Kue Lebaran Tetap Tersaji di Masa Pandemi Covid-19

Kue Lebaran tetap tersaji di meja pada masa pandemi Covid-19, walau ada keraguan apa ada yang datang bertamu atau tidak. Kisah Ida dan Narto.
Ida Irianti, 40 tahun, mengaduk adonan kue, di rumahnya, Kamis, 21 Mei 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Yogyakarta - Jemari Ida Irianti bergerak lincah di atas adonan kue berwarna kuning muda. Sarung tangan karet yang membalut jemari lentiknya seperti tidak mengganggu gerak jari-jarinya. Dengan wajah tertutup masker, Ida terus mengolah adonan kue, sesekali memijit-mijit adonan kemudian sedikit memukul lembut. Saat kekenyalan adonan sesuai dengan yang diinginkan, dia menimbangnya, kemudian dibentuk menjadi kotak-kotak kecil.

Selanjutnya dia memotong-motong pisang dan keju batangan dengan ukuran tertentu, lalu membungkusnya dengan adonan untuk dipanggang di dalam oven. Dari oven pemanggang kue yang sedikit menempel di dinding belakang ruangan, tercium aroma wangi kue yang sudah hampir matang dan siap diangkat.

Tidak jauh dari tempat Ida duduk, satu unit kipas angin berputar cukup kencang. Embusannya kerap kali membuat jilbab pink dan celemek biru yang dikenakannya menari-nari.

Di bagian depan ruangan itu terdapat etalase kaca berukuran sedang. Kue yang sudah dibungkus dalam kotak plastik tertata rapi di dalamnya. Ada dua jenis kue di situ, yakni putri salju dan bolen pisang.

Tahun iki ora koyo tahun-tahun wingi. Saiki le gawe ora akeh, soale kan iseh corona. Ra ngerti sesuk ono sing ujung opo ora (Tahun ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Sekarang bikinnya tidak banyak, karena masih corona. Tidak tahu nanti ada yang berkunjung atau tidak).

Cerita Kue LebaranIda Irianti, 40 tahun, memasukkan kue yang akan dipanggang ke dalam oven pemanggang, Kamis, 21 Mei 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Ida, wanita berkulit putih berusia 40 tahun, ibu tiga anak, itu merupakan satu dari sekian banyak karyawan swasta yang dirumahkan saat pandemi Covid-19. Sebelum berwirausaha seperti saat ini, dia bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi.

Sambil tetap melanjutkan aktivitasnya mengolah adonan, Ida menceritakan awal dirinya membuka usaha pembuatan kue. Dulu, kata dia, membuat kue hanya merupakan hobi. Kesibukannya saat menjadi karyawan membuatnya sering tidak memiliki waktu luang, bahkan untuk sekadar membuat adonan kue.

Sejak dirumahkan, kontrak kerjanya tidak diperpanjang, Ida kembali menekuni hobinya. Dia membuat beberapa macam kue, sebelum akhirnya fokus pada wirausaha memproduksi kue bolen pisang di rumahnya, kawasan Kotagede, Yogyakarta. Saat ini, dalam sehari Ida menghabiskan dua hingga tiga sisir pisang untuk membuat bolen.

Cerita Kue LebaranIda Irianti, 40 tahun, harus berbelanja ke pasar yang jauh dari rumahnya untuk mendapatkan pisang terbaik untuk membuat kue bolen pisang. Foto diambil Kamis, 21 Mei 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Salah satu tantangan dalam pembuatan bolen pisang adalah bahan baku pisang. Terkadang dia harus pergi ke pasar yang jauh dari rumahnya untuk mendapatkan pisang terbaik. Ida sangat selektif dalam penggunaan bahan, agar rasa dan kualitasnya tetap terjaga.

Jarak pasar yang jauh dan belum adanya karyawan yang membantu, membuat Ida membutuhkan lebih banyak waktu dalam memproduksi bolen pisang.

"Awalnya saya bikin bukan untuk dijual. Tapi kata teman dan keluarga rasanya enak, layak untuk dijual. Akhirnya saya coba posting di WhatsApp story. Yang beli juga awalnya cuma keluarga dan teman-teman," kata dia, Kamis, 21 Mei 2020.

Kue pesanan tersebut biasanya diantarkan langsung oleh Ida dan suaminya menggunakan mobil, meski beberapa pelanggan mengambil sendiri kue pesanan mereka ke rumah.

Dari hari ke hari pelanggan yang memesan kue buatannya semakin banyak. Sebagian besar masih merupakan teman dan kerabat. Beberapa di antara mereka juga memesan kue untuk disajikan saat Hari Raya Idulfitri 1441 Hijriyah.

Cerita Kue LebaranIda Irianti, 40 tahun, mengeluarkan kue buatannya dari oven pemanggang, Kamis, 21 Mei 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Saat baru memulai usahanya, salah satu perusahaan swasta sempat menawarkan pekerjaan untuk dia. Tapi, jumlah pesanan kue yang semakin banyak membuatnya mantap menolak tawaran tersebut.

Dia memilih untuk fokus pada usahanya membuat kue. Terlebih dengan berwirausaha di rumah, waktunya untuk berkumpul dengan keluarga menjadi lebih banyak.

Banyaknya pesanan kue membuat Ida harus mengingat nama dan jumlah pesanan. Untuk memudahkannya mengingat, dia menyiapkan papan tulis kecil di tempat usahanya, lalu mencatat pesanan.

Selain untuk mengingat jumlah pesanan, berdasarkan catatan di papan tulis itu, Ida bisa memperkirakan kemampuannya menyelesaikan pesanan. Jika merasa tidak mampu, dia akan menolak atau menyarankan pelanggan memesan untuk hari berikutnya.

Cerita Kue LebaranPisang dan potongan keju yang digunakan untuk membuat kue bolen pisang oleh Ida Irianti, 40 tahun, Kamis, 21 Mei 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Berkah Pandemi Jelang Idulfitri

Meski baru tahun ini memulai usaha membuat kue, Ida merasa bahwa pandemi Covid-19 justru menjadi berkah tersendiri untuknya, khususnya menjelang Lebaran. Menurutnya, mayoritas pesanan kue dalam sepekan terakhir adalah kue Lebaran dan parcel.

Pandemi Covid-19 disebutnya membuat sebagian orang enggan keluar dari rumah, termasuk untuk membeli bahan kue. Mereka memilih memesan kue untuk disajikan saat Lebaran.

"Kalau menurutku sih pandemi ini enggak banyak berpengaruh (negatif) ke pesanan kue. Justru pesanan jadi lebih banyak, karena kan banyak yang tidak mau keluardari  rumah untuk beli bahan dan lain-lain," ucap pemilik brand Bolen Kage Dapur Abay'z ini.

Menjelang Lebaran kali ini, Ida bukan hanya memproduksi kue pesanan pelanggannya, tapi juga membuat kue Lebaran untuk keluarganya. Hal yang sangat jarang dilakukan saat dia bekerja sebagai karyawan.

Pada Lebaran tahun-tahun sebelumnya, Ida selalu memesan atau membeli kue dari toko, untuk disajikan pada rekan, keluarga atau kerabat yang datang bersilaturahmi.

"Tahun-tahun sebelumnya untuk kue Lebaran aku selalu beli. Tahun ini, walaupun ada corona, tapi aku tetap menyiapkan kue Lebaran, dan itu buatanku sendiri," tuturnya.

Cerita Kue LebaranKue bolen pisang buatan Ida Irianti, Kamis, 21 Mei 2020. Ida mulai berwirausaha setelah dirumahkan oleh perusahaan tempatnya bekerja. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Narto, 39 Tahun, Pembuat Kue

Narto, 39 tahun, juga seorang pembuat kue. Tagar menemuinya di rumahnya, kawasan Kampung Badran, Kelurahan Bumijo, Kecamatan Jetis, Yogyakarta, Kamis, 21 Mei 2020. 

Ia mengatakan tetap mendapatkan order pesanan kue Lebaran pada masa pandemi Covid-19. Walaupun jumlah kue pesanan tak sebanyak menjelang Idulfitri tahun-tahun sebelumnya.

Hari itu saat Tagar datang, Narto sedang memasukkan dan menata kue kering buatannya dari loyang ke dalam toples. Jemarinya cekatan menata kue-kue membentuk lingkaran.

Cerita Kue LebaranNarto, 39 tahun, mengemas kue buatannya ke dalam toples plastik, Kamis, 21 Mei 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Aroma wangi kue tercium hingga beberapa belas meter dari rumahnya. Sementara, oven pemanggang kue miliknya masih menyala dan memancarkan hawa panas, pertanda ada kue yang sedang dalam proses pemanggangan.

Sejak beberapa tahun terakhir, Narto memproduksi kue bersama istrinya, Astri, 36 tahun. Mereka membuat bermacam kue, mulai dari kue kering hingga kue tart untuk acara ulang tahun.

Hampir setiap menjelang Lebaran mereka menerima cukup banyak pesanan. Tapi, jelang Idulfitri 1441 Hijriyah ini, pesanan kue Lebaran sedikit menurun. Narto meyakini hal itu akibat pandemi Covid-19.

"Corona ini ngaruh banget. Tahun ini pesanan kue Lebaran tidak sebanyak tahun lalu, apalagi dua tahun lalu," ucap pria yang berasal dari Kediri, Jawa Timur, ini.

Selain pengaruh dari pandemi Covid 19, berkurangnya pesanan kue Lebaran, menurut Narto, juga disebabkan sebagian pelanggan kuenya sudah mampu membuat kue sendiri. Sehingga kalaupun mereka memesan kue, tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya.

Cerita Kue LebaranNarto, 39 tahun, mengeluarkan kue dari oven pemanggang, Kamis, 21 Mei 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Sama seperti Ida, Narto mengaku tidak hanya membuat kue untuk pelanggan, tetapi juga memproduksi kue Lebaran untuk disajikan di rumahnya, meski jumlah dan jenisnya tidak sebanyak Lebaran-Lebaran sebelumnya.

"Tahun iki ora koyo tahun-tahun wingi. Saiki le gawe ora akeh, soale kan iseh corona. Ra ngerti sesuk ono sing ujung opo ora (Tahun ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Sekarang bikinnya tidak banyak, karena masih corona. Tidak tahu nanti ada yang berkunjung atau tidak)," tutur Narto tersenyum hambar. []

Baca cerita lain:

Berita terkait
Suatu Pagi di Gerai Emas Aneka Tambang Jakarta Timur
Dio mahasiswa, Anto Wibowo pensiunan, Wawan karyawan. Ini cerita mereka suatu pagi mengantre di gerai emas Aneka Tambang di Pulo Gadung Jakarta.
Hari Indah di Bantaeng Sebelum Monster Covid Datang
Hari indah di Desa Layoa, Bantaeng, Sulawesi Selatan, sebelum ada monster covid, semua bersorak gembira, berdekatan satu sama lain tanpa khawatir.
Hanafi, Imam Salat Tarawih di Rumah Saat Covid-19
Pandemi Covid-19 membuat sejumlah masjid di Yogyakarta tak menggelar salat Tarawih berjemaah mengikuti anjuran pemerintah
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.