Kusir Setia Penjaga Bendi di Kota Padang

Keberadaan bendi di Kota Padang kian tak dilirik penumpang. Namun masih ada kusir yang setia menjaga bendi agar tak punah dilindas zaman.
ejumlah kusir yang setia menjaga bendi di Kota Padang, Sumatera Barat. (Foto : Tagar/Rina Akmal)

Padang - Empat bendi berjejer parkir di perempatan jalan Pasar Raya Padang, Sumatera Barat (Sumbar). Sesekali, kuda-kuda yang sepertinya tak lagi muda meringkik menggoda kusir letih menunggu penumpang.

Terik panas Kota Padang menambah kerisauan para kusir. Mata Ujang mulai mengantuk disepoi angin bising pasar. Berulangkali ia turun dari bendi untuk menyuguhkan minum kuda yang juga terlihat letih berdiri.

Mau bagaimana lagi, saya cuma punya kuda dan dengan bendi inilah saya mencari nafkah.

Transportasi beken di era 70-an itu memang tak lagi banyak diminati penumpang. Namun lelaki 54 tahun itu, tetap optimis bahwa rezeki akan selalu untuk hamba yang selalu berjuang tanpa lelah.

Ujang sadar, tidak mudah bertahan di era pesatnya saingan trasportasi. Nyaris tak ada penduduk di Kota Padang yang tidak memiliki sepeda motor. Belum lagi angkutan kota (angkot) dan masifnya perkembangan transportasi online.

"Mau bagaimana lagi, saya cuma punya kuda dan dengan bendi inilah saya mencari nafkah," kata Ujang, membuka perbincangan dengan Tagar, Jumat 8 November 2019.

Ujang sendiri sudah lebih 30 tahun menjadi kusir bendi. Dengan hasil tarikan kuda itu juga dia menghidupi seorang istri dan tiga buah hati.

"Alhamdulillah, dengan bendi ini saya dapat menyekolahkan ketiga anak saya. Anak pertama dan kedua laki-laki hanya tamat SMK, sekarang sudah bekerja dan berkeluarga. Si bungsu perempuan sudah tamat kuliah dan sekarang sudah jadi guru," ceritanya dengan raut bangga.

Sebetulnya, terang Ujang, bertahan dengan bendi bukan semata untuk mencari nafkah. Namun lebih untuk melestarikan transportasi tradisional yang kini kian tergerus kendaraan bermotor.

Lama-lama kalau tidak dirawat tentu bendi punah. Sebab pendapatan kusir dari sini tidak seberapa.

Dia berharap keberadaan bendi dirawat pemerintah agar tidak punan ditelan zaman. Paling tidak sebagai penunjang pariwisata di Kota Padang.

"Lama-lama kalau tidak dirawat tentu bendi punah. Sebab pendapatan kusir dari sini tidak seberapa. Saya bertahan karena cinta dan sudah puluhan hidup dengan kuda," katanya.

Senada dengan itu, kusir bendi lainnya, Masri, mengaku tidak pernah gentar bersaing dengan angkot dan transportasi lainnya. Baginya, bendi tetap menjadi daya tarik tersendiri untuk ditumpangi. Buktinya masih banyak pelanggan setia yang tetap menyewa bendi Masri.

"Dunia makin canggih, bahkan dari rumah saja orang bisa dapat tumpangan. Tidak harus seperti kami yang hujan-hujanan, panas-panasan menunggu penumpang. Tapi tetap kami jalani dengan ikhlas dan sabar," tuturnya.

KusirMasri, 70 tahun, kusir yang sudah lebih 20 tahun menarik bendi di Kota Padang. (Foto: Tagar/Rina Akmal)

Lelaki 70 tahun itu pun terkenang keberadaan bendi dua dekade silam, ketika bendi masih menjadi angkutan primadona warga Padang. Apalagi jika dibandingkan di era 80-an, persis 180 derejat bedanya dengan hari ini.

Tidak bisa lagi jadi sopir angkot, apalagi ojek online. Mata orang tua ini sudah mulai rabun.

Di era kejayaan bendi, para kusir selalu sumngringah pulang ke rumah. Nyaris pendapatan menambang saat itu melebihi kebutuhan sehari-hari. Dengan hasil bendi juga Masri menamatkan sekolah 4 orang buah hatinya.

"Sekarang dapat Rp60 ribu sehari saja sudah syukur. Apalagi kalau Padang diguyur hujan, tak ada orang yang mau naik bendi," katanya.

Perlahan bendi mulai ditinggalkan penumpang. Paling tidak hari ini, hanya sejumlah wisatawan yang mau berlama-lama di atas tunggangan kuda. Itu pun hanya terjadi di hari-hari tertentu, terutama masa liburan.

"Palingan turis dari luar Sumbar yang mau naik bendi keliling Padang. Kalau wisatawan dari daerah rata-rata pakai mobil," tuturnya.

Bertahan dengan bendi, baginya adalah pilihan satu-satunya untuk tetap bisa menafkahi keluarga. Sebab untuk pindah profesi menjadi sopir angkot atau ojek online butuh stamina yang fit, sementara usianya sudah lebih 70 tahun.

"Tidak bisa lagi jadi sopir angkot, apalagi ojek online. Mata orang tua ini sudah mulai rabun. Nanti menabrak orang, tambah panjang masalahnya," katanya sembari terkekeh.

Masri hanya berharap agar bendi mendapat perhatian serius pemerintah. Terutama untuk menunjang pariwisata di ibu kota Provinsi Sumbar itu. Sebab selama ini bendi nyaris tidak diberi ruang untuk berkontribusi terhadap kemajuan pariwisata.

"Kami berharap, pemerintah menyediakan satu tempat mangkal khusus untuk mengantar para wisatawan keliling Padang. Sehingga keberadaan bendi tetap terjaga dan para kusir bisa hidup dari sini," katanya.

Di sisi lain, pada masa Kolonial Belanda, bendi seringkali digunakan oleh para saudagar, penghulu, demang, dan orang-orang berpangkat lainnya. Ada yang memang khusus memakai bendi untuk perjalanan dan berkeliling kota.

Di era tahun 60-an, bendi menjadi salah satu alat transportasi primadona di kota Padang dan masyarakat Minangkabau umumnya. Namun akhir-akhir ini, keberadaan bendi di Kota Padang nyaris langka.

Keberadaan bendi kini betul-betul digilas 'kuda besi'. Ada yang bertahan, namun jumlahnya bisa dihitung jari. Para kusirnya rata-rata berusia di atas 50 tahun. Banyak juga kusir banting stir menjadi petani dan sesekali menambang bendi sembari menunggu panen.

Menurut cerita, mulai tersingkirnya bendi di Kota Padang bermula dari datangnya kendaraan bemo di era 80-an. Namun saat itu para kusir masih bisa bersaing karena jumlah bemo tidak sebanyak transportasi hari ini.

Pendapatan kusir bendi mulai terpuruk habis-habisan sejak lahirnya reformasi dan krisis moneter melanda Indonesia. Bahkan kala itu, penghasilan kusir hanya cukup untuk biaya makan kuda.

Hari ini, masih ada sebagian kecil kusir-kusir tua di Kota Padang yang mau bertahan karena mencintai bendi. Mereka berharap pemerintah turut memberikan perhatian agar bendi terus hidup meski dijajah transportasi modern. []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Elegi Pantai Anyer Setelah Gempa
Pantai Florida Pasir Putih Anyer di Kabupaten Serang, Banten, masih sepi mengunjung setelah Selat Sunda dihantam tsunami.
Ratapan Hantu Mall Klender, Korban Tragedi Reformasi
Mall Klender terbakar pada awal reformasi. Mayat bergelimpangan di mana-mana. Hingga kini cerita hantu masih menjadi bisik-bisik di mall tersebut.
Hantu Pocong Penunggu Lubang Buaya
Monumen Lubang Buaya jadi saksi kekejaman PKI saat tragedi G30S-PKI. Ditempat ini jasad tujuh jenderal dimasukkan dalam sumur.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.