Kolaborasi Indonesia-Jepang Bangun Infrastruktur Tingkatkan Kemampuan Tenaga Ahli Konstruksi

Kolaborasi Indonesia-Jepang bangun infrastruktur tingkatkan kemampuan tenaga ahli konstruksi. “Kerja sama dalam pembangunan infrastruktur tidak hanya memberi manfaat pada hadirnya infrastruktur fisik semata,” kata Danis H Sumadilaga.
Bendungan Selorejo (1963-1972), salah satu infrastruktur yang dibangun dalam kerja sama Indonesia-Jepang. (Foto: Dok/Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR)

Jakarta, (Tagar 15/5/2018) - Memperingati 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jepang, kedua negara yang telah menjalin kerja sama sejak lama termasuk di bidang infrastruktur, tahun ini menyelenggarakan Symposium on Indonesia-Japan Development Cooperation dengan tema "Building the Future Based on Trust”, di Jakarta, 14 Mei 2018.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono sebagai salah satu panelis yang diwakili oleh Kepala Balitbang Danis H Sumadilaga mengatakan, kerja sama Indonesia-Jepang khususnya dengan Kementerian PUPR tidak hanya semakin kuat namun juga semakin luas ke sektor lainnya.

Dia menyebutkan, pada periode awal, kerja sama lebih banyak pada pembangunan infrastruktur sumber daya air seperti bendungan. Namun kini berkembang ke sektor jalan tol, sanitasi dan perumahan. “Saat ini nilai kerja sama infrastruktur antara Kementerian PUPR dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) sebesar USD 1,1 miliar,” ujarnya.

“Kerja sama dalam pembangunan infrastruktur tidak hanya memberi manfaat pada hadirnya infrastruktur fisik semata, namun juga memberikan manfaat bagi peningkatan kapasitas sumber daya manusia, alih teknologi dan lahirnya institusi baru,” kata Kepala Balitbang Danis H Sumadilaga.

Dia mencontohkan, kerja sama pembangunan beberapa bendungan pada tahun 1960-1970 di Jawa Timur, turut meningkatkan kemampuan insinyur Indonesia serta turut berpengaruh pada lahirnya Perum Jasa Tirta 1 yang mengelola Daerah Aliran Sungai Brantas dan berdirinya PT. Indra Karya, BUMN jasa konsultansi bidang sumber daya air.

Beberapa bendungan yang dibangun seperti Bendungan Selorejo (1963-1972), Bendungan Lahor (1972-1977), Bendungan Wlingi (1972-1979) dan Bendungan Karangkates (1975-1977).

Kerja sama spesifik lainnya dalam hal pembangunan Sabo Dam untuk menahan aliran banjir lahar erupsi gunung berapi.

“Melalui kerja sama tersebut, Indonesia telah memiliki ahli Sabo dan telah dibentuk Balai Sabo di Yogyakarta sebagai pusat riset dan pengembangan teknologi Sabo,” kata Danis.

Dia mengungkapkan, hingga kini sudah dibangun 646 bangunan Sabo Dam di Indonesia di antaranya 250 buah di lereng Gunung Merapi, dan 92 buah di lereng Gunung Agung.

Di sektor jalan tol, yakni pembangunan Tol Akses Pelabuhan Tanjung Priok yang telah rampung tahun 2017, Tol Akses Pelabuhan Patimban di Subang, dan Tol Padang-Pekanbaru Seksi II Sicincin-Payakumbuh sepanjang 78 km.

Pada ruas tersebut terdapat pembangunan lima terowongan dengan total panjang 8,9 km yang menembus Bukit Barisan. Jepang berpengalaman dalam pembangunan terowongan panjang sehingga diharapkan ada alih pengetahuan dan teknologi.

“Kerja sama dalam pembangunan terowongan dengan Jepang dapat dikembangkan lagi misalnya membentuk training center khusus terowongan. Hal ini untuk mengantisipasi kebutuhan pembangunan terowongan di masa depan. Saat ini terowongan belum terlalu banyak,” jelas Danis.

Kerja sama lainnya yakni pembangunan Jakarta Sewerage System dengan prioritas pada zona 1 dan zona 6 dari rencana 15 Zona (Zona 0-14).

Pada zona 1 di Pluit, IPAL yang dibangun akan memiliki kapasitas 198.000 m3 per hari. Sementara Zona 6 yang berlokasi di Duri Kosambi dengan kapasitas 282.000 m3 perhari. (yps)

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.