Konsistensi Ondos, dari Aktivis Hingga Politisi Pro Rakyat

Ondos merupakan pejuang aktivis mahasiswa pada tahun 1980-an yang kerap menyuarakan aspirasi dari mahasiswa.
Aksi Mahasiswa ITB 5 Agustus 1989 (Foto: Tagar/Tangkapan Layar Dokumentasi Acara Peluncuran Buku dan Diskusi)

Jakarta - Pada peluncuran buku dan diskusi publik tengan tema “Idealisme Ondos: Dari Aktivis Mahasiswa 1980-an, Aktivis Partai, sampai Anggota DPR,” diceritakan tentang perjalanan Ondos dari semasa kecil hingga akhir hayatnya.

Dalam acara tersebut turut diluncurkan pula buku tentang Ondos yang bertema 'Keteguhan Hati Yang Teruji, Potret Gerakan Mahasiswa Indonesia 1980-an, Memoar Ondos' pada Jumat, 24 September 2021Peluncuran buku pada hari ini bertepatan dengan 9 tahun meninggalnya Theodorus Jacob Koekertis, atau yang akrab dipanggil Ondos.

Ondos merupakan pejuang aktivis mahasiswa pada tahun 1980-an yang kerap menyuarakan aspirasi dari mahasiswa. Perjuangannya tak sampai situ saja, ia juga mencalonkan dirinya menjadi anggota DPR demi mewakili aspirasi dari rakyat Indonesia.

Dosen Senior di Flinders University, Adelaide Priyambudi Sulistiyanto, mengatakan, mahasiswa di tahun 1980-an sangat antipati terhadap partai politik. Seharusnya negara yang mengalami transisi dari otoriter menjadi demokrasi sangat membutuhkan sistem kepartaian.

“Seperti halnya di Australia murid-murid saya sudah melakukan training dan masuk partai secara profesional. Jadi anggota parlemen disini muda-muda karena sudah dipersiapkan,” ujarnya.

Namun hal tersebut sangat berbeda bagi Ondos. Dia adalah salah satu orang yang mempu melampaui transisi ini dari aktivis mahasiswa lalu menjadi politisi profesional partai politik papan atas, yakni PDI Perjuangan.

Aksi Mahasiswa ITBAksi Mahasiswa ITB 5 Agustus 1989 (Foto: Tagar/Tangkapan Layar Dokumentasi Acara Peluncuran Buku dan Diskusi)

“Disinilah saya melihat bang Ondos ini menarik karena dapat menjadi cerita konkrit transisi dari aktivisi menjadi anggota partai profesional. Yang di mana Indonesia mengalami transisi itu dari otoriter menjadi demokrasi,” ungkap Priyambudi.

Oleh sebab itu, Priyambudi mengatakan buku ini cukup penting dimana sosok Ondos yang besar dari keberagaman dan mencintai keberagaman adalah orang yang kita butuhkan untuk Indonesia ini. Terlebih tantangan kedepannya akan lebih besar yang tidak bisa diatasi oleh satu orang, namun dengan generasi-generasi kedepan yang memunculkan anggota parlemen berkualitas seperti Ondos.[]


(Rafi Fairuz)

Baca Juga:

Berita terkait
Peneliti ITB Ciptakan APD Tiga Fungsi
Gagasan pembuatan VitaFo ini muncul karena rasa keprihatinan melihat tenaga kesehatan memakai alat pelindung diri berlapis-lapis di bagian wajah.
Kampus ITB Segera Gelar Kuliah Tatap Muka Hybrid
ITB membuka peluang menggelar perkuliahan tatap muka (PTM) usia digelarnya ujian tengah semester (UTS)
IA-ITB Gelar Vaksinasi C-19 dengan Sasaran 20 Ribu Orang
IA-ITB kembali menggelar vaksinasi Covid-19 dengan sasaran 20 ribu orang kali ini bekerja sama dengan ikatan alumni Upar dan IKA Unpad.