Untuk Indonesia

Ketika Pihak Sebelah Lebih Dulu Konfrontasi Sebut Perang Badar dan Perang Uhud

Ujaran untuk berkonfrontasi justru datang duluan dari elit-elit kubu oposisi yang telah dilakukan secara massif selama empat tahun
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan dalam Rapat Umum Relawan Jokowi di Sentul International Convention Center (SICC) Bogor, Jawa Barat, Sabtu 4/8/2018. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Oleh: Permadi Arya*

Pernyataan Presiden RI Jokowi di acara Rapat Umum Relawan Jokowi di Sentul, Jawa Barat, Sabtu (4/8) lalu dipelintir dan digoreng habis-habisan oleh kubu oposisi.

Pasalnya Jokowi dianggap memprovokasi benturan antar relawan dengan mengatakan, "kalau diajak berantem, harus berani", padahal pernyataan lengkapnya begini:

"Jangan membangun permusuhan. Jangan membangun ujaran kebencian. Jangan membangun fitnah. Tidak usah suka mencela. Tidak usah menjelekkan orang lain, tapi kalau diajak berantem juga berani."

Tidak ada ajakan untuk memulai konfrontasi, melainkan himbauan agar relawan jangan lagi lemah mengalah, seperti wejangan Kiai NU Gus Mus, sing waras ojo ngalah (orang waras jangan mau lagi ngalah)

Sebaliknya ujaran untuk berkonfrontasi justru datang duluan dari elit-elit kubu oposisi yang telah dilakukan secara massif selama empat tahun Jokowi menjabat Presiden RI. Anehnya kubu oposisi seperti tutup mata terhadap fakta ini.

Amien Rais sejak 2014 analogikan Pilpres dengan Perang Badar. Habib Rizieq sudah lama serukan "perang" di media sosial. Neno Warisman di Batam sempat menyebut perjuangan ganti presiden seperti "Perang Uhud".

Penceramah pro oposisi dalam banyak video yang viral di media sosial selalu merujuk Pilpres mendatang sebagai "jihad" perjuangan umat Islam menyelamatkan negara dan agama dari kezaliman.

Kubu oposisi tak segan-segan berujar kebencian SARA mengagitasi akar rumput dengan doktrin umat Islam dalam kondisi "perang" melawan persekongkolan jahat pemerintah dengan kelompok agama dan etnis minoritas yang zalim

Tanpa sedikit pun kepekaan tindakan tersebut bisa membenturkan akar rumput, provokasi konflik lintas etnis dan lintas agama. Pernyataan Jokowi seperti kuman dibandingkan gajah dengan apa yang kubu oposisi lakukan selama empat tahun terakhir ini.

Bahkan pernyatan Jokowi sebenarnya hanya mengamalkan firman Allah SWT dalam Al-Quran yang berbunyi, "Oleh sebab itu, barang siapa yang menyerang kamu, maka seranglah dia, seimbang dengan serangannya kepadamu." - Al-Quran, surat Al-Baqarah, ayat 194

Ironisnya kubu oposisi yang selalu klaim paling Islami justru tidak paham Jokowi hanya mengamalkan ayat Al-Quran ini.

*Permadi Arya, pengamat media sosial, kader Ansor NU

Berita terkait
0
Pandemi dan Krisis Iklim Tingkatkan Buruh Anak di Dunia
Bencana alam, kelangkaan pangan dan perang memaksa jutaan anak-anak di dunia meninggalkan sekolah untuk bekerja