Kompensasi Iklim Bagi Negara Rentan Resmi Jadi Agenda Diskusi COP27 Mesir

Untuk rundingkan cara atasi perubahan iklim di tengah banyaknya krisis yang menyita perhatian, dari perang di Ukraina dan inflasi tinggi
Sameh Shoukry, Presiden KTT iklim COP27 (kiri), berbicara pada pembukaan KTT Iklim COP27 PBB, di Sharm el-Sheikh, Mesir, Minggu 6 November 2022. (Foto: voaindonesia.com/AP)

TAGAR.id, Sharm el-Sheikh, Mesir – Para delegasi akan berunding untuk memutuskan upaya guna mengatasi krisis iklim, termasuk untuk pertama kalinya membahas isu pemberian ganti rugi bagi negara-negara miskin yang terdampak perubahan iklim, meski memiliki tanggung jawab yang lebih sedikit dari negara maju dalam memicu pemanasan global.

Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB, alias COP27, dibuka di Mesir hari Minggu, 6 November 2022.

Utusan dari seluruh dunia berkumpul di resor tepi laut Mesir, Sharm el-Sheikh, pada hari Minggu, 6 November 2022, untuk merundingkan cara mengatasi perubahan iklim di tengah banyaknya krisis yang menyita perhatian, dari perang di Ukraina, inflasi tinggi, kelangkaan pangan dan krisis energi.

Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB ke-27, alias COP27, dibuka dengan pencapaian kecil berupa kesepakatan untuk secara resmi mendiskusikan gagasan pemberian uang ganti rugi kepada negara-negara rentan yang telah terkena dampak perubahan iklim. Kesepakatan itu dicapai setelah dilakukan perundingan awal yang intens selama dua hari.

kenaikan muka air lautIlustrasi – Dampak kenaikan permukaan air laut. (Foto: bdenvironment.com)

Isu pemberian uang ganti rugi, alias kompensasi iklim, sudah dibicarakan selama bertahun-tahun, namun selalu mendapat tentangan dari negara-negara kaya, termasuk Amerika Serikat.

Simon Stiell, Sekretaris Eksekutif Perubahan Iklim PBB, mengatakan, “Pengadopsian isu ini sebagai salah satu agenda menunjukkan sebuah kemajuan dan pihak-pihak yang bersikap dewasa dan konstruktif. Ini adalah subjek yang rumit. Isu ini sudah dikemukakan selama lebih dari tiga puluh tahun. Dijadikannya isu ini sebagai sebuah agenda yang subtantif, saya yakin, merupakan pertanda baik.”

Sebagian besar ketegangan pada COP27 diperkirakan akan berhubungan dengan isu ganti rugi tersebut, yaitu dana yang disediakan negara-negara kaya bagi negara-negara berpenghasilan rendah dan rentan yang memikul tanggung jawab yang lebih sedikit atas emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global.

Pada COP26 di Glasgow tahun lalu, negara-negara berpenghasilan tinggi memblokir proposal pembentukan badan pembiayaan ganti rugi. Sebagai gantinya, mereka mendukung digelarnya dialog selama tiga tahun untuk mendiskusikan skema pendanaan.

Beberapa pihak keberatan atas pengadopsian isu kompensasi iklim sebagai agenda pertemuan, kata Presiden COP27 Sameh Shoukry, 6 November 2022.

“Ada keberatan mengenai sejauh mana dan tanggung jawab apa saja yang mungkin timbul dari penambahan isu ini ke dalam agenda resmi. Akan tetapi, kami telah merasakan, khususnya selama setahun terakhir, perubahan sikap para delegasi yang merasa keberatan. Saya rasa kita bisa melampaui keberatan apa pun dan kembali bergerak maju dan melihat perkembangan positif dari dimasukkannya agenda ini, di mana hal ini membuka pintu untuk proses konsultasi dan negosiasi yang lebih mendalam dan lebih transparan,” ujarnya.

Diskusi kompensasi iklim itu tidak akan melibatkan tanggung jawab atau kompensasi yang mengikat, melainkan dimaksudkan untuk mengarah pada sebuah keputusan konklusif “paling lambat tahun 2024,” kata Shoukry.

“Dimasukkannya agenda ini mencerminkan rasa solidaritas bagi para korban bencana iklim,” tambahnya.

Menghangatnya suhu Bumi dan naiknya permukaan laut semakin buruk dan terjadi lebih cepat dari sebelumnya, Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperingatkan hari Minggu, 6 November 2022.

“COP27 harus menjadi tempat untuk membangun kembali, memercayai dan membentuk kembali ambisi yang dibutuhkan agar tidak mendorong planet kita jatuh ke dalam jurang iklim,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sebelum KTT Perubahan Iklim PBB tersebut.

Guterres memperingatkan bahwa suhu rata-rata Bumi sedang meningkat ke 2,8 derajat Celcius pada akhir abad ini dengan kebijakan yang berlaku sekarang.

“Dan hal itu akan membuat kekacauan iklim tidak bisa lagi diubah dan selamanya terpanggang dalam kenaikan suhu yang dahsyat,” tukasnya.

Dalam laporan iklim tahunannya, badan cuaca PBB mengatakan bahwa tingkat kenaikan permukaan laut selama sepuluh tahun terakhir dua kali lipat dari yang terjadi pada 1990-an. Sejak Januari 2020, kenaikannya terjadi pada tingkat yang lebih tinggi lagi.

Sejak 2020, permukaan laut naik 5 milimeter per tahun, sementara pada 1990-an, kenaikannya hanya 2,1 milimeter per tahun.

Delapan tahun terakhir Bumi juga mencatatkan suhu terpanasnya, kata WMO dalam laporannya yang bukan merupakan terobosan baru, melainkan kumpulan tren cuaca, data dan dampak terkini di satu titik lokasi.

ilustrasi iklimPenguin berenang di laut saat para ilmuwan menyelidiki dampak perubahan iklim terhadap koloni penguin Antartika, di sisi utara semenanjung Antartika, Antartika, 15 Januari 2022 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Natalie Thomas)

Data kenaikan permukaan laut dan suhu Bumi itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dampak perubahan iklim yang dirasakan penduduk Bumi dalam bentuk cuaca ekstrem.

Laporan itu menyoroti banjir luar biasa di Pakistan, yang terjadi di musim panas, yang menewaskan lebih dari 1.700 orang dan membuat 7,9 juta orang mengungsi, kekeringan selama empat tahun di Afrika Timur yang melumpuhkan dan menyebabkan lebih dari 18 juta orang kelaparan, mengeringnya Sungai Yangtze ke level terendahnya Agustus lalu, serta rekor gelombang panas yang ‘memanggang’ warga Eropa dan China.

Lebih dari 40.000 peserta telah terdaftar dalam konferensi tahun ini. Angka itu mencerminkan kedaruratan isu krisis iklim, di mana berbagai peristiwa akibat perubahan iklim di seluruh dunia telah menyebabkan penderitaan banyak manusia dan menelan biaya perbaikan hingga miliaran dolar.

Pihak penyelenggara mengatakan, sekitar 110 pemimpin dunia akan menghadiri COP27, di mana banyak di antaranya akan berpidato pada pertemuan tingkat tinggi pada 7-8 November. Kali ini, delegasi Indonesia dipimpin oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin, sementara Presiden AS Joe Biden diperkirakan akan tiba di Mesir akhir pekan ini. (rd/jm)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Perubahan Iklim Bisa Tingkatkan Risiko Penyebaran Virus
Iklim yang memanas bisa menyebabkan virus di kawasan Artik bersinggungan dengan lingkungan dan inang atau pembawa virus baru
0
Kompensasi Iklim Bagi Negara Rentan Resmi Jadi Agenda Diskusi COP27 Mesir
Untuk rundingkan cara atasi perubahan iklim di tengah banyaknya krisis yang menyita perhatian, dari perang di Ukraina dan inflasi tinggi