Saya anggota Pramuka, jadi satu sedih harus ikut sedih semuanya, satu bahagia ikut bahagia semuanya," kata salah satu siswa, Naswa Permana, 13 tahun.
Baca juga: Duka SMPN 1 Turi Sleman dari Keluarga Magelang
Naswa mengaku suka mengikuti kegiatan Pramuka dan tak khawatir setelah adanya kejadian tragis yang dialami siswa SMPN 1 Turi saat ikut kegiatan Pramuka berupa susur sungai. "Dengan adanya kejadian ini harus lebih berhati-hati," ujarnya.
Hal senada diungkapkan Vicky Juliansa, 13 tahun. Dia mengaku kaget dan ikut kasihan saat mengetahui peristiwa tragis yang mengakibatkan sembilan siswa SMPN 1 Turi meninggal dari berita di televisi.
"Karena itu saya dan teman-teman berdoa bersama untuk yang meninggal dan yang selamat. Semoga yang meninggal diterima di sisi Tuhan, dan yang luka cepat sembuh," ujarnya
Pembina Pramuka SMP Tunas Hidup Harapan Kita Redi Raharjo menyesalkan musibah yang dialami siswa anggota Pramuka SMPN 1 Turi. Peristiwa nahas itu, menurut dia, menjadi pelajaran bagi sekolah dalam melaksanakan kegiatan Pramuka.
Baca juga: Pembina Pramuka SMPN 1 Turi Sleman Lalai
"Dengan adanya peristiwa ini kami menekankan kepada para siswa untuk disiplin, waspada dan tahu kondisi alam," ujar Redi.
Menurut Redi, selama ini kegiatan Pramuka yang digelar sekolah jarang digelar di sungai. Hal ini mempertimbangkan keselamatan dan keamanan siswa.
"Kegiatan kami lebih sering di lingkungan sekolah atau yang dekat dengan sekolah. Kalau digelar di luar sekolah mempertimbangkan kondisi alam. Apalagi kita bawa anak tingkatannya masih penggalang yang masih harus diemong, diawasi, bukan seperti anak-anak SMA," ujarnya.
Seperti diketahui, kegiatan Pramuka susur sungai yang diikuti 259 siswa SMPN 1 Turi, Kabupaten Sleman di Sungai Sempo, Jumat 21 Februari 2020 berujung tragis. Mereka hanyut terbawa arus sungai. Akibatnya, sembilan siswa ditemukan tewas, dan satu siswa hingg Sabtu 22 Februari 2020 masih belum ditemukan. []
Sejumlah siswa SMP Tunas Harapan Kita Kota Tegal menyalakan lilin dan doa bersama untuk siswa SMPN 1 Turi, Sleman yang menjdi korban susur sungai, Sabtu malam 22 Februari 2020. Foto: Tagar/Farid Firdaus