Khawatirkan Keselamatan, Warga Bantul Tolak Tower

warga bantul protes adanya Tower salah satu operator Selular di kampung mereka, karena banyak anak di daerah tersebut kena radiasi tower tersebut.
Warga Menayu Lor, Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, melakukan aksi unjuk rasa, menolak keberadaan tower komunikasi di wilayahnya, Senin, 26 Agustus 2019.(Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Bantul - Mendung berwarna kelabu seperti menggelayut manja pada langit, menutup pendar hangat cahaya surya pagi itu di Menayu Lor, Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Senin, 26 Agustus 2019.

Waktu menunjukkan pukul 10.14 WIB, saat belasan warga Menayu Lor melakukan aksi unjuk rasa di bawah tower atau menara telekomunikasi di kampung itu. Mereka menuntut agar tower itu dipindahkan ke tempat lain.

Di antara belasan warga, terlihat seorang wanita paruh baya menggendong anak berusia 2,5 tahun. Ludinem, nama perempuan berusia 45 tahun tersebut. Raut wajahnya menyiratkan kesedihan. Sementara, Sandrian, anak itu, yang merupakan cucu Ludinem, bermanja dalam gendongan neneknya.

Sesekali anak itu memainkan ujung selendang batik neneknya. Tak jarang dia tertawa senang. Sepertinya dia merasa nyaman berada di situ.

Ludinem menjelaskan, Sandrian mengalami sakit sejak berusia satu tahun. Menurutnya, penyakit Sandrian diperkirakan akibat efek radiasi tower, yang hanya berjarak lima meter dari rumahnya.

"Sakitnya kadang-kadang lemas nggak bisa apa-apa, cuma nglekar (baring) terus. Saya konsultasi pada ibu dokter, katanya ini kena radiasi tower. Kan dia tanya rumahmu dekat apa? saya bilang tower gitu," jelasnya di sela aksi yang digelar warga, sambil menambahkan bahwa dokter yang memeriksa mengatakan  Sadrian tidak memiliki penyakit.

Ludinem melanjutkan, Sandrian terkadang tiba-tiba sehat dan bisa kembali berjalan. Tetapi kemudian kembali lemas dan lumpuh.

Olehnya itu dia berharap agar tower yang ada segera dipindahkan ke lokasi lain, agar kesehatan cucunya bisa kembali pulih, dan tidak ada lagi warga yang mengalami keluhan seperti Sandrian.

"Harapannya tower ini dipindahkan, pokoknya nggak ada tower di sini. Saya nggak minta kompensasi apa-apa. Ngaruh (berpengaruh) ke saya juga, setiap hari mumet (pusing), dengkule (lutut) sakit terus," paparnya.

Khawatir di Sambaran Petir

Bukan hanya keluhan dari Ludinem, koordinator aksi unjuk rasa tersebut, Waljito, mengatakan, warga Menayu Lor menolak keberadaan tower karena belum ada kejelasan perpanjangan kontrak tower di lokasi tersebut.

Selain itu, warga juga merasa khawatir karena saat musim hujan, petir sering menyambar di sekitar tower, yang mengakibatkan banyaknya peralatan elektronik milik warga yang rusak.

"Disinyalir waktu perpanjangan kontrak sudah berakhir, dan tidak sosialisasi ulang ke warga. Kemudian yang kedua, selama berdirinya tower ini sangat mengganggu, ketika hujan banyak sarana elektronik yang rusak karena tersambar petir, diduga akibat adanya tower itu," paparnya.

Warga setempat, kata dia, meminta agar keberadaan tower di lokasi itu, dikaji ulang. Bahkan kalau perlu dipindahkan ke tempat lain.

Dia berharap, ada penjelasan dari pengembang atau pembangun tower dan pemerintah terkait hal itu, sehingga keberadaannya tidak membahayakan masyarakat.

"Dulu tower ini pernah ditolak di RT lain,  tapi kemudian dibangun di sini, berjalan 5 tahun dan malah menjadi permasalahan," tuturnya.

Warga lain, Sugiyono, mengaku dirinya pernah melihat langsung, bagaimana petir menyambar ke bawah, di sekitar tower tersebut. "Musim hujan bahaya sekali, saya lihat sendiri petir langsung menyambar ke bawah, ke mana-mana," tegasnya.

Sugiyono menjelaskan, pada awal akan dibangunnya tower tersebut, sekitar lima tahun lalu, pihak pemilik tower melakukan sosialisasi mengenai tower pada warga, dan akan kembali menyosialisasikan saat perpanjangan.

Tapi saat ini tidak ada lagi sosialisasi, padahal masa kontraknya sudah berakhir pada Juli lalu. "Jadi untuk sementara, secara resmi tidak ada izin tower ini," pungkasnya.

Belum Ada Izin Perpanjangan Kontrak

Menanggapi keluhan warga tersebut, Kepala Pedukuhan 3 Jeblog, yang menangani kampung Menayu Lor, Menayu Kulon, Menayu Kidul, dan Jeblog, Joko Pramono, membenarkan keluhan warga mengenai belum adanya izin perpanjangan kontrak.

"Belum (ada perpanjangab kontrak). Informasi yang saya terima dari warga terdampak dan juga pak RT itu, habisnya Juni atau Juli 2019. Sampai saat ini saya pribadi belum tahu ada orang yang mengurus (perpanjangan), pak RT juga belum tahu, apalagi (kepala) desa," paparnya seusai memantau aksi unjuk rasa.

Saat ditanya mengenai perizinan saat awal pembangunan tower, Joko dengan tegas mengatakan, waktu itu semua izin sudah ada dan tidak ada masalah dengan warga

"Yang saya tahu, lima tahun lalu, jadi sekitar 2014, itu yang saya tahu kontraknya lima tahun, dan akan ada sosialisasi nanti ketika ada perpanjangan dengan warga terdampak atau warga sekitar," paparnya.

Mengenai perusahaan pemilik tower, Joko menjelaskan, saat awal dibangun, pemilik tower adalah PT Huawei. Tower itu dipergunakan oleh beberapa provider atau penyedia layanan seluler.

Tetapi berdasarkan informasi yang diterimanya, saat ini tower tersebut sudah dipindahtangankan, dan dia tidak mengetahui siapa perusahaan pemilik tower itu. []

Baca juga:

Berita terkait
Satu Kwintal Bawang Merah Dibagikan Gratis di Bantul
petani bawang di Bantul Yogyakarta membagikan bawang gratis kepada warga yang melintas, buntut protes karena harga bawang yang anjlok.
Rumah Sakit Swasta di Bantul Ganggu Ketentraman Warga
Warga Padukuhan Gedriyan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyatakan keberatan atas pembangunan gedung baru rumah sakit swasta.
Rafting Asyik di Selopamioro Adventure Park Bantul
Di Selopamioro Adventure Park atau Spark Bantul, DIY, kita bisa rafting, menyusuri Sungai Oya yang arusnya tenang.
0
Begini Cara Daftar BBM Subsidi Melalui MyPertamina
Pengguna BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Biosolar diwajibkan gunakan aplikasi MyPertamina mulai tanggal 1 Juli 2022 mendatang.