Keuntungan Digitalisasi Manuskrip Kerajaan Mataram

Rektor UGM mengusulkan manuskrip Kerajaan Mataram yang masih ada di Belanda bisa didigitalisasi.
Rektor UGM Panut Mulyono saat memberikan keterangan kepada awak media usai menerima kunjungan Raja dan Ratu Belanda di UGM pada Rabu, 11 Maret 2020. (Foto: Tagar/Rahmat Jiwandono)

Sleman - Digitalisasi naskah kuno bisa menjadi solusi berkaitan dengan manuskrip milik Kerajaan Mataram yang masih ada di Belanda. Sebelumnya, pemerintah Belanda telah mengembalikan keris milik Pangeran Diponegoro ke Indonesia.

Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Panut Mulyono mengungkapkan, secara fisik manuskrip kuno yang ada di Belanda tersebut tidak memungkinkan untuk dikirim kembali ke Indonesia karena terkendala jarak. Oleh sebab itu, digitalisasi naskah dapat menjadi solusi.

"Jika pemerintah Belanda bisa melakukan digitalisasi maka hasilnya bisa disebarluaskan," katanya seusai menerima kunjungan Raja dan Ratu Belanda, Willem Alexander dan Maxima di Kampus UGM pada Rabu, 11 Maret 2020.

Dia menyebut kendala lainnya manuskrip kuno ada di Indonesia adalah belum adanya tempat yang representatif untuk menyimpan naskah-naskah tersebut. 

Pasalnya, di Belanda manuskrip ditempatkan di ruangan khusus sehingga tetap terjaga kondisinya. "Kalau di Indonesia ada tempat yang bisa untuk menyimpan naskah-naskah itu tidak masalah dibawa kembali ke sini," katanya.

Menurut dia, ada keuntungan digitalisasi naskah. Antara lain, bisa dipamerkan di museum digital dan bisa memberikan edukasi sejarah kepada masyarakat.

Kalau di Indonesia ada tempat yang bisa untuk menyimpan naskah-naskah itu tidak masalah dibawa kembali ke sini.

Tidak hanya itu, Panut berharap jika keris-keris yang masih ada di Belanda dapat didigitalisasi seperti bentuk aslinya. "Tampilan digitalisasi keris dikemas dalam bentuk tiga dimensi," ungkapnya.

Raja Keraton Yogyakarta sekaligus Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X meminta supaya tidak hanya keris Pangeran Diponegoro yang dikembalikan ke Indonesia. "Jika memungkinkan, pemerintah Belanda bisa mengembalikan naskah kuno serta barang-barang punya kerajaan Mataram," katanya.

Menurutnya, benda tersebut memiliki filosofi dan sejarah yang berarti bagi masyarakat Jawa pada umumnya. "Mengingat dari manuskrip tersebut tersimpan sejarah yang memiliki nilai bagi masyarakat Jawa," ujar Sultan HB X. []

Baca Juga:

Berita terkait
Ratu Belanda Jadi Nama Anggrek Lereng Merapi
UGM meningkatkan kerja sama dengan Belanda. Hal itu terungkap saat Raja Belanda Willem Alexander dan Ratu Maxima Zorregueta Cerruti di Yogyakarta.
PUPR Gandeng UGM Sukseskan Program Pembangunan
Kementerian PUPR dan UGM melakukan kerja sama dalam program pembangunan di sektor perumahan.
Althaf, Mahasiswa Tunarungu Raih Gelar Sarjana UGM
Erwin Althaf, penyandang tunarungu mampu merah gelar sarjana di UGM Yogyakarta. Baginya keterbatasan fisik bukan penghalang meraih sukses.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.