Lagi-lagi Perempuan di Kabul Tuntut Hak Untuk Bekerja

Padahal ini (kawin paksa) bukan satu-satunya persoalan, saat ini kita (perempuan Afghanstan) kehilangan hak untuk bekerja dan belajar
Perempuan Afghanistan bernyanyi selama protes di Kabul, Afghanistan, 21 Oktober 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Jakarta – Puluhan perempuan Afghanistan pada Minggu, 5 Desember 2021, memprotes pernyataan yang dikeluarkan Kepala Taliban Hibatullah Akhundzada yang melarang kawin paksa, dengan menegaskan bahwa ada isu-isu lain yang seharusnya juga disampaikan pemerintah Taliban.

“Pernyataan ini mengisyarakatkan bahwa persoalan yang kita hadapi hanya kawin paksa, padahal ini bukan satu-satunya persoalan. Saat ini kita kehilangan hak untuk bekerja dan belajar,” ujar aktivis perempuan Marja Ibrahimi.

Taliban pada Jumat, 3 Desember 2021, mengeluarkan pernyataan yang melarang kawin paksa perempuan di negara yang dikoyak perang itu, dalam apa yang tampaknya merupakan langkah untuk menjawab seruan negara-negara maju sebelum mengakui pemerintahan Taliban dan memulihkan bantuan.

perempun kabul antre uangPara perempuan berbaris untuk menerima uang tunai di titik distribusi uang yang diselenggarakan oleh Program Pangan Dunia, di Kabul, Afghanistan, Sabtu, 20 November 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Aturan itu tidak menyebut apakah anak perempuan akan diijinkan kembali bersekolah, atau apakah perempuan dapat kembali bekerja.

Saat ini anak perempuan yang berada di kelas 7 – 12 di seluruh Afghanistan tidak diizinkan bersekolah.

Langkah ini diumumkan Akhundzada seiring melonjaknya kemiskinan di Afghanistan pasca pengambilalihan negara itu pada 15 Agustus lalu dan mundurnya pasukan Amerika dan internasional, yang memicu negara-negara asing menangguhkan bantuan yang menjadi andalan untuk menggerakkan perekonomian.

Wartawan Afghanistan, Parwana Ibrahimkhail mengatakan mereka berharap pemimpin Taliban akan memusatkan perhatian pada lebih banyak isu yang menimbulkan dampak pada perempuan, seperti soal sekolah dan bekerja.

“Isu penting yang ingin kami dengar mereka jawab adalah apakah anak-anak perempuan dapat kembali bersekolah atau tidak, apakah perempuan dapat kembali bekerja, dan apakah perempuan dapat melakukan perjalanan sebagaimana juga laki-laki – tanpa ditemani saudara atau kerabat laki-laki mereka,” ujarnya.

perempuan afghanistan tuntut hakPerempuan berkumpul untuk menuntut hak-hak mereka di bawah pemerintahan Taliban saat protes di Kabul, Afghanistan, 3 September 2021 (Foto: voaindonesia.com - AP/Wali Sabawoon)

Hak-hak perempuan kembali pulih dalam 20 tahun terakhir ketika pasukan internasional berada di Afghanistan. Keberlangsungan hak-hak perempuan ini dinilai terancam ketika Taliban kembali berkuasa (em/jm)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Warga Afghanistan Khawatir Nasib Perempuan di Tangan Taliban

Perempuan Afghanistan Tuntut Keterlibatan di Kabinet

Perempuan Afghanistan yang Ditembak Suami Bicara di Kanada

Wartawan Perempuan di Afghanistan Ditembak Mati

Berita terkait
Dampak Pembatasan Perempuan Untuk Bekerja di Afghanistan
HRW menyatakan pembatasan yang diberlakukan Taliban bagi perempuan yang bekerja sebagai tenaga kemanusiaan menghambat pengiriman bantuan
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.