Kota Cimahi 19 Tahun, Harapan dan Keluhan Warga

Kota Cimahi awalnya bagian dari Kabupaten Bandung, Jabar, pada 29 Januari 1976 ditetapkan sebagai kota administratif, ini keluhan dan harapan warga
Kantor Pemerintah Kota Cimahi, JL Raden Demang Hardjakusumah, Blok Jati, Cihanjuang, Cibabat, Cimahi Utara, Kota Cimahi. (Foto: Tagar/Fitri Rachmawati).

Bandung - Sebelum jadi Kota Otonom mulai 21 Juni 2001 Kota Cimahi, Jawa Barat, awalnya menjadi bagian dari Kabupaten Bandung yang kemudian pada 29 Januari 1976 ditetapkan sebagai kota administratif. Tanggal 21 Juni dijadikan hari jadi Kota Cimahi yang selalu diperingati oleh Pemerintah Kota Cimahi bersama masyarakatnya.

Setelah menjadi Kota Otonom per 2001, Itoc Tochija menjadi Wali Kota Cimahi pertama dan berhasil menjabat 2 periode, yang kemudian Atty Suharti Tochija yang merupakan istri dari Itoc Tochija berhasil menjadi Walikota pada 2012. Tetapi diberhentikan karena kasus korupsi pembangunan Pasar Atas Cimahi yang kemudian digantikan oleh Sudiarto, dan pada 2017 sampai saat ini Ajay Muhammad Priatna menjadi Wali Kota Cimahi ke-3.

cimahi2Taman ALun-Alun Kota Cimahi (Foto: Tagar/Fitri Rachmawati).

Sudah berganti tiga kali Wali Kota, dan sudah 19 tahun menjadi Kota Otonom. Bagaimana harapan dan keluhan hingga masukan masyarakat Cimahi saat ini? Berikut rangkuman wawancara masyarakat Kota Cimahi.

1. Kota Cimahi Perlu Banyak Ruang Terbuka

Ahmad Robaini, 19 tahun, pria lajang yang bekerja sebagai security di Pemerintah Kota Cimahi dan merupakan warga asli Kota Cimahi mengakui senang dan nyaman tinggal di Kota Cimahi. Apalagi biaya hidup yang relatif cukup murah, terjangkau oleh dirinya yang bekerja sebagai security. 

cimahi3Ahmad Robaini 19 tahun, pria lajang warga asli Kota Cimahi yang bekerja sebagai security di Pemerintah Kota Cimahi. (Foto: Tagar/Fitri Rachmawati).

“Saya asli orang Cimahi, saya tinggal di Jalan Ciamitali, Citeureup, Cimahi Utara. Cukup bahagia-lah tinggal di Cimahi. Kota-nya nyaman, biaya hidup murah. Hanya punya Rp5.000 sampai Rp10.000 masih bisa makan disini-mah,” tuturnya kepada Tagar, Rabu 29 Januari 2020.

Karena cukup bahagia dan nyaman tinggal di Kota Cimahi kata Ahmad, ia pun tak berniat untuk merantau ke kota lain, Bandung atau kota terdekat lainnya. Menurutnya, Kota Cimahi merupakan kota paling nyaman. “Saya senang banget tinggal disini (Kota Cimahi), dan disini kan tempat lahir saya, besar (tumbuh besar),” kata dia.

Ahmad yang merupakan lulusan SMK 3 Cimahi jurusan Tata Boga mengakui, meskipun baru 1 bulan bekerja di lingkungan Pemerintah Kota Cimahi tetapi ia merasa senang dan berharap bisa bekerja lama.

“Selain senang tinggal disini (Kota Cimahi), saya juga senang bisa bekera di sini. Ya, kalau saya mah merasa cukup da bahagia. Disini (Kota Cimahi) berobat mudah karena Puskesmas banyak, sekolah juga ada. Keamanan? Cukup aman, meski sebelumnya ramai begal tetapi sekarang berkurang dan menurut saya-mah aman,” ujar dia.

Selama tinggal di Kota Cimahi tambah Ahmad, ia merasa banyak perubahan yang terjadi di Kota Cimahi. Hal yang paling sederhana, soal penerangan jalan. Awalnya, di Jalan Aruman gelap dan menjadi wilayah rawan kejahatan, tetapi sudah beberapa lama ini terang dan ramai, tidak menakutkan lagi. “Ya, sekarang cukup amanlah kalau lewat Jalan Aruman, sudah tidak takut lagi. Kejadian begal jadi sudah banyak berkurang,” tambah dia.

cimahi6Jalan menuju perkantoran Pemerintah Kota Cimahi. (Foto: Tagar/Fitri Rachmawati).

Namun demikian, Ahmad merasa Kota Cimahi masih perlu banyak kawasan terbuka hijau atau perbanyak pohon-pohon rindang di jalan-jalan yang terkesan kering dan panas. “Kalau kata saya mah, Kota Cimahi hanya perlu perbanyak pohon, ruang terbuka hijau,” tutup dia mengakhiri.

2. Ingin Punya e-KTP Kota Cimahi

Lain lagi cerita Fiqri, jejaka 16 tahun asal Garut yang baru lulus SMP. Ia bercerita baru tinggal di Kota Cimahi 2 tahun lamanya. Saat ini ia tinggal bersama paman-bibi dan beberapa keluarganya yang telah lama tinggal di Kota Cimahi. “Saya tinggal di Jalan Sangkuriang, Cimahi. Aslinya memang dari Garut bukan asli Cimahi. Tapi ya, enak tinggal disini daripada di Garut,” tutur dia.

cimahi4Fiqri, jejaka 16 tahun asal Garut tinggal 2 tahun di Kota Cimahi (Foto: Tagar/Fitri Rachmawati).

Fiqri bercerita kalau ia bosan tinggal di Garut, dan lebih betah di Kota Cimahi. Makanya, ia ingin segera memiliki e-KTP Kota Cimahi saat nanti berumur 17 tahun. Nanti, kalau sudah punya E-KTP untuk keperluan mencari pekerjaan atau mau melanjutkan SMA di Cimahi.

“Sekarang mah belum punya KTP atau e-KTP, tapi nanti mau buat e-KTP-nya. Lagian, perlu juga kartu identitas kalau-kalau nanti kena razia biasanya sering diperiksa,” kata dia. Fiqri yang bekerja sebagai tukang parkir di depan DPRD Kota Cimahi bercerita juga soal masih sedikit kurang amannya Kota Cimahi. Menurutnya, Cimahi sedikit tidak aman apalagi saat malam biasanya ada saja kejadian.

“Biasanya berantem pas mabuk-mabukan itu yang seringnya. Kalau begal? Udah jarang,” kata dia. Dalam akhir ceritanya, Fiqri sangat berharap ia bisa mudah mendapatkan pekerjaan di Kota Cimahi ini, meskipun hanya lulusan SMP. Sebab, bagi Fiqri Garut sedikit sulit mencari pekerjaan, berbeda dengan Cimahi yang katanya mudah.

“Saya berharap mudah dapat kerja nanti kalau udah punya e-KTP. Sekarang kerja jadi tukang parkir cukup buat makan saja, itu pun harus parkir dari pagi sampai sore,” ujar dia.

3. Berharap Dapat Bantuan dari Pemkot Cimahi

Berbeda dengan Paria Sri Subantia 48 tahun asal Kebumen, Ibu dengan 3 anak yang sudah lebih 20 tahun di Kota Cimahi mengeluh banyak hal. Mulai dari bantuan Pemerintah Kota Cimahi yang dinilainya belum merata ke semua warganya, hingga sulitnya mencari modal usaha dan pekerjaan untuk ibu-ibu.

cimahi5Paria Sri Subantia 48 tahun asal Kebumen tinggal di Kota Cimahi sudah lebih 20 tahun. (Foto: Tagar/Fitri Rachmawati).

“Saya asal Kabupaten Kebumen (Jawa Tengah), sudah lebih 20 tahunan tinggal di sini (Cimahi). Saya tinggal di Jalan Ciuyah, Kecamatan Cimahi Utara. Selama tinggal disini ya senang, bahagia, cuman ya susah kalau cari kerja atau mau usaha buat jualan, cari modalnya itu loh mbak,” kata dia.

Tapi, kalau dibandingkan dengan di Kabupaten Kebumen memang tinggal di Cimahi sedikit lebih mudah mencari pekerjaan. Tapi ya, mentok bekerja jaga mainan seperti ini. Untuk bekerja di kantor jadi cleaning service sudah sangat susah.

“Kalau mau dibandingkan dengan di kampung saya memang Cimahi lebih baik, disini mah kerja apa saja bisa menghasilkan daripada di kampung susah banget,” ujar dia.

Selain itu, Paria yang mengaku merasakan tiga kali pergantian Wali Kota Cimahi sangat berharap terhadap kepedulian Pemerintah Kota Cimahi yang lebih memperhatikan warganya, terutama yang miskin. Seperti bantuan langsung lebih merata ke semua masyarakat miskin. Kemudian, ia pun sangat berharap program rumah tidak layak huni ditambah.

“Tiga kali ganti Wali Kota, ya ketiga baik hanya saya berharap program-program yang langsung dirasakan masyarakat lebih banyak, merata. Di desa saya banyak yang dapat Rutilahu, bantuan BPJS, dan bantuan langsung tetapi saya tak pernah dapat. Saya berharap ada perhatian dari Pemkot Cimahi,” ujar dia. []

Berita terkait
Cimahi, Kota Pencanangan Program Eliminasi TBC 2030
Presiden Jokowi mencanangkan Gerakan Bersama Menuju Eliminasi TBC 2030 di Gedung Technopark, Kota Cimahi, Rabu, 29 Januari 2020
0
JARI 98 Perjuangkan Grasi untuk Ustadz Ruhiman ke Presiden Jokowi
Diskusi digelar sebagai ikhtiar menyikapi persoalan kasus hukum yang menimpa ustaz Ruhiman alias Maman.