Ketika Kakek-Nenek Rebutkan Sepeda Presiden

Iming-iming hadiah sepeda yang menjadi tren setiap kedatangan Presiden di setiap acara, membuat warga selalu menyambutnya antusia.
SKETSA WAJAH PRESIDEN: Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) didampingi Menteri BUMN RI Rini Soemarno (kedua kanan), berbincang bersama Head of Public Relations PT Astra International Tbk Yulian Warman (ketiga kiri), Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Astra-Michael D. Ruslim (YPA-MDR) Herawati Prasetyo (kanan), Sekretaris Pengurus Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) Mohammad Iqbal (kedua kiri), dan salah seorang binaan Astra Disability Connection Program (ADCP) Priyo Siswoyo (kiri), usai pembukaan Pameran Kerajinan Nusantara Kriyanusa 2017 di Jakarta Convention Center, Rabu (27/9). Pada kesempatan itu, Priyo menyerahkan karyanya berupa sketsa wajah Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana Widodo langsung kepada Presiden. (Foto: Ant/HO/ama).

Jakarta, (Tagar 30/9/2017) – Kebiasaan Presiden Joko Widodo membagi hadiah sepeda di setiap kunjungan kerja ke daerah, bahkan saat ke luar negeri terus berlanjut.

Iming-iming hadiah sepeda yang menjadi tren setiap kedatangan Presiden di setiap acara, membuat warga selalu menyambut antusias orang nomor satu di Indonesia ini.

Mereka selalu berebut dan mengacungkan jarinya tinggi-tinggi agar dipilih maju untuk menjawab kuis yang diberikan sang kepala negara dengan hadiah sepeda.

Pada awal-awal kuis dilaksanakan, Presiden lebih mengutamakan peserta anak-anak sekolah, namun pada akhir-akhir ini para kakek dan nenek yang memiliki umur 70 tahun ke atas juga maju.

"Di sini ada yang berumur lebih 70 tahun, ayo maju," kata Presiden saat memulai kuis pada saat pembagian sertifikat tanah untuk rakyat di Kota Salatiga, Jawa Tengah, Senin (25/9).

Undangan Presiden ini langsung disambut para undangan, walaupun mereka belum tahu pertanyaan yang diberikan dalam kuis tersebut.

Dari para penerima sertifikat tanah ini, maka muncul kakek bernama Muchsimin yang berasal dari Keluruhan Pulutan, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga, ini.

Dengan majunya sang kakek ini justru membuat kebingungan Presiden untuk memberikan pertanyaan yang akan diberikan dalam kuisnya tersebut.

Saking kebingungannya, Sang Kepala Negara hanya meminta sang kakek ini untuk menyebut namanya secara lengkap, karena banyak orang lebih sering menyebut dengan nama "Jokowi".

Kakek yang sudah merasakan dipimpin tujuh Presiden, dari Presiden pertama Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono hingga Joko Widodo ini mengaku tidak tahu.

Kakek Muchsimin menjawab pertanyaan Presiden dengan logat jawanya ini hanya mengetahui nama pemimpinnya ini hanya Jokowi saja.

Keterusterangan dan polosnya sang kakek ini membuat masyarakat yang hadir dalam acara pembagian sertifikat tanah ini langsung ketawa mendengar jawaban tersebut.

Presiden sendiri juga sedikit kaget atas jawaban tersebut, karena banyak orang memangil dirinya "Jokowi-Jokowi" namun kepanjangannya ternyata ada yang tidak tahu.

Melihat kenyataan ini, Presiden coba menuntun dengan menyebut namanya pelan-pelan, namun Kakek Muchsimin tidak berhasil juga menyebut nama lengkapnya.

Setelah dicoba-coba berulang-ulang dan dibantu masyarakat yang hadir dengan menyebut nama lengkap Presiden Joko Widodo, akhirnya sang kakek bisa menjawabnya, walaupun tidak sempurna karena dipengaruhi usianya yang sudah lanjut.

Hal ini berbeda dengan Nenek Tuminah yang juga mengaku sudah berumur 65 tahun ini berhasil menlafalkan Pancasila dengan sempurna.

Presiden Jokowi sempat memuji kepintaran dari nenek dari Desa Karanganyar, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, ini menghafal Pancasila.

Nenek Tuminah mengaku sering menghafalkan Pancasila dengan lancar karena sering mengikuti kegiatan Posyandu dan PKK di desanya.

Mendengar Nenek Tuminah sering mengikuti acara PKK, Jokowi meminta salah satu penerima sertifikat tanah program nasional ini menyanyikan "Mars PKK".

Atas tantangan tambahan ini, Nenek Tuminah langsung menyanyikan lagu yang cukup panjang ini dengan lantang dan hampir tidak ada kesalahan.

Jokowi langsung memuji suara nenek Tuminah ini merdu dan bahkan lebih bagus dari suara penyanyi asal Bogor, Sahrini. Mendapat pujian ini, nenek Tuminah sempat malu-malu karena pujian tersebut juga disertai tepuk tangan masyarakat yang hadir.

Usai menyelesaikan tantangan tersebut, Kakek dan Nenek ini mendapat hadiah dari sang Presiden, walaupun Kakek Muchsimin sempat digodain ketika tidak langsung dikasih hadiah sepeda karena tidak bisa menjawabnya, namun akhirnya dikasih juga hadiah tersebut.

Kelucuan para lanjut usia memperebutkan hadiah sepeda dari Presiden ini juga terjadi saat acara pembagian Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Program Keluarga Sejahtera (PKH) di halaman SMAN 3 Salatiga, Jawa Tengah, di hari yang sama.

Pada acara ini, dua lansia, yakni Siti Fatimah dan Mariam berhasil memenangkan perhatian Presiden untuk memanggil keduanya naik panggung.

Dengan naiknya kedua nenek ini, Presiden juga sempat kebingungan untuk memberikan pertanyaan kuis sehingga yang terjadi hanya-hanya bincang penggunaan dana PKH tidak seperti biasanya, di mana Jokowi selalu memberikan berbagai pertanyaan, seperti melafalkan Pancasila, menyebut nama-nama pulau atau suku di Indnesia, nama-nama ikan dan pertanyaan lainnya.

Bincang-bincang Presiden dan kedua nenek yang tidak bisa berbahasa Indonesia ini juga membuat "geger" masyarakat yang hadir.

Bahkan mereka sampai ada yang terpingkal-pingkal mendengar jawaban Nenek Fatimah yang menyebut uang dari PKH hanya dibelikan "uyah" (garam), "moto" (penyedap rasa), "uwos" (beras) dan berbagai bahan dapur lainnya.

Atas jawaban tersebut, Presiden menanyakan uang Rp 2 juta kok cuma dibelikan itu saja dan Nenek Fatimah menjawab juga kebutuhan lainnya, tapi dengan bahasa Jawa sehingga kedengaran lucu dan membuat suasana acara tersebut semakin meriah.

Hal yang sama ketika Presiden berbincang dengan Nenek Mariam yang mengaku uang PKH dibelikan "Supermie" yang menjadi kesukaan cucunya, juga dengan bahwa Jawa yang kental.

Jawaban nenek Mariam yang polos ini kembali membuat masyarakat yang hadir tertawa ngakak. Mendapat jawaban tersebut, Presiden mencoba meluruskan agar uang tersebut untuk menambah gizi cucunya, yakni dibelikan daging, telur dan sumber protein lainnya.

Namun dengan polos Nenek Mariam mengungkapkan bahwa cucunya tidak suka daging, sehingga dibelikan "Supermie". Jawaban itu kembali disambut tawa masyarakat yang hadir.

Mendengar jawaban kedua nenek tersebut, akhirnya Presiden bingung mau bertanya apalagi sehingga menyuruh kedua nenek ini kembali ke tempat duduknya dan keduanya langsung kembali.

Setelah sempat duduk, kedua nenek ini kembali ke panggung untuk minta hadiah sepeda dari Presiden. Jokowi sempat menggoda apa bisa naik sepeda.

Namun nenek Mariam menjawab untuk cucunya dan akhirnya Presiden memberikan hadiah sepeda tersebut terhadap kedua lansia ini.

Pada kunjungan kerja sebelumnya, yakni di Kota Cimahi, Jawa Barat, saat pembagian sertifikat tanah di Lapangan Brigif 15 Kujang II Kota Cimahi, Jawa Barat, Senin (11/9), Presiden juga sempat kebingungan ketika berhadapan dengan Nenek Sugiati.

Nenek Sugiati yang berasal dari Cibadak, Kota Bandung, ini tidak mau ditanya apa-apa saat Presiden akan memberikan pertanyaan kuisnya.

Kejadian itu langsung disambut gelak tawa oleh masyarakat yang memenuhi Lapangan Brigif 15 Kujang II Kota Cimahi, Jawa Barat, ini.

Karena tidak mau diberi pertanyaan, Presiden meminta Nenek Sugiati duduk kembali dan dituruti oleh sang nenek. Namun sesampainya di tempat duduk, nenek yang baru menerima sertifikat untuk tanah yang dimiliki 100 meter persegi ini kembali mendatangi Presiden untuk meminta hadiah sepeda.

Gelak tawa kembali pecah ketika melihat sang nenek merajuk meminta hadiah sepeda. Presiden sempat "menggodanya" karena nenek tersebut tidak mau diberi pertanyaan, tetapi mau hadiahnya.

Mendengar jawaban Presiden, sang nenek ini sempat mau kembali lagi, namun Kepala negara ini tidak tega lagi sehingga mempersilahkan untuk mengambil sepeda yang sudah terpajang di samping panggung. (Joko Susilo/ant/yps)

Berita terkait
0
Ini Dia 10 Parpol Pendatang Baru yang Terdaftar di Sipol KPU
Sebanyak 22 partai politik (parpol) telah mengajukan permohonan pembukaan akun atau akses Sistem Informasi Partai Politik (Sipol).