Untuk Indonesia

Ketika Jokowi Menjaga Jarak di Lift Wisma Atlet

Di dalam lift itu ada Jokowi, panglima, menteri, seorang komandan satuan tugas penanganan virus corona. Mereka berdiri dengan posisi menjaga jarak.
Presiden Jokowi (kemeja putih, ujung kanan) bersama tim di lift Wisma Atlet Kemayoran yang difungsikan sebagai rumah sakit pasien corona Covid-19. Mereka berdiri dengan posisi menjaga jarak untuk menghindari penularan virus Covid-19. (Foto: Facebook/Tomi Lebang)

Oleh: Tomi Lebang

Sungguh berat beban yang ditanggungkan lift di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat ini. Di dalamnya, berdiri dalam jarak yang renggang, ada seorang presiden (Jokowi), panglima, menteri, juga seorang komandan satuan tugas penanganan virus korona di Tanah Air.

Berat beban lift, tapi lebih berat lagi beban yang kini tersampir di pundak mereka, para pria di dalam lift ini.

Terutama yang di pojok itu. Indonesia yang dipimpinnya tengah dihentak gelombang pandemi virus yang membuat dunia kalang-kabut, menghentikan hampir seluruh sendi kehidupan, dari perekonomian, hajatan olahraga, sampai ibadah bersama.

Saya kira kita sepakat, Indonesia gagap dan terlambat mengantisipasi embusan pandemi ini. Tapi siapa yang tak gagap?

Negara mana yang siap menghadapinya? Hampir tidak ada. Negara maju, modern, terpencil di sudut bumi, besar dan kecil, semua nyaris gagap.

Amerika Serikat, negara dengan pengurusan visa kunjungan paling ketat, tergagap-gagap. Sampai kemarin dilaporkan 27.000 warganya tertular virus corona dan 348 di antaranya tewas. Dalam gagapnya, President Donald Trump menurunkan ribuan tentara mengawal pembatasan warga berkegiatan di luar rumah. “Ini perang — perang yang berbeda dari yang pernah ada," katanya.

Italia, Spanyol dan Perancis, negara-negara dengan iuran sosial dan jaminan kesehatan yang sangat baik, malah jadi pusat wabah baru di dunia. Kemarin, dalam sehari saja, hampir 793 orang di Italia meninggal oleh virus ini, puluhan ribu lainnya dinyatakan positif.

Di Indonesia, angka-angka penyebaran pandemi ini mulai merangkak. Sampai kemarin, tercatat 48 orang meninggal dari 514 warga yang tertular. Ribuan orang lainnya dalam status “diawasi”.

Saya kira kita sepakat, Indonesia gagap dan terlambat mengantisipasi embusan pandemi ini. Tapi siapa yang tak gagap?

Setidaknya, Indonesia sudah terbangun. Tidak sekadar mengimbau untuk belajar dari rumah, bekerja dari rumah, beribadah di rumah, serta meliburkan sekolah-sekolah dan kantor-kantor.

Saat ini, di luar rumah-rumah sakit rujukan, Wisma Atlet di Kemayoran dan Rumah Sakit Pertamina sudah didedikasikan khusus untuk menangani pasien virus korona. Jika masih kurang, Wisma Haji Pondok Gede juga tengah kosong dan siap dimanfaatkan.

Daerah-daerah juga telah terbangun dari kenyamanan panjang untuk waspada dan segera melakukan sesuatu. Jutaan alat tes cepat pendeteksi virus corona telah tiba di Tanah Air. Ratusan ribu Alat Pelindung Diri bagi para dokter, perawat, dan tenaga kesehatan sudah mulai pula dibagikan ke rumah-rumah sakit. Gerakan solidaritas dan sukarelawan sudah bergema di seluruh Tanah Air.

Kita belum terlambat. Saya dan Anda yang tak punya kuasa berbuat, lakukan hal yang paling sederhana: di rumah saja, bersama keluarga! Tak sanggup? Ya, jaga jarak.

*Penulis adalah mantan wartawan Tempo

Baca juga:

Berita terkait
Jokowi: RS Isolasi Corona di Pulau Galang Selesai Akhir Maret
Jokowi memberikan perintah agar pembangunan fasilitas isolasi Pulau Galang selesai pada akhir Maret.
Jokowi Kirim Tentara Jemput Obat Corona di China
Jokowi mengirim tentara untuk menjemput alat kesehatan dan 10 ton obat di China demi menyelamatkan rakyat Indonesia dari virus berbahaya corona.
Chloroquine dan Avigan, Senjata Jokowi Bunuh Corona
Chloroquine dan Avigan, dua obat, senjata Presiden Jokowi untuk menyelamatkan rakyat Indonesia dari virus berbahaya, corona Covid-19.