Kubu Prabowo Mainkan Strategi Media Sosial, Hasilnya?

Strategi sosmed Prabowo-Sandi yang melempar isu melemahnya rupiah, meraih simpati pemilih pemula.
Sandiaga Uno dan Prabowo Subianto saat pengundian nomor urut pilpres di Komisi Pemilihan Umum, Jumat malam (21/9/2018). (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Jakarta, (Tagar 24/9/2018) - Program Mata Najwa di media sosial menunjukkan pasangan nomor urut dua Prabowo Subianto-Sandiaga Uno memenangkan dua polling dibanding pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

"Ciyeeee...ciyeee yang sudah nanyain terus hasil polling. Nah, sekarang semua polling sudah berakhir waktunya," ujar Najwa Shihab dalam postingan yang dibagikan akun Facebook pribadinya, Sabtu (22/9).

Hasil polling Instagram yang berlangsung 24 jam, menunjukkan pasangan Jokowi-Ma'ruf mendapatkan suara votters 38 persen. Lawannya, Prabowo-Sandi unggul dengan 72 persen.

Polling media mata najwaHasil polling media Mata Najwa. (Foto: Screenshot/Facebook Najwa Shihab)
Sedangkan hasil polling dari akun Twitter yang berlangsung selama 48 jam, dari 91,808 votes, hasil polling (21/9), pukul 18.27 WIB menunjukkan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin unggul. Keduanya mendapatkan suara votters 52 persen, dan Prabowo-Sandiaga Uno mendapatkan 48 persen.

Terakhir hasil polling Facebook menunjukkan, dari 229 ribu dengan 17,4 ribu komentar, Prabowo-Sandi kembali unggul dengan mendapatkan 73 persen suara votters. Pasangan Jokowi-Ma'ruf hanya mendapatkan suara 27 persen.

Sebelumnya polling dilakukan, akun Twitter @MataNajwa, akun Facebook dan akun Instagram memberikan pertanyaan pada votters.

"Seandainya nih, seandainya pilpres diadakan hari ini, paslon mana yang bakal kamu pilih?" tanya akun Mata Najwa dalam akunnya.

"Tapi itu seandainyaaa...nyatanya sih hari ini, Kamis (20/9) KPU baru resmi menetapkan pasangan capres-cawapres untuk pilpres 2019," sambungnya.

Poling Jokowi-PrabowoHasil poling Jokowi-Prabowo yang dilakukan oleh Kumparan.com. (Foto: Kumparan.com)
Tidak hanya Mata Najwa, hasil polling yang diadakan media online Kumparan pun menunjukkan hasil yang bahwa kubu koalisi Prabowo-Sandi lebih banyak mendapat suara pemilih daripada Prabowo-Ma'ruf.

Polling yang diadakan pada tahap pertama yaitu 10-16 Agustus 2018 dengan 27.668 suara. Hasilnya, Prabowo-Sandi mendapat 51,5 persen suara, sedangkan Jokowi-Ma'ruf mendapat 48,5 persen suara. Tahap pertama, Prabowo-Sandi unggul dari Jokowi-Ma'ruf dengan suara golput 3,8 persen.

Tetap Kerja Keras
Hasil polling yang menggembirakan koalisi Prabowo-Sandi tak lantas membuat Wakil Ketua Tim Pemenangan Prabowo-Sandi Mardani Ali Sera jumawa.

Meski ia mengakui hasil polling sebagai awalan yang baik, tetap koalisinya akan menguatkan strategi dengan pengokohan channel distribusi.

"Ini tentu gambaran awal yang baik. Tapi, kami tetap akan siaga dan waspada untuk masuk pada tahap penajaman pada penguasaan teritori, penguatan itu dan pengokohan channel distribusi," ujarnya kepada Tagar News, di Jakarta, Senin (24/9).

Mardani yang juga inisiator #2019GantiPresiden membeberkan untuk memenangkan Pilpres 2019, koalisinya akan membuat dua brand. Sandi untuk brand milenial dan emak-emak, serta Ketua Umum Partai Gerindra untuk Membela Kepentingan Indonesia.

"Tentu brand Sandi yang akan garap milenial dan emak-emak serta Prabowo untuk brand Membela Kepentingan Indonesia adalah paduan yang pas untuk pemenangan Pilpres 2019," terang Ketua DPP PKS ini.

Undian Nomor Urut Pilpres 2019KPU RI telah menyelenggarakan proses pengundian nomor urut peserta Pemilu 2019. Pasangan calon presiden-wakil presiden Jokowi Widodo-Ma’ruf Amin mendapatkan nomor urut 01, pasangan calon presiden-calon wakil presiden Prabowo Subianto-Sandiaga Uno nomor urut 02. (Foto: Tagar/Gilang)

Hasil polling pun rupanya tak mempengaruhi calon presiden Prabowo Subianto, untuk tetap turun langsung ke rakyat dengan mengadu gagasan. Prabowo akan tetap turun langsung ke rakyat dengan adu gagasan bersama Jokowi.

"Kita harus kerja keras, kita harus turun ke rakyat, kita adu gagasan," tuturnya di Gedung Smesco, Jakarta Selatan, Minggu, (23/9).

"Saya percaya Jokowi orang baik saya hubungannya baik dengan beliau, kita ini tidak mau bermusuhan, kita adu gagasan, kita adu program, saya yakin Jokowi cinta rakyat, saya juga, kita akan berbuat yang terbaik untuk rakyat, siapa yang menang yang penting rakyat harus baik," jelas Prabowo.

Strategi Kampanye Medsos
Peneliti di Pusat Penelitian Politik (P2P) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati menilai, hasil polling di media sosial memang berkaitan dengan efektivitas pesan kampanye media sosial yang kerap dilakukan koalisi Prabowo-Sandi.

"Saya pikir ini memang ada kaitannya dengan efektivitas pesan kampanye media sosial oleh kubu Prabowo-Sandi yang menyasar kelompok pemilih pemula," ungkap Wasisto saat dihubungi Tagar News.

Misalnya, menurut Wasisto saat kubu Prabowo-Sandi melempar isu melemahnya rupiah. Isu yang dilempar di media sosial itu lantas berhasil meraih simpati pemilih pemula.

"Strategi sosmed Prabowo-Sandi yang melempar isu melemahnya rupiah itu, sementara efektif meraih simpati pemilih pemula," sambungnya.

Namun, menurutnya perlu disadari survei pendahuluan itu belumlah cermin narasi peta pemilih keseluruhan untuk Pilpres 2019. Sebab, karakter pemilih di Indonesia, didominasi pemilih yang berkarakter insidental.

"Kita tahu secara arah peta politik pemilih tidak bisa ditebak, karena mereka menyesuaikan pilihan mereka dengan situasi kekinian. Artinya pemilih kita didominasi pemilih yang berkarakter insidental," imbuh Wasisto.

Makanya, untuk memenangkan Pilpres, masing-masing tim kampanye harus menyusun strategi yang menyesuaikan dengan isu-isu terkini.

"Nah, ini kembali lagi pada kinerja masing-masing tim kampanye untuk menciptakan momen yang mengarah pada penggiringan opini publik," ujar dia.

"Kurang lebih demikian. Tidak standar pakem dalam menyusun strategi kampanye. Kekuatan figur jelas penting namun, bagaimana kemudian isu-isu kekinian juga dikemas dan bagaimana kandidat itu mengatasinya," tandasnya. []

Berita terkait
0
Kesengsaraan dalam Kehidupan Pekerja Migran di Arab Saudi
Puluhan ribu migran Ethiopia proses dideportasi dari Arab Saudi, mereka cerita tentang penahanan berbulan-bulan dalam kondisi menyedihkan