Ketika Bulan Berwarna Oranye Kemerahan

Ketika bulan berwarna oranye kemerahan, tertutup bayang-bayang bumi secara total.
Ketika Bulan Berwarna Oranye Kemerahan | Foto kolase Planet Mars terlihat saat terjadinya fenomena gerhana bulan total di langit Indramayu, Jawa Barat, Sabtu (28/7/2018). Gerhana bulan total tahun ini merupakan fenomena langka karena terjadi selama 1 jam 43 menit atau merupakan gerhana terlama yang terjadi di abad ini. (Foto: Antara/Dedhez Anggara)

Jakarta, (Tagar 28/7/2018) - Dengan mata telanjang, bulan purnama yang biasanya bersinar putih cemerlang tampak meredup, berganti warna menjadi oranye kemerahan. Dan redupnya cahaya sang rembulan tersebut justru tampak luar biasa setelah tertangkap kamera.

Saat bulan tampak redup di atas sana, Planet Mars yang berada di sisi kiri satelit alami Bumi justru terlihat merah cemerlang.

Emanuel Sungging Kepala Bidang Diseminasi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dilansir Antara mengatakan fenomena posisi Planet Mars berada pada jarak terdekat bumi membuat planet ini tampak seperti bintang kemerahan paling terang di antara bintang-bintang lainnya.

Salat Gerhana BulanUmat Muslim melaksanakan salat gerhana saat gerhana bulan total "Micro Blood Moon" di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (28/7/2018) dini hari. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan gerhana tersebut merupakan gerhana bulan total terlama abad ini dengan durasi 103 menit, dan dapat disaksikan kembali di Indonesia pada 19 Juni 2141. (Foto: Antara/M Risyal Hidayat)

Lihat juga: Foto Cantik Super Blood Moon

Berdasarkan informasi Lapan, gerhana bulan total (U1) pada Sabtu (28/7), mulai terjadi pada pukul 02.30 Wib. Gerhana bulan total selesai (U3) pada pukul 04.13 Wib.

Sedikit demi sedikit bayangan gelap bumi meninggalkan permukaan bulan, dan sinar cemerlang purnama pun perlahan mulai terlihat. Dengan mata telanjang, bulan secara perlahan tampak seperti sabit saat sebagian bayangan bumi menutupinya.

Sampai akhirnya bulan benar-benar terlepas dari bayang-bayang bumi dan kembali purnama pada pukul 06.28 Wib. Saat itu gerhana bulan dengan durasi terlama di abad 21 yang memakan waktu satu jam 43 menit (103 menit) ini pun usai.

Pengamatan Gerhana Bulan TotalSeorang pengunjung mengamati gerhana bulan total "Micro Blood Moon" melalui teropong di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya, Jawa Timur,Sabtu (28/7/2018) dini hari. (Foto: Antara/M Risyal Hidayat)

Gerhana Bulan Mikro 

Gerhana bulan total pada 28 Juli 2018 merupakan yang terakhir yang dapat diamati pada tahun ini. Ilmuwan antariksa menyebut gerhana bulan total kali ini istimewa karena menjadi yang terlama di abad 21.

Gerhana bulan total dengan fase totalitas lebih lama lagi, yakni 106 menit akan terjadi pada 9 Juni 2123, itu pun tidak bisa teramati dari Indonesia. Warga Nusantara baru bisa mengamati bulan darah berdurasi 106 menit pada 19 Juni 2141.

Kenapa gerhana bulan total menjadi lebih lama? Hal ini dapat disebabkan karena lintasan bulan hampir mendekati garis tengah lingkaran bayangan gelap (umbra) bumi pada saat itu. Sehingga bulan akan berada dalam bayangan tersebut dalam waktu relatif lebih lama. 

Pengamatan Gerhana Bulan Total di AcehWarga mengamati proses gerhana bulan total (micro Blood Moon) dengan menggunakan teleskop di Lhokseumawe, Aceh. Sabtu (28/7/2018). Data Badan Antariksa Amerika (NASA) menyebutkan, gerhana bulan total dikenal sebagai Micro Blood Moon atau "Bulan Darah" dengan durasi 107 menit, disebabkan apogee titik orbit terjauh 406.223 kilometer dari Bumi yang terjadi bersamaan dengan Mars berada pada posisi terdekat sekitar 57,6 juta km (35,8 juta mil) dari Bumi sejak 15 tahun terakhir itu merupakan gerhana bulan terlama abad ke-21, dan akan terjadi pada 9 Juni 2123 mendatang. (Foto: Antara/Rahmad)

Baca juga: Mitologi Gerhana Bulan di Tiga Benua

Selain itu, jarak bumi dengan bulan juga berpengaruh. Lintasan bulan mengelilingi bumi tidaklah lingkaran sempurna, tetapi berbentuk sedikit lonjong. Sehingga ada kalanya bulan berada dekat bumi dan ada kalanya berada lebih jauh dari bumi.

Pada 27 Juli hingga 28 Juli 2018, bulan berada di titik terjauhnya dari bumi (apoge). Hal ini menyebabkan bulan terlihat sedikit lebih kecil bila diamati dari bumi dan membutuhkan waktu relatif lebih lama untuk melewati bayangan gelap bumi tersebut.

Untuk faktor yang kedua inilah gerhana bulan total yang terjadi ketika bulan berada di titik terjauhnya dari bumi disebut sebagai gerhana bulan mikro (micro moon).

Kondisi ini sangat berbeda dengan gerhana bulan total pada 31 Januari 2018, dimana jarak bulan ke bumi berada pada posisi terdekat (perigee). Saat itu gerhana bulan kedua di bulan Januari terjadi dan tampak 14 persen lebih besar serta 30 persen lebih terang dari biasanya.

Pengamatan Gerhana Bulan TotalSejumlah anak antre untuk mengamati gerhana bulan total dengan menggunakan teleskop di Lapangan Salman ITB, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (28/7/2018) dini hari. (Foto: Antara/Raisan Al Farisi)

Bulan Darah 

Salah satu fenomena yang menarik saat gerhana bulan total terjadi adalah berubahnya warna bulan menjadi kemerahan. Perubahan warna ini diakibatkan oleh adanya cahaya matahari yang dibiaskan oleh atmosfer bumi.

Bulan menjadi berwarna kemerahan karena warna-warna lain dihamburkan oleh atmosfer bumi, sedangkan cahaya berwarna merah lebih mudah untuk diteruskan.

Warna ini juga dipengaruhi oleh banyaknya debu dan partikel di atmosfer bumi. Semakin banyak debu, semakin gelap warna bulan. Jika bumi tidak memiliki atmosfer, maka bulan akan menjadi gelap total ketika gerhana bulan total terjadi.

Fenomena alam yang sebenarnya biasa dari kaca mata para ilmuwan ini kemudian menggemparkan warga dunia setelah, menurut Kepala Lapan Thomas Djamaluddin, media massa internasional menyebutnya sebagai bulan darah atau blood moon.

Salman Astro CampAnak-anak mengamati bulan saat mengikuti acara Salman Astro Camp di halaman Masjid Salman ITB, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (28/7/2018) dini hari. Kegiatan kemping bersama di 56 tenda yang diikuti ratusan peserta tersebut dilakukan untuk menyambut gerhana bulan total (GBT) terlama abad 21 yang dapat disaksikan dengan mata telanjang. (Foto: Antara/Raisan Al Farisi)

Media massa internasional sebelumnya juga membuat heboh dengan menamai gerhana bulan total kedua yang terjadi pada Januari 2018 dan berada pada posisi terdekat dengan bumi sebagai super blue blood moon.

Dampak Gerhana Bulan 

Berulang kali peristiwa alam seperti ini terjadi berulang kali pula hoaks berseliweran di media sosial.

Informasi menyesatkan dan disebar secara masal melalui aplikasi pesan lintas platform seperti WhatsApp menyebutkan pada Sabtu (28/7), antara pukul 00.30 Wib hingga pukul 03.30 Wib semua alat komunikasi seperti telepon genggam dan laptop harus dijauhkan dari anggota tubuh karena pada saat itu bumi menghadapi radiasi yang paling tinggi.

Informasi tidak benar tersebut juga menyebutkan bahwa pancaran cahaya kosmik akan melintas dekat dengan bumi. Karena itu, semua perangkat elektronik tadi harus dijauhkan dari tubuh karena dapat menyebabkan efek radiasi yang berbahaya.

Kepala Lapan menyebut informasi itu sebagai hoaks lama yang diulang-ulang.

Salman Astro CampPeserta menyaksikan fase awal gerhana bulan saat mengikuti acara Salman Astro Camp di halaman Masjid Salman ITB, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (28/7/2018) dini hari. (Foto: Antara/Raisan Al Farisi)

Sebelumnya ia menjelaskan dampak yang terjadi saat gerhana bulan total berlangsung adalah efek pasang-surut bulan diperkuat oleh matahari. Ini yang seharusnya perlu diwaspadai oleh masyarakat yang berada di daerah pesisir.

Jika itu terjadi bersamaan dengan air pasang maka dapat membuat limpasan air laut lebih jauh lagi dari bibir pantai ke daratan. Ini biasanya akan terjadi selama satu hingga dua hari sebelum dan sesudah gerhana bulan terjadi, lanjutnya.

Mengamati Bersama 

Peristiwa alam gerhana bulan total Juli 2018 dimulai dengan bulan memasuki penumbra bumi (gerhana bulan penumbra) mulai (P1) pada pukul 00.14 Wib berlanjut dengan bulan memasuki umbra bumi (gerhana bulan sebagian) mulai (U1) pukul 01.24 Wib. Gerhana bulan total mulai (U2) pukul 02.30 Wib, puncak gerhana bulan total pukul 03.21 Wib. Gerhana bulan total selesai (U3) pukul 04.13 Wib, bulan meninggalkan umbra bumi (gerhana bulan sebagian) selesai (U4) pukul 05.19 Wib. Hingga bulan meninggalkan penumbra bumi (gerhana bulan penumbra) selesai (P4) pukul 06.28 Wib.

Edukasi AstronomiSejumlah pelajar mengamati gambar bulan ketika belajar Astronomi bersama di SD Muhammadiyah 24 Surabaya, Jawa Timur,Jumat (27/7/2018). Edukasi Astronomi yang diberikan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya itu bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang fenomena gerhana bulan total "Blood Moon". (Foto: Antara/M Risyal Hidayat)

Lapan memilih lokasi pengamatan umum di Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Pasuruan, Jawa Timur, dan Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Sumedang, Jawa Barat. 

Pusat Peraga Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP-Iptek) Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristedikti) menggelar Pengamatan dan Peneropongan GBT di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Kegiatan peneropongan di PP-IPTEK menggunakan tiga teropong dimana salah satunya dihubungkan dan ditampilkan ke televisi sehingga dapat disaksikan oleh seluruh pengunjung yang hadir pada saat itu.

Selain menyaksikan peneropongan, ada juga science show pemutaran film tentang gerhana, dan berkeliling galeri PP-IPTEK mencoba alat peraga sains interaktif yang lokasinya berdekatan dengan lokasi peneropongan.

Edukasi Gerhana BulanSejumlah pelajar mengamati Tabung Fase Bulan ketika belajar Astronomi bersama di SD Muhammadiyah 24 Surabaya, Jawa Timur,Jumat (27/7/2018). Edukasi Astronomi yang diberikan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang fenomena gerhana bulan total "Blood Moon". (Foto: Antara/M Risyal Hidayat)

Sementara itu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menggelar aktivitas yang sama di atas Gedung A BMKG di Kemayoran, Jakarta. 

Masyarakat dan pecinta astronomi pun banyak yang melakukan peneropongan bersama, salah satunya di Monumen Nasional (Monas).

Kepala Lapan menyebut gerhana bulan merupakan peristiwa astronomi biasa, dan baru akan menjadi luar biasa jika ada yang menyertai, seperti hujan meteor yang terjadi pada gerhana bulan total kali ini. Namun bonus hujan meteor yang terlihat redup tersebut hanya dapat teramati oleh mereka yang berada di daerah-daerah yang jauh dari perkotaan dan minus polusi cahaya.

Bulan berwarna oranye kemerahan karena peristiwa tertutupnya bulan oleh bayang-bayang bumi secara total. BMKG menyatakan gerhana ini merupakan gerhana bulan total terlama abad ini dengan durasi 103 menit, dan dapat disaksikan kembali di Indonesia pada 19 Juni 2141. []

Berita terkait
0
JARI 98 Perjuangkan Grasi untuk Ustadz Ruhiman ke Presiden Jokowi
Diskusi digelar sebagai ikhtiar menyikapi persoalan kasus hukum yang menimpa ustaz Ruhiman alias Maman.