Kondisi Angka Baku Mutu Kuman Udara di Yogyakarta

Pandemi ada dampak positifnya di Yogyakarta, salah satunya angka baku mutu kuman udara menurun.
Petugas dari Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLKK) Dinkes DIY sedang menguji baku mutu udara di ruang kerja perkantoran di Kota Yogyakarta menggunakan alat MAS (micro biology air sample). (Foto: Tagar/Gading Persada)

Yogyakarta - Pandemi Covid-19 yang sudah terjadi sejak akhir Maret lalu ternyata tak melulu menciptakan hasil buruk dengan banyaknya pasien terpapar positif bahkan meninggal dunia. Keberadaan virus corona ternyata bisa memberikan efek positif bagi lingkungan. Hal ini tampak dengan menurunnya angka baku mutu kuman udara di Kota Yogyakarta.

Darwani, petugas laboratorium di Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLKK) Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengakuin hal itu. Menurutnya, secara tak langsung selama Covid-19 terjadi saat ini, angka baku mutu kuman udara di Kota Yogyakarta sudah menurun mendekati ambang batas. Dan proses disinfektasi baik itu berupa penyemprotan dan pengasapan atu fogging turut membantu penurunan angka tersebut.

"Meski tak terlalu signifikan saat ini sudah menurun karena proses disinfektasi seperti penyemprotan dan terutama pengasapan memang efektif menurunkan angka tersebut," kata Darwani, Rabu, 19 Agustus 2020.

Dia pun memberi acungan jempol kepada masyarakat atas kesadarannya untuk selalu menerapkan protokol kesehatan Covid-19. "Langkah-langkah masyarakat yang sadar menerapkan protokol kesehatan corona tentu turut juga berperan dalam hal yang penurunan angka kuman udara tadi," ungkap dia.

Baku mutu ambang batasnya itu kan 700 cfu/m3. Tapi di banyak perumahan di Yogyakarta ternyata baku mutu kumannya di atas ambang batas itu.

Meski begitu, wanita berhijab ini tak memungkiri masih ada beberapa kawasan di Kota Pelajar yang angka baku mutu udaranya belum normal bahkan jauh di atas ambang batas. Pesatnya pembangunan perumahan disinyalir menjadi penyebab hal tersebut terjadi.

"Baku mutu ambang batasnya itu kan 700 cfu/m3. Tapi di banyak perumahan di Yogyakarta ternyata baku mutu kumannya di atas ambang batas itu. Bahkan di atas angka 2.000 cfu/m3 di mana angka ini hasil pengujian kualitas udara di salah satu instansi pemerintah," jelas Darwani.

Dia menjelaskan, kondisi lingkungan perumahan dan perkampungan yang saat ini semakin padat menjadi penyebabnya. Dengan tingkat aktivitas masyarakat yang tinggi pula dan terkadang mengabaikan pola hidup sehat secara tak disadari memicu tingginya angka baku mutu kuman tersebut. "Penelitian dan pengujian ini kami lakukan sebelum pandemi Covid-19 ini terjadi," kata dia.

Tenaga ahli kimia sebuah perusahaan penyedia jasa fogging dan penyemprotan disinfektan, Nasrifatun Nafiah mengakui pihaknya banyak menemukan beberapa instansi pemerintah dan pendidikan yang di sejumlah ruangannya memiliki kualitas udara tak cukup baik.

"Ada yang mendekati ambang batas baku mutu ada juga bahkan melebihi. Tapi setelah dilakukan fooging memang langsung turun angka baku mutunya, bahkan ada yang sampai nol cfu/m3," kata dia. []

Berita terkait
Kualitas Udara Kota Yogyakarta Saat New Normal
Aktivitas warga mulai normal di Kota Yogyakarta. Jalanan mulai ramai dibanding sebelum pemerintah menerapkan new normal.
Jumlah Tenaga Kesehatan di Bantul yang Terpapar C-19
Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Bantul yang terpapar virus C-19 terus bertambah.
Sekolah Tatap Muka Risiko Muncul Klaster C-19 di DIY
Epidemiolog UGM menyebut sekolah tatap muka di DIY berisiko memunculkan klaster baru C-19. Untuk itu, perlu asesmen secara menyeluruh.