Krisis Hubungan Lebanon dengan Negara-negara Teluk

Lebanon sedang mengalami krisis dalam hubungannya dengan Arab Saudi dan para pendukungnya di Teluk Arab
Seorang pria berjalan melewati lapak penjual koran di Beirut di mana salah satu koran memampang berita utama yang bertuliskan "Arab Saudi Memboikot Lebanon", 30 Oktoober 2021 (Foto: voaindonesia.com- Reuters/Aziz Taher)

Jakarta – Lebanon sedang mengalami krisis dalam hubungannya dengan Arab Saudi dan para pendukungnya di Teluk Arab, di mana relasi perdagangan dan bantuan keuangan dari negara-negara tersebut sangat dibutuhkan oleh Lebanon.

Kritik oleh menteri Kabinet Lebanon atas keterlibatan pihak militer Saudi di Yaman adalah inti dari perselisihan diplomatik yang terjadi antara kedua negara itu. Perselisihan tersebut juga berkaitan dengan adu pengaruh antara Arab Saudi dan Hizbullah yang didukung Iran di wilayah Teluk.

Konflik tersebut kini berujung pada pengusiran duta besar Lebanon di Arab Saudi, dan penarikan duta besar Arab Saudi dari Beirut. Saudi juga telah memberlakukan pelarangan impor dari Lebanon, setelah Menteri Penerangan Lebanon, George Kordahi, mengeluarkan komentar-komentar pedas tersebut.

Tepat sebelum Kordahi menjadi anggota kabinet pada September lalu, ia mengelurakan pernyataan yang membela pemberontak Houthi Yaman yang didukung oleh Iran, yang menerima pelatihan dari Hizbullah.

Ia mengatakan, Yaman telah menjadi sasaran dari yang ia gambarkan sebagai agresi asing, sebuah referensi yang merujuk pada Arab Saudi.

Negara-negara sekutu Teluk menanggapinya dengan menarik duta besar mereka dari Lebanon dan mengusir utusan Beirut di negara mereka masing-masing. Liga Arab menyatakan keprihatinannya atas memburuknya hubungan yang terjalin antara negara di kawasan tersebut dengan begitu cepat.

Kordahi adalah anggota partai Kristen kecil yang bersekutu dengan kelompok Hizbullah Syiah. Mengetahui pemerintahannya yang kini rapuh, Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati telah mendesak Kordahi untuk “menempatkan rasa patriotiknya di atas segalanya” untuk meredakan krisis yang terjadi.

pria tampak menghitung uang Lebanon PoundSeorang pria tampak menghitung uang Lebanon Pound di sebuah toko kelontong, di Beirut, Lebanon, pada 26 Oktober 2021 (Foto: voaindonesia.com - Reuters/Issam Abdallah)

Analis politik Dania Koleilat Khatib, dari Institut Tarif Issam di Universitas Amerika di Beirut mengatakan kepada VOA, negara-negara Teluk sudah muak dengan cengkeraman Hizbullah di Lebanon.

“Mikati sangat berharap, Prancis dapat membujuk negara-negara Teluk agar merubah pandangan mereka (terhadap Lebanon) dan memberikan uang (untuk Lebanon). Ini bukan hanya tentang Kordahi, ini tentang berurusan dengan pemerintah yang dikendalikan oleh Hizbullah," ujar Khatib.

"Hizbullah tidak akan membiarkan Kordahi mengundurkan diri, kecuali mereka mendapat imbalan. Jika Kordahi mengundurkan diri, mereka akan terlihat lemah.”

Analis mengatakan, Mikati menghadapi tugas berat dalam upayanya untuk mencoba memperbaiki lagi hubungan dengan negara-negara Teluk.

Bantuan perdagangan dan keuangan dari negara-negara Teluk kepada Lebanon pernah mencapai angka miliaran dolar, di mana bantuan dengan jumlah serupa tidak bisa Lebanon harapkan untuk datang dari sekutunya Iran (ps/lt)/voaindonesia.com. []

Jutaan Warga Lebanon Hidup Dalam Jerat Kemiskinan

Krisis Ekonomi Lebanon yang Terburuk di Dunia Sejak 1850-an

Amnesty Tuduh Lebanon Siksa Tahanan Warga Suriah

Dosen dan Guru di Lebanon Protes Kondisi Pengajaran

Berita terkait
Dosen dan Guru di Lebanon Protes Kondisi Pengajaran
Dosen dan guru sekolah di Lebanon melakukan protes di depan Kementerian Pendidikan sehubungan kondisi pengajaran
0
Kapolri: Sinergitas TNI-Polri Harga Mati Wujudkan Indonesia Emas 2045
Kapolri menekankan penguatan sinergitas TNI-Polri menjadi salah satu kunci utama dalam menyukseskan dan mewujudkan visi Indonesia Emas.