KJRI Kuching Evakuasi Keluarga TKI yang Terlantar

Seorang ibu asal Sumut dan lima anaknya yang terlantar di hutan Bintulu di Serawak, Malaysia, dievakuasi oleh KJRI Kuching
Fungsi penampungan di KBRI itu memang diperuntukkan bagi WNI/ TKI yang sedang ada masalah atau sedang dalam proses penyelesaian masalah. (Foto: Antara/Muhammad Adimaja)

Bintulu, Serawak - Konsulat Jenderal RI Kuching, Serawak, Malaysia, mengevakuasi satu keluarga Pekerja Migran Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) yang hidup telantar di dalam hutan di Batu 9, Bintulu, Sarawak, Malaysia.

"Satu keluarga yang dievakuasi itu terdiri dari seorang ibu, yaitu Milda Sitomorang (45), asal Sumatera Utara, dan lima anaknya, yakni Diana (9), Akbar (6),Murni (5), Linda (4) dan Puteri (2)," kata pegiat Medsos Bintulu News, Franscis, di Bintulu, Selasa, 19 November 2019.

Ibu dan lima anak itu, menurut Francis, dievakuasi dari tempat penampungan di Bintulu dan dibawa dengan mengunakan mobil ke shelter KJRI di Kuching. Mereka diangkut ke shelter KJRI Kuching setelah sang suami meninggal dunia karena menderita penyakit dan mereka di tampung selama dua bulan di Bintulu.

Sebelumnya, satu keluarga itu ditemukan warga setempat dalam kondisi yang sangat menyedihkan. Suami dari Milda, yaitu Erwin (37), asal Sulawesi Tengah, saat ditemukan dalam keadaan sakit komplikasi parah. Kemudian ibu tersebut harus berjalan berkilo-kilo meter untuk menjual sayur ke Pasar Bintulu. Sementara kelima anaknya ditinggalkan di rumah dan bermain di dalam hutan.

Menghadapi kenyataan itu, ada orang yang peduli membantu keluarga tersebut. Tidak hanya dari aktivis kemanusiaan Indonesia, yaitu Forum Masyarakat Muslim Indonesia (FMMI), yang ada di Bintulu, masyarakat Malaysia yang tergabung di Medsos Bintulu News juga turun tangan mambantu. Pegiat kemanusiaan Medsos Bintulu News yang pertama kali membantu mereka.

"Saya awalnya melihat ibu ini sering menjajakan sayur di Bintulu dengan berjalan kaki. Dan saat pulang dan pergi, ibu ini sering memberhentikan mobil, mungkin ingin menumpang, tapi orang-orang melihat ibu ini sudah gila," kata Franscis.

Berawal dari itulah, kata Franscis, ia berinisiatif mencari tahu siapa ibu itu dengan cara mengikuti hingga ke rumah yang ditinggali.

Dengan cara itu, menurut Francis, dia menemukan rumah ibu itu. Ketika Francis dan teman-temannya melihat kondisi dalam rumah sungguh sangat menyedihkan, ternyata suaminya dalam kondisi sakit berat. "Sementara anak-anaknya kondisinya juga sangat tragis, seperti tidak diurus, sangat kumal, dekil, tidak berbaju serta kekurangan makanan dan minuman," kata Francis, warga Bintulu, Malaysia, ini.

Melihat kondisi seperti itu, Franscis dan pegiat kemanusian Bintulu lainya langsung memberikan bantuan. Karena sakit, bapak dari lima anak itu langsung dibawa ke rumah sakit Bintulu, sedangkan ibu dan anak-anaknya mendapatkan bantuan makanan, minuman dan perawatan.

"Kemudian dengan melakukan koordinasi bersama pihak FMMI dan masyarakat peduli kemanusiaan lainnya, kami berusaha menolong sang suami. Semua fasilitas terbaik dan biayanya rumah sakit kami berikan, namun Tuhan berkehendak lain. Setelah dua minggu dirawat, suami ibu ini akhirnya mengembuskan nafas terakhir," katanya.

Franscis mengaku dalam memberikan pertolongan kemanusian seperti ini, ia bersama teman-taman yang ada saat ini, tidak pernah melihat latar belakang siapa yang ditolong.

"Seperti keluarga ibu dan lima ini kami tidak melihat dia itu berasal dari mana, suku apa, agama apa. Kegiatan kami ini murni peduli rasa kemanusiaan antarsesama kita. Dan kami akan tetap komitmen membantu semampu kami," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, salah satu pengurus FMMI di Bintulu, Muhammad Kholili asal Madura, Jawa Timur, mengatakan pihaknya mengetahui ada keluarga asal Indonesia yang telantar dan sakit-sakitan itu dari Franscis.

"Mengetahui suami ibu itu masuk rumah sakit kami bersama kawan-kawan langsung menjenguk ke rumah sakit. Kami bersepakat akan membantu keluarga ini, selain perobatan, usai suaminya meninggal dunia, kemudian ibu dan anak-anak ini kami tampung dan rawat, sambil menunggu pihak KJRI datang menjemput," katanya.

Saat ini, ibu dan lima anaknya masih dalam proses penanganan pihak KJRI Kuching. Saat akan digali informasi lebih panjang, "Ibu Milda ini sulit untuk berkomunikasi yang diduga mengalami stres," kata Kholili. []

Berita terkait
Kiriman Uang TKI dan Pekerja Migran Vietnam
Pekerja migran Vietnam memakai jasa penyelundup manusia agar bisa bekerja di luar negeri demi meningkatkan kehidupan di kampung halamannya
Polda Sumut Gagalkan Pengiriman TKI Ilegal
Polda Sumut berhasil menggagalkan 25 orang pengiriman tenaga kerja Indonesia ilegal.
Pemudik Idul Fitri TKI Naik 30 %, Didominasi ART
Kenaikan WNI dari luar negeri untuk mudik 2019 ada kenaikan dibanding hari biasa. Mereka TKI dari Singapura dan Malaysia.