Kicauan Kanada Lampaui Garis Merah Wilayah Arab Saudi

Kicauan Kanada lampaui garis merah wilayah Arab Saudi. Semua berubah ketika keluhan Kanada diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab dan menimbulkan pertikaian diplomatik.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menjawab pertanyaan dari media di Montreal, Quebec, Kanada, Rabu (8/8/2018). (Foto: Ant/Reuters/Christinne Muschi)

Ottawa/Riyadh/Dubai, (Tagar 11/8/2018) – Selama bertahun-tahun tekanan Kanada atas hak asasi manusia di Arab Saudi memunculkan tidak lebih dari penolakan biasa.

Tapi, semua berubah pada pekan lalu ketika keluhan Kanada diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab dan menimbulkan pertikaian diplomatik.

Ketika Riyadh menanggapi seruan Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland supaya Saudi membebaskan pegiat masyarakat madani dengan pemutusan hubungan diplomatik dan perdagangan, pejabat Kanada berusaha keras memahami yang terjadi.

Hal yang Ottawa tidak perkirakan ialah di mata Saudi, mereka melampaui garis merah.

Pada 2 Agustus Freeland membuat pernyataan lewat Twitter https://twitter.com/cafreeland/status/1025030172624515072 dalam bahasa Inggris dan Prancis, menyerukan pembebasan dua pegiat HAM Saudi yang ditahan.

Hari berikutnya Departemen Luar negeri Kanada mengirim pernyataan lain lewat Twitter https://twitter.com/CanadaFP/status/1025383326960549889, yang mendesak Arab saudi "untuk segera membebaskan segera" mereka dan para pegiat lainnya.

Pernyataan tersebut diterjemahkan dan disiarkan lewat Twitter https://twitter.com/CanEmbSA/status/1026049114088333313 ke dalam bahasa Arab oleh kedutaannya di Riyadh dan dikirim pada 5 Agustus ke sekitar 12.000 pengikutnya.

Arab Saudi bereaksi dengan cepat. Beberapa jam setelah kicauan dalam bahasa Arab itu, pemerintah Saudi memanggil duta besarnya, melarang utusan Kanada kembali dan memberlakukan larangan mengenai perdagangan baru.

Dua sumber di Teluk mengatakan, kicauan dari kedutaan tersebut yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab membuat marah para pejabat Saudi.

"Masalah-masalah (akibat kicauan di Twitter itu) ditangani melalui saluran-saluran yang biasa dilakukan tapi kicauan tersebut membuat norma dan protokol diplomatik terganggu," ujar seorang sumber, seperti disebutkan Antara mengutip Reuters, yang meminta jatidirinya tak disebutkan karena isu tersebut sensitif.

Para sumber tersebut tidak menjelaskan secara tepat bagaimana kicauan itu memutus diplomasi, tetapi para pakar regional mengatakan, langkah pengirimannya ke pembaca domestik yang membuat marah para pejabat Saudi.

"Pembalasan Saudi perlu waktu untuk memungkinkan pembicaraan politik di balik pintu tertutup," kata Salman al-Ansari, pendiri Komite Urusan Hubungan Publik Amerika Saudi yang berkedudukan di Washington.

"Mereka berpikir Kanada akan mengambil langkah mundur tapi tiba-tiba mereka membuat kicauan dalam bahasa Arab. Itu ulah sangat provokatif untuk mempermalukan Saudi di depan rakyat mereka. Saudi tidak memandang itu dengan remeh," terang Salman al-Ansari. []

Berita terkait