Kicau Burung dan Kacau Pikiran Pecintanya di Aceh Barat

Seorang penangkar sekaligus pehobi lomba kicau burung di Aceh Barat berharap agar pemerintah setempat mempermudah izin pelaksanaan lomba.
Burung jenis Cucak Ijo salah satu koleksi burung yang ada di penangkaran milik Irham di Desa Ujong Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Aceh. (Foto:Tagar/Vinda Eka Saputra).

Aceh Barat – Seorang pria berdiri di depan sangkar burung berukuran sedang, di petshop atau toko binatang peliharaan sekaligus tempat penangkaran burung, di di Desa Ujong Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh.

Tangan kanannya dimasukkan ke dalam sangkar berisi dua ekor anak burung yang berdiri pada sebatang ranting. Ranting kayu itu sengaja dipasang sebagai tempat kedua burung bertengger. 

Wajah pria itu, Irham, 30 tahun, terlihat serius. Tatapannya fokus pada jemari yang berada tepat di depan paruh salah satu anak burung Kacer tersebut. Dengan telaten dia memberi makan anak burung berusia dua bulan itu.

Cerita Burung Aceh barat (2)Irham, seorang pecinta dan penangkar burung di Desa Ujong Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Aceh, memberi makan anakan burung jenis Kacer. (Foto:Tagar/Vinda Eka Saputra).

Aktivitas Irham memberi makan anak burung ditemani oleh kicauan yang bersahut-sahutan dari beragam jenis burung lain. Suasananya seperti berada di hutan atau di alam bebas.

Irham adalah pemilik petshop sekaligus seorang penangkar burung yang berada di Kabupaten Aceh Barat. Memberi makan burung menjadi aktivitas rutin hariannya sebagai pecinta sekaligus penangkar burung.

Tempat Berkumpul Kicau Mania

Tempat penangkaran burung milik Irham sekaligus seperti menjadi tempat berkumpul para pecinta burung berkicau, yang sering disebut sebagai kicau mania. Seperti hari itu, Selasa, 20 Oktober 2020. Sejumlah kicau mania terlihat berbincang di sela riuh kicauan burung.

Setiap hari para kicau mania berkunjung ke petshop itu. Sebagian datang untuk berdiskusi mengenai burung, sementara lainnya datang untuk membeli pakan atau aksesoris, seperti sangkar maupun tempat pakan.

Bukan hal yang mengherankan jika banyak kicau mania yang berkunjung ke tempat itu. Sebab Irham merupakan Ketua komunitas pecinta burung yang ada di Aceh Barat yaitu Ketua Koordinasi Wilayah (Korwil) Lintas Barat Selatan (Libas) dan Ketua Dewan Perwakilan Wilayah (DPW) Ronggolawe Lintas Barat Selatan. Kedua komunitas pecinta burung tersebut memiiki ratusan anggota, dan berada dibawah naungan Asosiasi Penagkar Burung Nusantara (APBN).

Cerita Burung Aceh Barat (3)Burung jenis Cucak Ijo salah satu koleksi burung yang ada di penangkaran milik Irham di Desa Ujong Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Aceh. (Foto:Tagar/Vinda Eka Saputra).

“Kalau komunitas yang biasa untuk lomba itu ada namanya Ronggolawa Nusantara tapi kalau untuk penangkaran itu ada namanya Asosiasi Penangkar Burung Nusantara saya ketuanya untuk wilayah sebarat selatan Aceh,” katanya.

Total anggota komunitas pecinta burung atau kicau mania dari dua komunitas yang dipimpin oleh Irham mencapai ratusan orang. Mereka terdiri dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat biasa hingga pengusaha dan pejabat negara di wilayah Barat Selatan Aceh, dari Kabupaten Aceh Jaya sampai Kabupaten Aceh Singkil, sebanyak tujuh kabupaten.

Kita biasanya itu kalau untuk lomba itu setiap minggu ada, ibaratnya juga itu kita ngopi-ngopi sambil kita buat burung dan mengukur kepandaian burung kita biasanya itu kita setiap minggu dan ada juga agenda bulanannya yang bisa berlangsung di setiap kabupaten nanti.

Namun saat ini kegiatan-kegiatan rutin mingguan atau bulanan dari komunitas pecinta burung ini menjadi jarang bahkan hampir tidak dilakukan lagi akibat pandemi.

“Selama pandemi ini kami jarang buat kontes-kontes burung lagi, karena kan kalau kita mau buat kontes itu otomatis akan ada keramaian. Jadi kita harus buat surat izin dulu sama pihak terkait, untuk buat surat izin keramaian itulah yang sulit sekarang karena sedang pandemi,” jelasnya.

Kata Irham, dia menjadi pecinta dan penangkar burung sejak empat tahun lalu, yakni sejak dia mengerti jenis-jenis burung serta keunggulan masing-masing.

“Saat ini di petshop saya punya 10 jenis burung mulai dari yang masih kecil dan sampai ada juga yang sudah besar, mulai dari burung biasa itu seperti jalak kerbau sampai yang bagus itu ada juga murai batu,” kata Irham.

Puluhan burung milik Irham ini berasal dari beberapa sumber, mulai dari masyarakat, dari para penangkap burung di sekitar Kabupaten Aceh Barat, dari hasil penangkarannya sendiri, dan ada juga yang dia beli dari pecinta burung di luar Aceh, seperti Medan.

“Kalau untuk lomba burung saya sudah sering ikut, bisa dibilang saya ini pemain lomba lah gitu, saya pernah ikut lomba burung tingkat nasional itu di Kota Banda Aceh dan saya juara 1 untuk piala Dandenhub, burung saya yang juara itu burung Murai Batu,” kata dia.

Cara Melatih Burung

Selain pernah menjuarai kontes burung tingkat nasional di kota Banda Aceh, Irham juga sering menjadi juara di kontes burung di tingkat lokal. Prestasi yang diraih oleh Irham dengan burung-burung hasil penangkaran miliknya ini terlihat dari belasan trofi penghargaan yang disusun di lemari kaca petshop miliknya.

Cerita Burung Aceh Barat (4)Burung jenis Lovebird paruh bengkok salah satu koleksi burung yang ada di penangkaran milik Irham di Desa Ujong Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Aceh. (Foto:Tagar/Vinda Eka Saputra).

“Kalau burung untuk lomba itu supaya menang banyak aspek yang dinilai yaitu suaranya, irama lagu, besar kecil suaranya, gaya dia pada saat membawakan bermacam-macam suara sebagian kecilnya itu,” ujarnya menjelaskan.

Saat ini jenis burung yang banyak dicari oleh masyarakat dan para pecinta burung atau kicau mania khusunya di Aceh Barat adalah jenis burung Murai Batu, Kacer dan burung jenis Paruh Bengkok atau Lovebird.

“Kalau burung Murai Batu itu dia keunggulannya di suara, kalau burung Kacer juga sama itu dia suara atau kicauannya yang merdu sedangkan burung jenis Paruh bengkok atau Lovebird dia yang dinilai selain dari suara ata kicauannya juga dari keindahan bulu-bulunya yang warna warni sehingga indah kalau dipandang mata,” ujarnya.

Kata dia, ada dua macam burung paruh bengkok, yaitu burung Parkit dan burung Lovebird. Kedua jenis burung ini berasal dari luar negeri, namun saat ini sudah banyak masyarakat pecinta burung yang mengembangbiakkan.

Untuk melatih burung-burung itu berkicau dengan merdu dan memiliki bulu indah, lanjut Irham, burung-burung itu harus dirawat secara khusus. Misalnya, memberi makanan yang sesuai dengan makanan alami mereka.

“Kalau bisa kita buat dia seperti di alamnya dia makan seperti makan serangga jangkrik, telur semut, ulat gitu dan kalau bisa kita buat pur (makanan buatan) ini menjadi makanan selingan dia aja, kalau makanannya itu seperti makanan di alamnya maka otomatis dia akan rajin berkicau karena makananya sedikit menyerupai makanan di alamnya,” katanya.

Hal lain yang wajib dilakukan adalah menjaga agar burung tetap sehat dan tidak stres. Caranya, setiap pukul 04.00 atau pukul 05.00 burung diletakkan di tempat yang bisa terkena embun. Setelah itu, pada pukul 07.00 atau 08.00 pagi burung dimandikan supaya tetap bersih, selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari hingga pukul 10.00.

Burung yang sudah dijemur kemudian dipindahkan ke kandang berukuran lebih besar agar dia berolahraga dan leluasa terbang agar fisiknya tetap terjaga. Namun, khusus untuk olahraga tidak perlu dilakukan setiap hari, cukup dua hingga tiga kali dalam seminggu.

Cerita Burung Aceh Barat (5)Burung jenis Lovebird paruh bengkok salah satu koleksi burung yang ada di penangkaran milik Irham di Desa Ujong Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Aceh. (Foto:Tagar/Vinda Eka Saputra).

“Setelah dijemur dan olahraga kemudian burung kita masukkan kembali ke dalam sangkar dan kita angin-anginkan lalu dikerudung atau kita tutup pakai kain sambil diperengarkan suara-suara blasteran dia, blasteran itu suara burung yang akan dia tiru nantinya,” katanya.

Selama pandemi, lanjut Irham, banyak pecinta dan penangkar burung yang tidak lagi memelihara burung dan beralih ke hobi lain. Hal ini karena mereka merasa tidak punya tujuan lagi dalam memelihara burung. Sebab sudah jarang dilaksanakan lomba ketangkasan dan keindahan burung.

“Sekarang itu banyak lomba-lomba burung tutup. Jadi para kicau mania itu, mereka merasa tidak ada tujuan untuk bermain burung lagi, jadi otomatis kadang-kadang ada juga yang menjualnya dan mereka tidak mau menggeluti hobi burung lagi.”

Dia berharap kepada pemerintah daerah agar mempermudah izin pelaksanaan lomba atau kontes kicauan burung. “Kalau nantinya lomba kembali diadakan kami pastikan bahwa kami akan mematuhi protokol kesehatan,” ucapnya lagi.

Sebab, kata dia, dalam lomba ini banyak aspek yang saling berkaitan. Di situ ada orang-orang yang bekerja dan menjadikan kegiatan itu sebagai mata pencaharian. Sehingga jika perlombaan kicau dan ketangkasan burung kembali dilaksanakan, otomatis perekonomian akan menggeliat lagi di tengah pandemi. [] (PEN)

Berita terkait
Pot Lukis Imut, Cantik, dan Unik dari Yogyakarta
Seorang pemuda berusia 30 tahun di Yogyakarta menjual pot lukis berukuran kecil dengan gambar unik. Awalnya dia hanya membantu sang ibu.
Berkah Pandemi untuk Pedagang Tanaman di Yogyakarta
Pandemi Covid-19 menjadi berkah tersendiri untuk pedagang tanaman hias di kawasan Jl Kebun Raya, Yogyakarta. Omzet mereka melonjak drastis.
Hangatnya Kopi dan Musik di Sela Cuaca Dingin Ruteng
Alline Cafe Houese menjadi kafe popular di Ruteng, manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan alunan live musiknya pada setiap akhir pekan.